Kagyu adalah salah satu dari empat aliran utama dalam Buddhis Tibet yang asal-usulnya bisa dilacak dari Mahasiddha asal India bernama Tilopa dan muridnya Naropa. Naropa memiliki murid bernama Marpa, sang penerjemah. Marpa memiliki murid bernama Milarepa (1040-1123 M) yang banyak disebut sebagai yogi terhebat dari Tibet.
Silsilah perguruan Kagyu
Ajaran Milarepa kemudian dibawa oleh Gampopa (1079-1153 M), yang dikenal sebagai dokter dari Dakpo. Dari murid-murid Gampopa inilah muncul empat silsilah utama perguruan Kagyu.
Salah satunya adalah Phagdru Kagyu yang didirikan Phagmodrupa Dorje Gyalpo (1110-1170 M). Murid utamanya yang bernama Kyobpa Jigten Sumgon (1143-1217 M) kemudian mendirikan aliran sendiri, yang bernama Drikung Kagyu, sebuah tindakan yang sebelumnya diprediksikan oleh gurunya.
Jigten Sumgon yang diberi nama Sanskerta Ratna Shri oleh gurunya menjadi sangat tersohor karena kebijaksanaan dan realisasinya.
Disebutkan, ia memiliki murid hingga mencapai 70.000 orang. Konon beberapa dari muridnya mencapai pencerahan dalam satu masa kehidupan, sementara beberapa yang lain berhasil mencapai berbagai level bhumi bodhisattva, dan sisanya, setidaknya menyadari sifat pikirannya sendiri.
Di dalam aliran Drikung Kagyu terdapat Dharmapala atau pelindung Dharma yang khas dipraktikkan oleh pengikut aliran tersebut. Achi Chokyi Drolma namanya. Dia dianggap sebagai emanasi Buddha perempuan Vajrayogini, dan dianggap sebagai perwujudan kebijaksanaan dan welas asih semua Buddha.
Lahirnya Achi Chokyi Drolma
Kisahnya berawal pada abad ke-11, saat ada pasangan yang tinggal di daerah Drikung, Tibet. Karena tidak bisa memiliki anak, mereka melakukan ziarah ke Swayambhunath di Nepal. Di sana mereka memohon untuk bisa memiliki seorang anak.
Suatu malam, Driza Dharzam, sang calon ibu bermimpi matahari yang bersinar terang dari timur muncul, cahayanya menyebar ke sepuluh penjuru, dan kemudian matahari itu melebur masuk ke dalam rahimnya.
Sementara sang calon ayah Nanam Chowopal bermimpi sebuah mala (tasbih) yang terbuat dari cahaya terang benderang terpancar dari Buddhaksetra (Tanah Murni) Akshobya dan memasuki rahim istrinya.
Pasangan itu lantas menyadari bahwa mereka akan melahirkan anak yang istimewa, sehingga menggelar puja tsok (ganachakra), membuat aspirasi yang kuat dan kembali ke Tibet. Di sana akhirnya mereka melahirkan anak perempuan, yang diberi nama Achi Chokyi Drolma.
Tubuhnya berwarna sangat putih, dan terlihat bercahaya. Sejak bayi, dia terus-menerus membacakan mantra suci Tara, dan pada usia tiga tahun mulai mengajarkannya kepada orang lain. Kedua orang tuanya meninggal saat ia kecil, sehingga sejak saat itu dia diasuh pamannya.
Karena kecantikannya yang luar biasa, banyak yang ingin menikahinya. Namun dia menyatakan bahwa dia hanya akan menikahi seorang yogi tertentu yang berasal dari keluarga Kyura yang terhormat.
Saat bepergian ke Kham dia bertemu dengan yogi bernama Ame Tsultrim Gyatso, yang lalu dinikahinya, dengan argumen bahwa keturunan mereka akan menjadi orang tercerahkan, bisa membantu mencerahkan orang lain, dan mampu menyebarkan ajaran Buddha.
Sayang Ame Tsultrim Gyatso tidak memiliki cukup harta untuk menggelar pernikahan mereka. Achi Chokyi Drolma lalu melakukan ritual, menari-nari dengan damaru (gendang kecil) dan kapala (mangkok tengkorak kepala) di tangannya sambil menatap ke langit.
Dikisahkan, rumah tempat mereka langsung dipenuhi makanan, minuman, dan pakaian terbaik untuk mereka kenakan saat pernikahan mereka. Akhirnya pesta pernikahan pun digelar, dan para tamu merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang hebat.
Waktu berselang, pasangan Achi Chokyi Drolma dan Ame Tsultrim Gyatso memiliki empat anak cerdas: Namkhe Wangchuk, Pekar Wangyal, Sonam Pal, dan Kathung Trushi. Pada gilirannya Pekar Wangyal melahirkan empat putra termasuk Naljor Dorje. Naljor Dorje pada gilirannya melahirkan Jigten Sumgon, yang lalu dikenal sebagai Ratna Shri, pendiri garis silsilah Drikung Kagyu.
Achi Chokyi Drolma menjaga Dharma
Menjelang akhir hidupnya di bumi, Achi Chokyi Drolma menyatakan bahwa dia telah dengan sengaja mengambil kelahiran kembali ke samsara untuk memenuhi aspirasinya melindungi ajaran para Buddha demi kesejahteraan semua makhluk. Ia juga mengatakan, bagi siapa pun yang mengikutinya, dia akan memberikan siddhi yang umum dan siddhi tertinggi.
Bersama dengan murid-muridnya dia lalu pergi ke Gua Tingring, yang terkenal karena memiliki banyak arca Buddha, Bodhisattva, Istadevata/Yidam, dan pelindung Dharma.
Mereka melakukan upacara persembahan tsog. Saat itulah Achi Chokyi Drolma menyusun sadhana untuk praktik berlatih kepada dirinya sendiri, dan berjanji untuk terus menjaga ajaran Buddha. Dengan itu dia menyatakan bahwa aktivitas tubuh fisiknya telah berakhir, lalu terbang ke Kechara – Tanah Murni Buddha Vajrayogini– menaiki seekor kuda biru tanpa meninggalkan tubuh fisiknya.
Suatu ketika saat Jigten Sumgon menginap di Biara Jangchub Ling, dia mendengar suara damaru disertai dengan nyanyian surgawi yang indah. Seorang murid yogi hebat yang ada di sana bertanya pada Jigten Sumgon tentang musik itu.
Jigten Sumgon berkata, “Suara yang tak ada bandingannya ini adalah dari Achi Chokyi Drolma, nenek buyutku, yang adalah dakini-kebijaksanaan.” Yogi ini lantas dengan gigih meminta agar diberi metode bagaimana mempraktikkan Achi Chokyi Drolma dan Jigten Sumgon lalu menyusun sadhana yang terdiri dari sepuluh lembar daun yang dimasukkan dalam Achi Pebum.
Pelindung
Sampai saat ini, Achi Chokyi Drolma dianggap sebagai Dharmapala yang tercerahkan di dalam silsilah Drikung. Pelindung Dharma ini juga dikenal dalam aliran Karma Kagyu dalam bentuk Achi Chodron. Dalam bentuk ini dia juga dianggap sebagai pelindung, yang secara khusus melindungi ajaran silsilah Karma Kagyu.
Ia juga tampil sebagai pelindung Dharma dan dakini dalam kehidupan Terton Tsasum Lingpa dari silsilah Nyingma. Bahkan Achi Chokyi Drolma dilegitimasi sebagai pelindung yang tercerahkan oleh Yang Mulia Dalai Lama ke-2, Gyalwa Gendun Gyatso (1476-1542 M), yang pernah menulis pujian untuk hakikat pencerahannya dan posisinya sebagai pelindung Dharma.
Setelah membantu banyak makhluk selama berkalpa–kalpa, Achi Chokyi Drolma dipercaya nanti akan menjadi seorang Samyaksambuddha, yang tercerahkan sempurna, dengan nama Pema Dampe-Pal.
Ia memang telah bersumpah untuk melindungi silsilah Drikung Kagyu dan para praktisinya, menghilangkan halangan dalam dan luar untuk berlatih Dharma. Mereka yang mempraktikkan meditasi Achi Choki Drolma dan mendaraskan mantranya dipercaya akan terlindungi dari halangan dan rintangan. Inilah mantranya:
Om Mama Chakra Soha
Yar Du Sarwa Du
Raja Raja Du
Mama Du
Hung Phat Soha
Seorang penjelajah, bekerja sebagai jurnalis di Kota Gudeg, Jogja.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara