Setiap orang pasti punya karakter yang berbeda-beda. Kita pasti sering menemui orang baik yang ternyata tidak baik, orang tidak baik ternyata tidak baik, atau mungkin orang yang diam biasa saja, tidak baik juga tidak tak baik. Atau bisa jadi orang yang kita temukan tidak mau menerima sifat kita kita, kalau gini siapa yang nggak bener nih? Nggak ada yang nggak bener, cuman coba deh kita belajar sifat baik dari Punakawan, siapa tahu bisa memotivasi kita menjadi manusia yang baik.
Punakawan
Punakawan tidak bisa terlepas dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Namun, Punakawan tidak termasuk dalam naskah asli yang ditulis oleh Walmiki dan Begawan Abyasa karena ia adalah ciptaan asli pujangga Nusantara.
Menurut Slamet Mulyono yang merupakan seorang sejarawan, istilah Punakawan pertama kali dimulai dalam kisah Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri. Punakawan berasal dari istilah puna artinya paham dan kawan yang artinya teman. Jadi, Punakawan adalah teman yang saling memahami. Punakawan terdiri dari Semar dan ketiga anaknya Gareng, Petruk, dan Bagong.
Cerita yang dibawakan oleh punakawan selalu mengundang humor. Selain sebagai penghibur dan penasehat, mereka juga bertindak sebagai penolong majikannya. Seperti saat Bimasena melawan Sangkuni dalam perang Baratayuda, Semar memberi tahu titik kelemahan Sangkuni.
Sering kali pementasan wayang Punakawan menggunakan dialog yang kurang sesuai pada zamannya. Seperti Petruk bercakap bahwa ia memiliki handphone dan mobil dan jelas sekali bahwa kedua benda tersebut belum ada pada zaman tersebut.
Punakawan ini juga memiliki makna filosofi di balik karakter masing-masing.
Semar
Semar, dikisahkan sebagai abdi tokoh utama kisah Sadewa dari keluarga Pandawa. Tidak hanya sebagai abdi, Semar juga sering memberi nasihat bijaksana untuk keluarga Pandawa.
Semar digambarkan sebagai tokoh yang sabar dan bijaksana dengan kepala dan pandangan yang selalu menghadap ke atas sebagai tanda bahwa supaya manusia mengingat Sang Kuasa.
Kain yang dipakai semar adalah kain Semar Parang Kusuma Raja yang mengandung filosofi Jawa yakni memayu hayuning bawa bertujuan untuk memperindah kehidupan dengan menegakkan keadilan di bumi. Dalam kalangan spiritual Jawa, Semar dianggap sebagai simbol ke-Esaan.
Gareng
Gareng, adalah anak dari sebangsa Jin, Gandarwa, kemudian ia diangkat oleh Semar. Nama lain Gareng adalah Pancal Pamor artinya menolak kesenangan duniawi. Kaki pincang yang dimiliki Gareng bertujuan untuk mengingatkan manusia supaya berhati-hati dalam bertindak.
Dikisahkan bahwa dahulu kala Gareng adalah raja yang sombong dan menantang semua Ksatria untuk bertarung dan hasilnya mereka seimbang. Namun, pertarungan tersebut mengubah wajah Gareng yang rupawan menjadi buruk rupa.
Perawakan Gareng pendek dan selalu menunduk, hal ini memberi nasihat kepada manusia untuk selalu berhati-hati. Meskipun manusia sudah makmur, tetap harus menjaga kewaspadaan. Matanya juga juling, yang berarti ia tidak mau melihat hal-hal yang bisa mengundang perbuatan tidak baik. Tangannya juga melengkung, yang berarti jangan merampas hak orang lain.
Petruk
Petruk, adalah tokoh yang senang bercanda dan merupakan anak kedua yang diangkat oleh Semar. Nama lainnya adalah Kanthong Bolong yang artinya gemar memberi. Sebagai Punakawan, Petruk adalah tokoh yang bisa mengasuh, merahasiakan masalah, pendengar yang baik, dan membawa manfaat bagi orang lain.
Pada suatu kisah, saat pembangunan Candi Sapta Arga, kerajaan ditinggalkan dalam keadaan kosong. Kemudian jimat Kalimasada milik Pandawa dicuri oleh Mustakaweni. Bambang Irawan, anak dari Arjuna mengetahui hal ini kemudian ia bersama Petruk merebut jimat tersebut.
Akhirnya mereka bisa merebut jimat itu lagi dan Bambang Irawan menitipkannya kepada Petruk. Namun, suatu waktu Petruk menghilangkan jimat itu tapi bisa ditemukan lagi, lalu ia meminta maaf pada keluarga Pandawa. Dari kisah itu Petruk memberi nasihat kepada manusia supaya menata tingkah laku, tidak mudah percaya tanpa bukti yang jelas, berani mengakui kesalahan, dan mau meminta maaf pada orang lain.
Bagong
Bagong, adalah anak ketiga yang diangkat oleh Semar. Dikisahkan bahwa ia adalah manusia yang muncul dari bayangan. Mulanya Gareng dan Petruk minta dicarikan teman kepada Semar. Kemudian Sang Hyang berkata bahwa temanmu adalah bayanganmu dan seketika muncul sosok Semar.
Bagong digambarkan sebagai tokoh yang bertubuh pendek dan gemuk dengan mata serta mulut yang lebar. Ciri fisik ini menandakan bahwa ia adalah sosok yang lancang, jujur, dan sakti. Karena sifatnya yang lancang, ia sering melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa.
Dari hal ini ia mengajarkan manusia supaya memperhitungkan dahulu hal-hal yang akan dilakukan. Setelah mengenal tokoh Bagong ini, manusia seharusnya bisa menyadari bahwa karakter setiap orang adalah berbeda dan harus saling memahami, bertoleransi, dan memasyarakat dengan baik.
Jadi…
Punakawan memang bukan 100% pahlawan yang memiliki kekurangan tapi mereka bisa mengatasi kekurangan yang dimiliki. Kelebihan mereka dalam mengatasi sifat tidak baik yang dimiliki bisa menjadi contoh bagi kita semua untuk membenahi diri menjadi lebih baik.
So, menjadi manusia baik itu nggak susah kok kalau mau berusaha dan berlatih mengubah sifat yang tidak baik. Kalau kita mau menerima kekurangan diri sendiri, kita pasti bisa menerima kekurangan orang lain dan bisa bergaul baik dengan mereka, why not?
Tapi, kita juga harus bisa memilah-memilah mana orang yang benar-benar baik atau tidak supaya kita tidak dimanfaatkan demi kepentingan mereka. Kalau sudah terlanjur ada yang tidak baik dengan kita, tingkatkan saja kewaspadaan diri. Semangat menjadi manusia baik dan juga bermoral, kawan!
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara