• Friday, 23 December 2016
  • Anwar Nagara
  • 0

Dunia ini tampaknya semakin sering tancap gas, seperti manusia pertama kali menciptakan kendaraan agar bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain, semua ini juga demi menghemat waktu. Manusia selalu berpikir tentang efisiensi dan efektivitas.

Zaman dahulu ada kecenderungan lebih slow, sesuai dengan nasihat kuno Jawa, “Alon-alon asal kelakon”, pelan-pelan saja asal selamat sampai tujuan. Nasihat ini tampaknya mulai terkubur di dunia yang serba menghendaki respon cepat. Justru nasihat ini menjadi semakin penting bagi ritme kehidupan manusia yang serba cepat dan instan ini.

Bayi Belajar Merangkak
Meditasi Buddhis menawarkan keseimbangan dalam dunia serba cepat ini, bukan berarti meditasi harus dilakukan dengan semua gerakan lambat. Namun kualitas non ketergesa-gesaan, kualitas kehadiran, kualitas kebersamaan pikiran dan badan jasmani untuk melakoni apa pun yang sedang dikerjakan pada saat ini.

Logika manusia mudah terperosok ke dalam ekstremisme, apalagi dengan cepat menyimpulkan bahwa meditasi adalah pelambatan aktivitas. Tampaknya ini mengandung kebenaran parsial, sedangkan kebenaran sisanya adalah bahwa cepat juga bisa menjadi bagian dari meditasi. Mereka juga terjebak pada khayalan, imajinasi, dan rencana masa depan, kemudian jatuh ke dalam pikiran penyelasan atas masa lalu.

Bayangkan bayi yang baru belajar merangkak, dia lakukan perlahan-lahan setahap demi setahap. Demikian juga mereka yang ingin mendalami meditasi, jangan terdorong oleh impuls ingin cepat-cepat atau kadang disebut sebagai generasi mie instan.

Melakukan Sebaliknya
Dalam sebuah perjalanan ke desa, seseorang bisa saja menikmati pemandangan indah ketika ia duduk di dalam mobil, menikmati rumah yang beraneka bentuk, sawah yang membentang hijau atau sawah keemasan karena sudah siap panen. Atau kadang hiruk-pikuk pasar yang memberi kesan sesak dan riuh.

Menonton sawah dari kejauhan merupakan satu pengalaman, namun apabila seseorang terjun langsung dan berjalan di pinggiran sawah juga memberikan pengalaman yang berbeda juga. Sawah kok menjadi lebih indah? Demikian juga hiruk-pikuk pasar beserta semua kegaduhannya, bisa jadi seseorang tidak ingin masuk ke area pasar itu.

Coba lakukan sesuatu yang berseberangan dengan keinginan Anda, coba berbaur dengan hiruk-pikuk pasar, kemungkinan perspektif Anda di awal dan setelahnya bisa berbeda. Atau bahkan Anda bisa menikmati berbagai kondisi yang tak terbayangkan, bahkan pengalaman-pengalaman luar biasa yang tak mampu diprediksi oleh alam pikiran manusia.

Slow Down
Meditasi itu apakah perlu cepat atau lambat? Tentu saja akan terus menjadi kontroversi yang tak berujung, sebagaimana seorang bayi yang baru merangkak tadi, dia akan perlahan-lahan, kemudian mulai berjalan sedikit demi sedikit. Nanti sudah berjalan lebih lancar, barulah berlari. Bagi pemula dalam meditasi, tampaknya perlu memulai dari slow down your activities, memberikan kesempatan untuk memperlambat derap langkah, menikmati indahnya sawah dan pasar, menikmati apa yang ada dihadapanmu terlebih dahulu.

Memulai meditasi bagi seorang Buddhis bisa menjadi langkah cukup rempong, bahkan membuat frustrasi, apalagi tidak banyak yang menyediakan program step by step, mengingat semua orang masuk dengan entry point berbeda-beda.

Ada juga para pakar meditasi, tapi tidak memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan atau menerangkan dengan bahasa sederhana. Tidak heran kalau para pemula dalam meditasi malah belajar dengan mereka yang mengomersialkan meditasi. Walaupun ironis harus berbayar, tapi tetap ada manfaat bagi mereka yang haus akan perkembangan spiritual dan menjalani hidup yang lebih bermakna.

Teori Secukupnya
Para pemula dalam dunia meditasi seperti orang yang baru belajar mengendarai mobil. Dia tidak perlu mengetahui semua seluk-beluk sebagaimana seorang montir. Dia cukup mengenali fungsi-fungsi utama mobil, seperti gas, pedal, lampu sen, tangki minyak, wiper, bagaimana memindah gigi perseneling atau zaman sekarang banyak mobil matic, bagaimana memposisikan mobil dengan benar ketika di jalan raya, mengenali rambu-rambu lalu lintas, dan etika berkendaraan.

Dunia meditasi juga tampaknya demikian, Anda tidak perlu mencari tahu terlalu banyak tentang istilah-istilah teknis tentang alam pikiran, pembagian jenis-jenis pikiran negatif atau positif sebagai yang dicatat dalam Abhidharma.

Informasi yang berlebihan tentang istilah-istilah teknis meditasi acap kali menimbulkan kebingungan berlebihan, mereka bahkan tidak sadar sudah terbelit dan terpenjara oleh istilah-istilah yang kadang tidak relevan dengan perkembangan dirinya. Para pemula tampaknya perlu bimbingan seorang mentor yang mahir untuk menavigasi praktik meditasinya. Hati-hati dengan mentor yang mengarah pada ekstremisme, seperti meditasi duduk melipat kaki selama satu jam lebih, atau meditasi berdiri satu jam sampai kakinya pegal dan mengalami kesakitan luar biasa.

Apabila Anda sibuk mencaritahu bagaimana memperbaiki mesin, bagaimana knalpot bisa berfungsi demikian, lalu bagaimana mekanisme perpindahan gigi, tampaknya itu tidak akan membantu Anda menjadi pengemudi yang handal. Pelajarilah sesuatu yang Anda butuhkan terlebih dahulu. Setelah Anda bisa mengendarai mobil dengan baik dan stabil, mengetahui rambu-rambu utama lalu lintas, maka tidak ada ruginya untuk mencaritahu lebih dalam tentang informasi tambahan tentang mobil.

Mulailah Meditasi
Meditasi tampaknya juga demikian, lakukan dengan rutin melalui teknik-teknik yang sederhana tanpa terjebak pada istilah-istilah teknis, terutama yang terkandung di dalam sutta, sutra, maupun abhidharma. Istilah-istilah teknis itu justru akan menjadi penghalang baru bagi Anda. Belajar mengendarai mobil sudah jelas tujuannya untuk dipraktikkan dan dilakukan, bukan sekadar menumpuk informasi saja, meditasi juga demikian.

Mulailah mengemudi, kenalilah hal-hal utama terlebih dahulu. Mulailah meditasi, janganlah sampai terperangkap dalam dunia filosofi dan istilah-istilah beken dalam ayat-ayat dalam kitab suci yang entahlah apakah membantu atau mempersulit pelaksanaan meditasi. Selamat mencoba dan semoga berhasil.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Anwar Nagara

Dharmacharya dari silsilah Zen Master Thich Nhat Hanh, Plum Village, dikenal sebagai 真法子「Chân Pháp Tử」. Menerima Penahbisan samanera dari tradisi Theravada dengan nama 釋學賢 「Nyanabhadra」dari Y.M. Dharmavimala. Menerima penahbisan ulang sramanera dari silsilah Mulasarvastivada dari Y.M. Dalai Lama ke-14 di Dharamsala dengan nama Tenzin Donpal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *