Pada 17 April 2019 Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi yaitu pemilihan umum (pemilu), untuk memilih calon pemimpin yang akan memimpin negara ini selama lima tahun ke depan.
Seorang pemimpin yang memiliki integritas dapat dipercaya dan akan dikagumi karena berpegang pada nilai-nilai yang kuat. Dalam Lokasutta (Ittivutaka 122) Buddha menyatakan bahwa pemimpin yang kredibel adalah ia yang melaksanakan apa yang ia ajarkan, “Mereka yang melakukan apa yang mereka katakan dan mereka mengatakan apa yang mereka lakukan.”
Lalu seperti apa calon pemimpin ideal yang sesuai Buddhadharma?
Menurut Aganna Sutta (DN 27) definisi etimologis yang diberikan istilah ‘raja’ yaitu “Dhammena janam ranjetiti raja” berarti Ia yang membuat senang orang lain dengan Dharma, (dengan melaksanakan prinsip kebenaran) adalah apa yang dimaksud dengan raja.
“Seorang penguasa dunia adalah raja yang adil dan luhur yang tergantung pada kebenaran (Dhamma/Dharma), yang menghargai, menjunjung tinggi dan menghormati (Dharma)-nya dengan hukum kebenaran sebagai panji, kebenaran, dan kekuasaannya.
(AN 3. 14). Dalam hal ini seorang penguasa dunia, raja yang adil dan luhur adalah yang bergantung pada hukum kebenaran sebagai panji.
Dalam Cakkavati Sihanda Sutta (DN 5) Buddha menjelaskan etika kepemimpinan dalam pemerintahan yakni:
Seorang penguasa yang baik harus bersikap tidak memihak, dan tidak berat sebelah terhadap rakyatnya. Ia tidak pilih kasih,
Seorang penguasa yang baik harus bebas dari segala bentuk kebencian terhadap rakyatnya,
Seorang penguasa yang baik harus tidak memperlihatkan ketakutan apapun dalam penyelenggaraan hukum jika itu dapat dibenarkan,
Seorang penguasa yang baik harus memiliki pengertian yang jernih akan hukum yang diselenggarakan. Hukum harus diselenggarakan tidak hanya karena penguasa mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan hukum, tapi dijalankan dalam suatu sikap yang masuk akal dan pikiran sehat.
Selain itu seorang pemimpin juga harus memenuhi kewajiban yaitu (Dasa Rajadharma) yang dikutip dalam kisah Jataka (KN V, 378):
Dana (Kemurahan Hati)
Sila (Memiliki Moralitas)
Pariccaga (Rela berkorban)
Ajjava (Ketulusan Hati)
Maddava (Ramah Tamah)
Tapa (Kesederhanaan)
Akkoda (Tidak Pemarah)
Avihimsa (Anti Kekerasan)
Khanti (Kesabaran)
Avirodhana ( Tidak Bertentangan dengan Dhamma)
Sumber: Buku Partisipasi Dalam Pemilu Secara Sadar dan Cerdas “Panduan berdemokrasi dan berpolitik yang selaras dengan Buddhadharma”
Oleh:
Billy Gunawan. Ketua PC Hikmahbudhi Jakarta Barat
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara