Oleh : Widodo
Hajatan demokrasi 5 tahunan sudah di depan mata. Hajatan ini untuk memilih presiden dan wakil presiden juga calon legislatif (caleg), baik tingkat provinsi maupun kabupaten. Suasananya mulai menghangat dengan makin banyaknya masyarakat yang membahas. Mulai dari warung kopi di pasar hingga kafe-kafe kekinian. Media massa juga hampir setiap detik mengabarkan perkembangan peta koalisi. Belum lagi di sosial media, diskusinya dari yang sangat ringan sampai yang membuat dahi mengernyit.
Hajatan besar ini juga dimanfaatkan kader-kader terbaik buddhis untuk memeriahkannya. Jika sebelumnya banyak yang hanya jadi penonton, kali ini mereka ingin menjadi pemain dengan turut mencalonkan diri menjadi caleg. Beberapa kader buddhis yang maju menjadi caleg DPR RI yaitu Fuidy Luckman (PKB Dapil DKI 3) dan Anes Dwi Prasetya (PSI Dapil Jatim VI). Sementara caleg DPRD baik tingkat provinsi maupun kabupaten antara lain:
No | Nama | Partai | Daerah Pemilihan |
1 | Saparindi | PKB | DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat |
2 | Hartono | PKB | DPRD Kabupaten Jepara, Jawa Tengah |
3 | Kevin Wu | PKB | DPRD Provinsi DKI Jakarta |
4 | Ajun | PKB | DPRD Provinsi DKI Jakarta |
5 | Ari Sutrisno | Nasdem | DPRD Kabupaten Jepara, Jawa Tengah |
6 | Yoyok Hesti Waluya | PSI | DPRD Kabupaten Jepara, Jawa Tengah |
7 | Samatha Putra | PSI | DPRD Provinsi Banten |
8 | Rudy | PSI | DPRD Provinsi Jambi |
9 | Ferie Firmansyah | PSI | DPRD Kota Jambi |
10 | Grace | PSI | DPRD Kota Jambi |
11 | Erwan | PSI | DPRD Kota Jambi |
12 | Benny Djainas | PSI | DPRD Kota Jambi |
Kader ini mengikuti jejak beberapa incumbent DPR RI: Daniel Johan (PKB), Bambang Patijaya (Golkar), dr. Sofyan Tan (PDIP), dan Sudin (PDIP). Juga DPRD Nusa Tenggara Barat: Sudirsah Sujanto (Gerindra).
Suara majelis
Niat mulia kader terbaik buddhis ini diapresiasi banyak pihak. Seperti yang diutarakan Suwito, Ketua Umum Majelis Mahayana Indonesia (Mahasi). “Mahasi sebagai organisasi keagamaan yang sifatnya kan melayani umat saja seperti pernikahan dan kematian. Dengan begitu jelas kami tidak boleh berpolitik,” ujarnya mengawali pembicaraan melalui sambungan telepon. “Tapi secara pribadi saya jelas mendukung sekali kalau ada kader kita yang mau maju menjadi calon legislatif,” sambungnya. Suwito juga menambahkan jika aspirasi buddhis selama ini belum begitu didengar. Jadi ketika ada caleg dari komunitas kita, tentu ini harus didukung semua. Ia juga menekankan agar caleg-caleg buddhis ini memiliki niat berjuang untuk kebaikan. “Niatnya harus untuk kebaikan, jangan malah mikirin diri sendiri. Juga jangan sampai korupsi agar tidak memalukan diri sendiri dan komunitas,” tegasnya.
Selain Suwito, Dharmanadi Chandra, Ketua Umum Majelis Theravada Indonesia (PP Magabudhi) secara pribadi juga mendukung kader buddhis yang maju menjadi caleg. “Sudah waktunya kader kita berkiprah di sana, biar suara buddhis bisa tersalurkan dengan baik, apalagi kita semua juga tahu kalau banyak hal di kehidupan itu juga tak bisa dilepas dari soal politis,” ucapnya diujung telepon. Ia menambahkan jika kesadaran politik umat juga mulai meningkat. “Jelas berbeda dibanding sebelumnya, sekarang kesadaran umat untuk paham dan tahu soal politik juga mulai membaik,” sambungnya. “Makanya saya mengajak juga kader-kader kita yang sudah jadi anggota DPR atau DPRD mau terjun ke vihara-vihara untuk sharing pengalamannya ke anak-anak muda kita. Supaya kesadaran politik ini juga makin meningkat dikalangan anak muda kita. Syukur jika suatu hari anak-anak muda ini ada yang tertarik untuk berkiprah di jalur politik,” ajak Dharmanadi Chandra yang belum lama ini terpilih kembali menjadi Ketua Umum PP Magabudhi dalam Persamuan Agung X Magabudhi di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Amin Untario, Ketua Umum Majelis Buddhaya Indonesia juga menyambut baik kader buddhis yang mencalonkan diri menjadi caleg. “Tentu ini hal yang sangat baik untuk mereka yang memang memiliki ketertarikan di bidang politik. Mudah-mudahan setelah menjadi anggota legislatif, mereka bisa membantu perjuangan umat Buddha yang selama ini lebih banyak dilakukan oleh majelis,” ungkapnya melalui surat elektronik. Amin juga menambahkan dengan makin banyaknya kader buddhis di parlemen politik anggaran untuk umat Buddha juga bisa diperjuangkan. “Kita berharap para anggota legislatif dapat memperjuangkan kepentingan Umat Buddha, baik di bidang anggaran, birokrasi, maupun pendidikan serta bantuan keumatan lainya. Seperti yang kita tahu kan anggaran untuk umat Buddha hanya 200an M, sedangkan anggaran Katolik 2 Triliun dan Hindu sebesar 1 Triliun. Jadi sangat berharap anggaran untuk umat Buddha bisa diperjuangkan menjadi 1 Triliun atau setidak-tidaknya 500 M,” harapnya.
Meneguhkan Niat, Menanti Kiprah
Meningkatnya jumlah kader buddhis yang memiliki kesadaran untuk berkiprah di parlemen, tentu menjadi kabar yang baik bagi komunitas. Niat baik sejak awal pencalegan harus terus dijaga. Mengutip pesan Bhante Sri Pannavaro dalam Refleksi Waisak Nasional PKB di Gedung Nusantara V DPR RI Mei 2023 lalu, niat Pangeran Sidharta ketika memutuskan keluar dari kerajaan untuk mencari “obat” terbebas dari penderitaan bisa dijadikan contoh bagi para caleg buddhis. Bahwa niat untuk memperjuangkan kebaikan, niat memperjuangkan kemaslahatan umat harus dimiliki sejak awal. Sehingga ketika nanti duduk di parlemen, baik pusat maupun daerah bisa membawa kebermanfaatan banyak orang. Mari kita tunggu bersama.
Widodo
Pengurus Institut Nagarjuna & Permabudhi DKI Jakarta
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara