Akhir-akhir ini pendidikan karakter santer disosialisasikan agar dapat diterapkan di sekolah-sekolah, dari jenjang usia dini sampai tingkat perguruan tinggi. Sudah diketahui oleh umum bahwa sekolah-sekolah Buddhis di Indonesia masih banyak yang tidak populer dan tidak diminati oleh masyarakat, bahkan umat Buddhis sendiri.
Mengapa demikian? Sudah banyak artikel yang menjelaskan masalah tersebut, di antaranya dirangkum dalam buku Penddikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Buddhis dan Mencari Format Pendidikan Buddhis Abad 21. Dengan latar belakang adanya penelitian yang menyampaikan bahwa usia 0-6 tahun merupakan usia emas sehingga muncul berbagai lembaga penyelenggara pendidikan untuk usia dini baik informal, nonformal, maupun formal.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Tim Penulis, 2015: 1).
Masih banyak orangtua yang memprioritaskan kecerdasan intelektual anaknya, dan pendidik akan menanggung beban terhadap anak yang sebenarnya lebih unggul dalam kecerdasan lain seperti halnya seni, kreativitas, maupun olah raga.
Penyakit orangtua yang masih memprioritaskan IQ juga telah mengakar di masyarakat pedesaan. Orangtua masih mengukur kemampuan anaknya yang masih PAUD dengan ukuran mampu menulis, membaca, dan berhitung
Orangtua sering tidak puas dengan kelemahan IQ anaknya, sehingga memberikan jadwal les yang padat. Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh seorang pemilik tempat kursus/les. Anak ini terus dipaksa untuk mengikuti les hingga akhirnya harus dirawat di rumah sakit. Ketika pendidik menjenguk, ia begitu kaget mendengar sesekali anak itu mengigau dan berkata, “Aku benci Mama” dan kalimat itu terus berulang.
Baca juga: Perempuan, Pendidikan, dan Agama Buddha
Ada kisah lain, seorang anak yang bila ditanya selalu menjawab dengan menyebutkan angka-angka sehingga ia harus dirawat kejiwaannya. Diceritakan keduanya berasal dari keluarga dengan ekonomi mapan, bahkan berpendidikan tinggi.
Les untuk anak prasekolah hingga usia TK ternyata cukup laris, di dalamnya juga diajarkan tentang calistung. Orangtua berharap mendapatkan juara umum. Ada pula orangtua siswi kelas I SD yang memberikan jadwal les lebih dari satu tempat.
Dari jam pulang sekolah sampai malam, dan paginya di mobil saat mengatar ke sekolah masih ditambah tanya jawab berkaitan materi ulangan. Miris, siapakah yang tidak bijak? Orangtua, sekolah, atau tempat lesnya.
Pendidikan baik informal, nonformal, maupun formal, seharusnya memberikan stimulus untuk mengembangkan bakat anak, jadi kelebihannya yang harus dipupuk, jika perlu diberi jadwal tambahan, bukan kekurangannya.
Cukup sulit mengubah cara berpikir orangtua yang masih menganggap kecerdasan akademik sebagai tolok ukur keberhasilan belajar anaknya. Berbagai pendekatan harus dilakukan seperti parenting, pentas seni oleh anak dan untuk anak, lomba-lomba, mengembangkan permainan tradisonal, mengenalkan alat musik, dan bermain dengan aturan yang disepakati oleh anak di halaman.
Baca juga: Peluncuran Program Pendidikan Keluarga Buddhis Indonesia
Secara alami otak akan memutuskan pengalaman yang perlu disimpan atau tidak. Peristiwa mengesankan entah menyenangkan atau kejadian buruk, merupakan memori yang akan disimpan oleh otak. Ini menjelaskan agar pendidikan dan apa pun harus disampaikan dengan mengesankan. Dibutuhkan cara dan strategi, harus datang (hadir), lihat, dan buktikan (A. III, 285), jangan seperti barisan orang buta yang saling menuntun (M.II, 170).
Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Ibu dari Atisha, Kepala Sekolah Paud Saddhapala Jaya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara