Seorang sahabat bertanya:
“Selamat pagi, Romo. Saya mohon bimbingan mengenai pikiran. Sering saya baca bahkan suka saya lakukan untuk belajar mengamati pikiran, sekarang saya bertanya sendiri yang mengamati pikiran ini siapa? Diri saya? Diri saya bukanlah pikiran saya? Terima kasih. Semoga Romo berkenan.”
Yang diamati (observed) dan yang mengamati (observer). Ini sebuah dualitas. Dari mana datangnya dualitas ini? Dari pikiran. Pikiran itulah yg menciptakan ‘si pengamat’ (aku/diri).
Sekalipun mungkin Anda belum mengalaminya, cobalah dibayangkan, seandainya pikiran diam, adakah si pengamat? Tidak ada.
Ketika Anda asyik memperhatikan sesuatu yang menarik perhatian Anda (misalnya pertandingan bola, kalau Anda pecandu bola, dimana bola digiring mendekati gawang lawan), tidak ada pikiran lain selain obyek yang Anda amati. Adakah di situ si aku yang mengamati? Tidak ada. Dalam kesadaran Anda yang ada hanya pertandingan bola itu, dimana bola sedang mendekati gawang lawan. Baru setelah terjadi gol, atau gagal terjadi gol, dan ketegangan mereda, Anda baru menyadari adanya aku/diri Anda. Di situ pikiran bergerak menciptakan aku/diri.
Begitu pula dalam meditasi. Ketika yang ada hanya kesadaran mengamati segala sesuatu yang diterima oleh panca indera dan pikiran dalam keadaan diam/berhenti, maka tidak ada si pengamat. Yang ada hanyalah tindakan pengamatan, tanpa si pengamat. Cobalah.
Gerak pikiran yang menciptakan aku/diri ini tercermin dalam struktur bahasa, karena bahasa adalah perwujudan pikiran. Dalam sebuah kalimat selalu ada sekurang-kurangnya dua hal: subyek dan predikat. Subyek itulah aku/diri, yang sebetulnya tidak ada.
Cobalah renungkan kalimat pendek ini: “Saya marah.” Apakah kalimat itu menyatakan ada dua hal (‘saya’ dan ‘marah’) ataukah hanya ada satu hal (‘marah’) saja? Apakah ‘saya’ terpisah dari ‘marah’? Yang ada hanya marah itu, tidak ada saya. Saya baru muncul ketika pikiran bergerak dan menyadari dirinya. Sebetulnya ‘saya’ adalah ‘marah’ itu sendiri.
Jadi, dalam meditasi begitu juga: tidak ada ‘saya’ yang ‘sadar’. Yang ada hanya ‘sadar’, menyadari gerak pikiran; sedangkan ‘saya’ adalah pikiran itu juga. Kalau pikiran diam/berhenti, hanya ada ‘sadar’, tidak ada lagi pikiran dan saya.
Oleh karena itu, Krishnamurti menyatakan, “The observer is the observed.” (Si pengamat adalah yang diamati (pikiran))
Bagaimana?
*) Hudoyo Hupudio, Meditator
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara