“Agama yang akan tumbuh di masa depan adalah agama rasa, agama yang dapat dirasakan membawa kedamaian untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan masyarakat.”
Apabila membicarakan agama Buddha, banyak pihak yang bernostalgia tentang kejayaan agama Buddha pada zaman dahulu. Zaman Sriwijaya maupun zaman Majapahit. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa di era tersebut adalah masa terbaik yang pernah dimiliki oleh agama Buddha yang hidup rukun dan berdampingan, bahkan saling mengisi dengan agama Hindu.
Pada penghujung tahun 2015 ini, agama Buddha andil apa di dalam kehidupan Anda? Berperan apa dalam kehidupan keluarga Anda? Membawa pengaruh apa ke lingkungan Anda? Menyumbang apa ke masyarakat?
Pertanyaan-pertanyaan di atas tentunya tidak perlu lekas dijawab oleh pembaca yang budiman. Kalimat di atas sekadar ditujukan pada masing-masing hati, selain urusan pribadi, adakah agama Buddha memiliki peran dalam keseharian kita selama satu tahun ini? Atau apakah kita telah membawa andil dan sumbangsih untuk agama Buddha? Belum? Sedang? Telah? Sudah? Peran-peran apa yang bisa disumbangkan di beberapa bidang?
Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian dari perkembangan kita sebagai manusia. Berapa banyak umat Buddha yang terjun ke bidang ilmu pengetahuan? Menjadi pengajar, guru dari jenjang sekolah paling dasar hingga perguruan tinggi.
Tidak selalu dan melulu guru agama Buddha lho. Stok guru agama Buddha sudah melebihi daya serap, sehingga banyak dari lulusan Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) tidak tersalurkan ke sekolah-sekolah, khususnya mengajar agama Buddha.
Mengajar di pelosok? Mengajar agama Buddha? Mungkin? Mungkin saja, berapa persen yang mau? Tidak akan lebih dari 20%. Kenapa? Standar kelayakan hidup bagaimana? Bukan bermaksud pesimis, melainkan apa iya mau mengorbankan berbagai fasilitas kenyamanan di kota demi pengembangan agama Buddha melalui jalur ilmu pengetahuan, salah satunya mengajar agama Buddha? Tetapi apa mengajar itu ya harus mengajar agama Buddha? Terus harus lulusan STAB? Kan ya mestinya tidak.
Kemudian teknologi sosial media, internet, e-book agama Buddha, jika kita mencari agama Buddha tinggal klik di komputer, atau smartphone yang terkoneksi dengan internet, akan ada banyak sekali tautan yang menjelaskan berbagai ragam tentang agama Buddha.
Politik
Ini yang sering membuat hiruk pikuk di koran, internet, maupun televisi. Ya, politik. Ada yang mengatakan politik itu kejam, politik itu kotor, politik itu… namanya saja politik, isinya siapa makan siapa?
Di dalam menata masyarakat, kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, politik bukan panglima, melainkan sarana untuk memajukan masyarakat agar dari waktu ke waktu ke arah yang lebih baik.
Sudahkah umat Buddha sadar menggunakan jalur politik untuk mengembangkan agama Buddha? Jalur yang paling licin dan membahayakan, tetapi toh tetap harus ditempuh demi kebaikan bersama.
Ekonomi
Bagaimana memikirkan perkembangan agama Buddha wong urus perut saja masih gali lubang tutup lubang. Ekonomi merupakan hal yang paling mendasar bagi masyarakat, peran apa yang telah dilakukan oleh umat Buddha kaitannya dalam mengembangkan agama Buddha?
Pemberdayaan masyarakat? Koperasi? Atau apa? Membuka peluang-peluang pekerjaan untuk umat Buddha, sehingga dengan ekonomi yang baik, mereka bisa menjangkau pendidikan yang baik, dengan menjangkau pendidikan yang baik, gerbang perubahan nasib terbuka.
Pernah mendengar penurunan jumlah umat Buddha di suatu daerah karena alasan ekonomi? Hal tersebut merupakan fakta! Silakan cari sendiri. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi untuk umat Buddha sendiri perlu diperhatikan. Jika umatnya menurun dari waktu ke waktu karena alasan ekonomi, siapa yang akan mengembangkan agama Buddha?
Kaitannya penurunan umat Buddha, menurut informasi yang entah benar atau tidaknya, jumlah umat Buddha tinggal satu persen yang terdata. Satu persen dari total populasi di Indonesia. Kelangsungan agama Buddha, tidak bisa dipisahkan dari generasi muda! Bagaimana perhatian terhadap umat Buddha khususnya generasi muda?
Sosial
Kegiatan sosial yang dilakukan oleh umat Buddha tak terhitung banyaknya, mulai dari instansi pemerintah, vihara, pemuda buddhis, dan lain sebagainya. Kegiatan yang menunjukkan rasa kesetiakawanan ini perlu ditingkatkan lagi, dalam berbagai bidang, seperti kepedulian terhadap alam sekitar, kebersihan lingkungan, kesehatan masyarakat, dan terutama sampah! Pengolahan sampah ini sifatnya mendesak.
Dengan mengoptimalkan bidang sosial, agama Buddha dapat turut serta mengubah pola pikir masyarakat terkait lingkungan sekitar.
Budaya
Ranah ini sangat luas sekali, khususnya tentang lokalitas. Sudahkah umat Buddha sadar pentingnya lokalitas setempat yang sekali lagi perlu digaris bawahi, tidak perlu dihilangkan, melainkan disinergikan ke dalam napas Buddhis.
Tari, musik, busana, arsitektur, lukisan, dan adat-adat setempat yang memperkaya agama Buddha dengan cita rasa lokal. Sehingga agama Buddha Nusantara, bukanlah agama impor. Dengan demikian, agama Buddha bisa menyatu dengan masyarakat setempat.
Tahun Depan, Masa Depan
Buddha senantiasa mengajarkan hidup pada momen kekinian. Tertulis pada suatu nisan, “Dahulu aku pernah ingin mengubah dunia, aku tak mampu. Aku ingin mengubah masyarakat, aku tak mampu. Aku ingin mengubah keluargaku, aku pun tak mampu. Yang bisa kulakukan, ternyata adalah mengubah diriku, namun aku terlambat.”
Perubahan dimulai dari masing-masing pribadi, perubahan dari masing-masing pribadi membawa dampak ke perubahan keluarga, dari keluarga yang membawa perubahan akan mengubah masyarakat, dan dari masyarakat akan mengubah bangsa dan negara.
Akhir kata, semoga siapa pun yang mencintai Buddha, dengan beridentitas kolom KTP agama Buddha atau berkolom agama lain, siapa pun yang tersentuh oleh ajaran Buddha, dari latar belakang agama apa pun, berlatar suku apa pun, berlatar ekonomi apa pun, berlatar bahasa apa pun, berlatar pendidikan apa pun, tanpa perlu menyebut dirinya Buddhis, atau yang dengan bangga menyebut dirinya Buddhis dapat membawa cahaya-cahaya kedamaian di mana pun dan kapan pun.
Dharma, bukan tentang agama, di dalam agama terdapat Dharma. Dharma bukan soal apa agama kita, melainkan tentang perubahan ke dalam diri yang lebih baik, lebih rendah hati, dan lebih menyayangi.
Semoga semua makhluk hidup bahagia.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara