• Monday, 16 September 2019
  • Erie Irianti
  • 0

Mooncake festival atau juga sering kita dengar dengan perayaan kue bulan merupakan salah satu perayaan budaya Tionghoa, yang mana kue bulan ini adalah makanan tradisional khas China yang selalu menjadi santapan wajib diperayaan musim gugur.

Mooncake festival tahun ini kembali diselenggarakan di Buddhist Centre tempatnya di Maha Vihara Sejahtera Maitreya yang merupakan pusat agama Buddha di Kota Samarinda. Tahun ini merupakan tahun ke-4 Mooncake Festival dilaksanakan secara berturut-turut sejak tahun 2016. Kegiatan tahun ini berlangsung selama 3 hari mulai dari tanggal 6 hingga 8 September 2019.

Mooncake festival kali ini ditata lebih apik daripada tahun lalu dengan rangkaian kegiatan berupa bazar vegetarian food, penerbangan lampion dan panggung hiburan yang dimeriahkan oleh Gus Teja, Borneo Cantata, Joyful Music School, pertunjukan barongsai serta parade dewa-dewi oleh Gita Metta Dancer. Selain itu, adapula ribuan lampion warna warni dan beberapa spot photo booth yang telah disediakan untuk mengabadikan foto bersama.

Penampilan pertama, dimeriahkan oleh penampilan Joyful Music School, yakni sekolah musik anak yang berada dibawah naungan Maha Vihara Sejahtera Maitreya. Selanjutnya dimeriahkan kembali oleh Gus Teja, seorang pesuling profesional asal Bali yang sudah dikenal hingga mancanegara. Penampilan selanjutnya ialah Borneo Cantata, paduan suara yang telah mengharumkan nama Kalimantan Timur dipentas dunia.

Kemudian, parade dewa dewi dari Gita Metta Dancer, yang menampilkan tari kreasi dengan kostum khas dewa dewi negeri tirai bambu. Rangkaian  terakhir merupakan penampilan barongsai yang datang menyambut kemeriahan masyarakat dengan genderang musik dan berbagai atraksi yang berhasil menarik perhatian siapa saja.

Di sela-sela hiburan, ada pula yang menerbangkan lampion. Hal ini dijadikan moment dalam menuliskan harapan-harapan masa depan. Penerbangan lampion dilakukan  di lantai dua atas cafe vihara. Pengunjung yang telah menuliskan harapannya dapat menyalakan lilin sebagai sumbu sebelum lampion diterbangkan setelah pukul 19.30 WITA hingga malam.

Bazar vegetarian food menjadi tempat favorit untuk menyantap makanan. Tidak hanya itu, bazar ini menyediakan berbagai jenis makanan, minuman, dan snack vegetarian yang bervariasi. Pengunjung yang ingin membeli rela mengantri untuk mendapatkan giliran. Tempat makan dan kursi penuh disesaki oleh pembeli, bahkan beberapa duduk pinggiran parkiran dan lesehan. Sedangkan pengunjung yang lainnya memilih membeli untuk dibungkus untuk dibawa pulang.

Altar Buddha yang berada di lantai satu juga dibuka untuk umum. Pengunjung diperbolehkan masuk untuk menghormat bagi yang Buddhist atau bahkan sekedar untuk mengetahui  bagaimana altar dan rupang Buddha bagi mereka yang Non-Buddhist.

Antusias masyarakat dalam berpartisipasi begitu tinggi, hal ini terbukti dari ramainya masyarakat yang memadati pelataran dan ruang lingkup mengelilingi Vihara. Selain etnis Tionghoa yang datang untuk merayakan festival ini, masyarakat dari berbagai etnis dan agama lain juga datang untuk meramaikan.

Sebagian dari mereka berkunjung dengan keluarga, pasangan, teman untuk mengisi akhir pekan mereka. Parkiran dipenuhi oleh kendaraan roda dua dan empat, bahkan beberapa menggunakan tempat terdekat lainnya bagi pengunjung yang tidak kebagian tempat parkir.

Seusai meriahnya festival ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Samarinda penuh dengan keberagaman dan toleransi baik dibuktikan dengan masyarakat yang datang memiliki keberagaman suku, ras, agama, dan antar golongan. Mereka semua datang dengan saling menyapa dan melempar senyuman, tanpa membeda-bedakan satu sama lain.

 

Romo Hendri Suwito, selaku ketua Maha Vihara Sejahtera Maitreya, kala disambangi oleh beberapa perwakilan Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia cabang Samarinda menyampaikan beberapa pesan mengenai makna dan tujuan Mooncake Festival. “Perayaan ini kita menggantungkan suatu harapan, harapan sekarang harus lebih baik dari sebelumnya, harapan tidak hanya bisa diwujudkan  lewat yang kita ucapkan, tetapi dari tindakan kita secara keseluruhan, bagaimana bertindak, berprilaku, berpikir, yang menguntungkan banyak orang, yang tentunya harus didalam cakupan kebaikan.

Marilah kita kembangkan kembali semangat gotong royong yang mulai berguguran, jadilah setetes embun pagi yang memberikan rasa sejuk dan damai dihati, dan jadilah bintang dimalam hari untuk menerangi hati dikala kegelapan. Mari bersama-sama bergandeng tangan untuk mewujudkan Indonesia maju dengan berpengertian benar, berpikir benar, berucap benar, berbuat benar, bekerja benar, berdaya upaya benar, berperhatian benar dan berkosentrasi benar.

Mari kita jadikan acara mooncake festival sebagai teladan untuk daerah yang lainnya. Kita adalah Indonesia, mari kita kembangkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih damai dan harmonis dengan semangat bergotong royong.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *