• Friday, 31 January 2020
  • Yosi Cahyono
  • 0

Suatu ketika Bodhisattwa lahir di keluarga bendaharawan. Beliau dewasa dan menjadi bendaharawan yang dikenal sebagai Cullakasetthi. Suatu ketika beliau melihat bangkai tikus yang mati di pinggir jalan, kemudian berkata “Cukup dengan memungut tikus ini, siapapun dengan kecerdikannya, memiliki kemungkinan untuk menghidupi seorang istri.”

Ucapannya didengar oleh seorang pemuda yang sedang kesulitan ekonomi. Sang pemuda bergumam dalam dirinya sendiri bahwa orang itu tentulah bukan bendaharawan biasa, dan memiliki alasan sehingga berkata demikian. Sehingga dia memungut tikus itu dan kemudian menjualnya kepada pemilik kedai. Bangkai itu dibeli pemilik kedai untuk pakan kucingnya.

Hasil penjualan tersebut oleh si pemuda dibelikan sirup gula dalam sebuah kendi. Ia kemudian mencari pemetik bunga yang baru pulang dari hutan. Ia memberikan sirup gula tersebut kepada para pencari bunga, tiap sendok air gula ditukar dengan seikat bunga. Dengan hasil itu, keesokan harinya ia mengunjungi para pemetik bunga lagi dan membawakan lebih banyak air gula. Para pemetik bunga memberikannya bunga yang sebagian masih ada di batangnya. Pemuda tersebut kemudian menukarkan bunga itu dengan uang 8 sen.

Beberapa hari kemudian cuaca berangin, angin merobohkan cabang pohon yang telah lapuk, sehingga ranting itu mengotori taman peristirahatan Raja setempat. Tukang kebun istana kerepotan untuk membersihkan ranting dan daun itu. Si pemuda menawarkan diri untuk membantu membersihkan tempat itu, dan apabila diperbolehkan ia meminta daun dan ranting untuk dibawanya pulang. Tukang kebun menyetujui hal itu.

Kemudian si pemuda juga membersihkan taman bermain anak-anak. Ia juga berhasil membujuk anak-anak yang ada disitu untuk membantu memungut daun dan ranting untuk dikumpulkan dan memberi sirup gula kepada anak-anak yang membantu sebagai hadiah.

Panil1.
Adegan 1: pemuda dengan sebuah kendi.
Adegan 2: pemuda dengan membawa dua kendi.
Adegan 3: pemuda dibantu anak-anak mengumpulkan ranting.
Adegan 4: pengrajin gerabah membuat gerabah

Di saat yang sama pembuat tembikar kerajaan sedang mencari kayu sebagai bahan bakar pembuatan gerabah. Pembuat tembikar itu melihat tumpukan kayu yang telah dikumpulkan si pemuda. Pembuat tembikar kemudian membeli kayu-kayu tersebut seharga enam belas sen ditambah beberapa mangkuk dan bejana.

Kini si pemuda sudah mengumpulkan 24 sen di tangannya. Ia pun pergi ke arah kota dengan membawa kendi air juga bejana yang di dapatkan dari pembuat tembikar kemudian mengisinya dengan air. Dengan air itu ia memberi 500 pemotong rumput kerajaan sebagai air minum ketika mereka haus. Para pemotong rumput amat berterimakasih kepada si pemuda, dan berjanji akan membalas kebaikannya.

Ketika di kota tersebut ia juga berkenalan dengan dua orang pedagang, satu pedagang berdagang di lautan, dan satu pedagang lagi berdagang di daratan. Pedagang daratan berpesan kepada si pemuda jika esok akan ada pedagang kuda yang membawa 500 ekor kuda untuk dijual.

Kemudian si pemuda meminta bantuan kepada para pemotong rumput. Ia berkata bila ia membutuhkan satu ikat rumput tiap masing-masing orang, dan mereka dilarang menjual rumput mereka sebelum rumput milik pemuda tadi habis terjual. Dengan senang hati para pemotong rumput itu memberikan apa yang si pemuda minta sebagai balas kebaikannya dulu. Sebuah berkah, tiap ikat rumput dibeli seharga 2 keping, hingga si pemuda berhasil mengumpulkan 1000 keping.

Beberapa hari kemudian, si pedagang lain yang berdagang di lautan menyampaikan bila akan datang kapal di dermaga dengan membawa banyak barang dagangan. Melihat peluang itu ia berencana menyewa kereta kuda seharga 8 sen. Dengan kereta sewaan itu ia menuju dermaga dengan penuh gaya dan terlihat seperti orang kaya.

Panil 2. Pengrajin gerabah akan memberikan beberapa gerabahnya kepada pemuda.

Saat kapal yang dimaksud pedagang lautan tadi bersandar ia membeli kapal itu dengan cara kredit. Tak lupa ia juga menyewa beberapa orang untuk menempati beberapa pos yang menuju dermaga. Orang-orang sewaan tersebut diberi pesan agar bila nanti ada saudagar yang menuju dermaga untuk diperiksa secara berlapis, dan para orang sewaan diutus pula menyampaikan pesan bila kapal dagang yang baru merapat telah dibeli oleh saudagar yang kaya raya.

Sesuai rencana, saudagar-saudagar tadi penasaran dan ingin menemui saudagar pemilik kapal yang tak lain adalah pemuda tadi. Mereka pun berniat membeli isi dari kapal dagang itu untuk mereka jual kembali. Para saudagar pun membelinya dengan 1000 keping uang per orang kepada si pemuda. Tak pelak 100.000 keping uang pun berhasil dikumpulkan si pemuda yang sebelumnya miskin tadi. Ia pun kini menjadi benar-benar kaya raya.

Panil 3. Pemuda (duduk di bawah depan). Anak-anak Cuallakasetthi (belakang). Cullakasetthi/bodhisattwa (duduk di atas).

Sebagai balas budi atas inspirasi dari sebuah bangkai tikus, si pemuda tadi menemui Cullakasetthi untuk mengucapkan terima kasih dan imbalan balas budi. Karena perkataannya di jalan ia bisa sesukses itu. Cullakasetthi pun turut bahagia akan keberhasilan si pemuda, yang memiliki tekat, niat dan ketulusan kuat hingga dapat menjadi berhasil.

Cullakkasetthi kemudian menikahkan si pemuda dengan putrinya dan mereka menjadi keluarga kaya yang bahagia.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *