Siky H Wibowo | Monday, 18 September 2017 14.40 PM Column
Foto L Yaon
“Ing ngarsa sung tuladha. Ing madya mangun karsa. Tut wuri handayani” (Di depan memberi contoh. Di tengah memberi semangat. Di belakang memberi daya kekuatan” Ki Hadjar Dewantara
Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu founding father bangsa ini telah menggali sistem pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan karakter, jiwa, dan suasana kebatinan masyarakatnya. Metode momong, among, dan ngemong merupakan pola asuh yang telah sesuai dengan akar jati diri bangsa ini sejak jaman purwa.
Dalam terminologi bahasa Jawa istilah momong, among, dan ngemong memiliki makna bersifat mengasuh, melindungi, dan meneladani. Pola pendidikan asah, asih, dan asuh ini merupakan pola pendidikan transformasi diri yang memerdekakan hakikat kemanusiaan setiap insan.
Dalam hal ini, pengajaran memiliki sifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah. Sedangkan pendidikan lebih bersifat memerdekakan manusia dari aspek kejiwaan. Menurut jagad pewayangan istilah pangemong ini sepadan dengan punakawan (pangasuh anak laki-laki) dan emban (pangasuh anak perempuan). Tugas mengasuh ini bahkan dilakukan hingga anak-anak tersebut dewasa.
Di lingkungan kerajaan, pangemong juga memiliki tugas sebagai penasihat yang memberikan petunjuk dan petuah bijak yang bersumber dari Dharma kepada tuannya. Seorang pangemong juga dapat memberikan nasihat secara simbolik berupa penghiburan melalui tembang kidung dengan iringan musik dan tarian tradisional yang sarat dan kaya akan ajaran luhur budi pekerti. Menurut Ki Hajar Dewantara, metode pendidikan yang cocok dengan karakter dan budaya orang Indonesia tidak bersifat paksaan.
Pendidikan buddhis
Hal ini sangat selaras dengan sistem pendidikan buddhis yang menekankan pada transformasi diri. Karena pada kenyataannya kita tidak bisa mengajari orang apa pun, kita hanya bisa membantu mereka untuk menemukannya di dalam diri mereka sendiri.
Bagaimana agar manusia dapat memiliki cita-cita, sifat, dan tabiat yang mulia, pendidikan buddhis membantu insan agar menemukan jati dirinya sendiri, membantu agar seseorang dapat menjadi manusia yang seutuhnya yaitu manusia yang dipenuhi dengan sifat kemanusiaan.
Transformasi diri membantu manusia untuk tidak sekadar menjadi baik dan memerangi kejahatan melainkan membantu manusia untuk dapat menemukan kebijaksanaan sejati di dalam dirinya.
Menurut Sutta Kalama, sumber pengetahuan melalui informasi yang berulang kali didengar (anussava), tradisi dan budaya turun temurun (paramparā), desas-desus (itikirā), sabda pada ayat-ayat kitab suci (piṭaka-sampadāna), asumsi (takka-hetu), penalaran yang tampaknya masuk akal (naya-hetu), dugaan yang telah dipertimbangkan berulang kali (diṭṭhi-nijjhān-akkh-antiyā), kemampuan seseorang (bhabba-rūpatāya), ataupun Otoritas guru (samaṇo no garū) perlu untuk dikaji kembali melalui kebijaksanaan (wisdom).
Transformasi diri mengajak kita untuk memahami bahwa kemerdekaan sejati adalah kemenangan dalam penaklukan diri sendiri. Dengan semangat asah, asih, dan asuh dalam jalinan persaudaraan kalyanamitra, kita hendaknya menyadari bahwa semua mahluk memiliki potensi besar untuk merdeka.
Semua makhluk pada hakikatnya memiliki benih pencerahan, benih Kebuddhaan, potensi Kesadaran Sejatinya (bodhicitta). Saatnya kita memaknai bahwa Saat Sang Pangemong Nusantara kembali, Dia akan mengembalikan kesadaran insan-insan Nusantara dalam suasana pengasuhan, perlindungan dan keteladanan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan bukan dengan kutukan penuh dengan ancaman bencana dan hukuman.
Pustaka:
*Pemerhati pendidikan dan buddhaya, tinggal di Tangerang.
Setelah melalui proses selama 9 tahun, BuddhaZine kini telah berpayung hukum dengan naungan Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara. Kami berkantor di Dusun Krecek, Temanggung. Dengan yayasan ini kami berharap bisa mengembangkan Buddhadharma bersama Anda dan segenap masyarakat dusun.
Kami meyakini bahwa salah satu pondasi Buddhadharma terletak di masyarakat yang menjadikan nilai-nilai ajaran Buddha dan kearifan budaya sebagai elemen kehidupan.
Anda dapat bergabung bersama kami dengan berdana di:
Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara
Bank Mandiri
185-00-0160-236-3
KCP Temanggung