Di zaman modern ini sangatlah sulit untuk mempraktikkan Dharma, ajaran Buddha. Buddha bersabda, “Terlahir sebagai manusia sulit, mempraktikkan Dharma jauh lebih sulit.“ Kenapa sulit? Teknologi semakin canggih tetapi berbanding terbalik dengan kemajuan kualitas batin kita. Perkembangan teknologi yang canggih ini justru memberikan dampak negatif yakni kemerosotan batin.
Banyak sekali orang yang menciptakan banyak karma buruk, mengembangkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Misalnya di media sosial, orang-orang cenderung lebih menyukai menghujat, menghina dan menyebarkan berita kebohongan. Tidak hanya dalam lingkup masyarakat luas saja. Banyak umat Buddha yang masih terjebak dengan pandangan salah. Saya sering menemukan sejumlah umat Buddha ketika nian jing atau baca sutra ke vihara adalah untuk memohon berkah seperti kesehatan, kemakmuran, kesejahteraan dll.
Lalu apa tujuan utama kita melatih diri terutama melihat era modern yang penuh dengan kemerosotan batin? Tujuan utama kita melatih diri bukanlah sekadar mencapai kebahagiaan duniawi. Jika kita melatih diri hanyalah untuk mencapai kebahagiaan duniawi saja, kita sudah jauh dari ajaran dan tekad para Buddha dan Bodhisattva.
Kebahagiaan duniawi sifatnya tidaklah kekal dan ilusi. Seperti di dalam Sutra Intan, Buddha memberikan syair yang berbunyi, “Semua Dharma yang timbul berkondisi adalah bagaikan laksana mimpi, ilusi, gelembung, bayangan, bagaikan titik embun, dan laksana kilat, renungkanlah demikian.“ Kebahagiaan duniawi yang berupa kesehatan, kesenangan, kekayaan, dll itu adalah Dharma atau fenomena yang tidak kekal. Sehingga tak sedikit orang yang tidak mengerti tujuan melatih diri sehingga terjebak oleh pandangan salah yang memunculkan banyak penderitaan.
Tujuan utama melatih diri adalah membebaskan diri dari penderitaan atau mencapai Kebudhaan. Ketika kita melatih diri haruslah memiliki pandangan yang benar. Seperti Jalan Mulia Berunsur Delapan yang langkah pertama adalah dengan memiliki pandangan benar. Ketika kita melatih diri tetapi tidak memiliki pandangan benar justru tidak akan membawa kita mencapai kesucian.
Banyak orang beranggapan bahwa hanya dengan membaca Sutra pagi sore, membaca mantra, melakukan pertobatan, melafal nama Buddha sudahlah cukup untuk melatih diri. Banyak sekali orang mengeluh, “Ohh ,saya sudah ke vihara puluhan tahun tetapi nasib saya masih demikian.“
Nah, sekadar ke vihara saja, baca Sutra saja tapi tidak mengembangkan dan mempraktikkan apa yang diajarkan Buddha itu tidak akan memberikan manfaat yang besar. Seperti yang sudah saya bahas di paragraf sebelumnya rata-rata era modern ini, orang-orang melatih diri hanyalah mencari pahala duniawi yang justru menimbulkan 3 akar kejahatan.
Membebaskan diri dari penderitaan berarti kita belajar sedikit demi sedikit melenyapkan 3 akar kejahatan yakni keserakahan, kebencian, kebodohan batin. Semua itu perlu didasari dengan latihan perenungan seperti meditasi sehingga kita semua memiliki pandangan terang. Mengikis keserakahan, kita belajar merenung bahwa segala sesuatu itu tidak kekal, uang bisa habis jika tidak digunakan dengan benar.
Keserakahan hanya membawa penderitaan. Seperti syair Bodhisattva, “Hawa nafsu keserakahan ibarat seperti minum air laut, semakin banyak minum akan semakin haus.“ Tetapi dengan mempraktikkan welas asih tanpa mengharap imbalan untuk menolong makhluk makhluk yang menderita kita akan mendapatkan kebajikan dan kebahagiaan yang tak terhingga.
Sama halnya dengan berlatih mengikis kebencian. Banyak umat Buddha khususnya Buddhis Mahayana mengenal Bodhisattva Avalokiteshvara. Kita berlindung kepada Avalokiteshvara bukan meminta berkah saja tetapi haruslah kita mempraktikkan semangat cinta kasih saling memaafkan kepada orang yang mencelakai kita.
Di dalam Fa Hua Jing Guan Shi Yin Phu Sa Phu Men Pin, “Barang siapa melafal, merenung nama Avalokiteshvara, kebencian di dalam diri akan lenyap. Kebencian tidak akan berakhir jika dibalas dengan kebencian tetapi dengan cinta kasihlah kebencian akan berakhir.“
Dengan kita melatih ucapan, perbuatan, pikiran kita menanam kebajikan atau paramita kebencian, keserakahan, dan kebodohan batin perlahan-lahan akan lenyap. Sehingga dengan kita melatih diri di era modern ini kita tidak akan terjebak oleh kemelekatan duniawi. Maka dari itu ,marilah kita selalu merenung ke dalam diri kita sendiri ,mempraktekkan ajaran Buddha, mengembangkan bodhicitta sehingga kita dapat mencapai kebahagiaan sejati yaitu Nirvana.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara