“Kesehatan adalah keuntungan terbaik, berpuas diri adalah harta terbaik, kepercayaan adalah sanak keluarga terbaik, nibbana adalah kebahagiaan terbaik.” ~ Buddha, Dhammapada 204
Nama Nathan Birnbaun mungkin tidak dikenal banyak orang. Namun nama Goerge Burns —nama samaran yang dipilih— lebih dikenal. Dia adalah pemain fim, penulis naskah, penyanyi, dan juga komedian. Kariernya bukan hanya dalam dunia panggung, namun meliputi dunia televisi, radio, dan film.
Goerge Burn lahir di New York pada 20 Januari 1896. Ketika mendekati usia 90 tahun, dia masih terlihat benar-benar sehat. Kebiasaannya, setelah makan siang, dia bermain kartu, tidur siang, jalan-jalan sore, dan makan malam bersama kawan-kawannya. “Goerge, bagaimana kamu bisa selalu segar dan sehat? Apa yang kamu lakukan?” Burn mengisap rokoknya dan berkata; “Makan separuh (porsi)”
Burn meninggal dunia di Beverly Hills, California; tanggal 9 Maret 1996; hampir dua bulan setelah ulang tahunnya yang keseratus. Goerge Burn menjadi salah satu aktor yang mempunyai usia lebih dari seratus tahun.
Catatan lain tentang ‘makan sedikit’ demi kesehatan yang lebih baik adalah tentang Luigi Cornaro. Dikatakan, dia mengurangi asupan makanan sekitar dua belas sampai empat belas ons makanan padat per hari serta empat belas ons wine (minuman anggur). Luigi tercatat mencapai usia seratus dua tahun.
Kisah Raja Pasenadi
Sebenarnya catatan yang lebih kuno tentang mengurangi makanan sudah ada pada masa kehidupan Buddha Gotama. Seperti yang tercatat dalam Sutta Donapaka, Kosala Samyutta, Samyutta Nikaya 3:13 dan juga Dhammapada Atthakatha syair 204.
Raja Pasenadi dari Kosala mempunyai kebiasaan memasak nasi sebakul penuh dengan saus kari yang berlimpah. Suatu hari, setelah selesai sarapan, karena tidak mampu menahan rasa kantuk akibat berlebihan makan, ia pergi menemui Buddha Gotama dan berjalan di hadapan beliau dengan keadaan letih. Karena merasa ingin tidur, namun karena tidak berani berbaring dan merentangkan tubuhnya, dia hanya duduk di satu sisi.
Kemudian Buddha berkata kepadanya, “Paduka, apakah Anda datang setelah istirahat yang cukup?” “Oh, tidak, Bhante; tetapi saya selalu merasa sangat menderita setelah menyantap makanan.”
Buddha bertutur, “Paduka, kelebihan makan pada akhirnya membawa penderitaan seperti ini”. Beliau melanjutkan dengan mengucapkan, “Jika seseorang bermalas-malasan, berlebihan dalam makanan. Hanya menghabiskan waktunya untuk tidur dan berbaring, serta berguling ke sana-kemari. Seperti seekor babi yang memakan biji-bijian. Begitulah orang dungu, yang terus menerus mengalami kelahiran kembali.”
“Paduka, seseorang hendaknya tidak berlebihan dalam makan, karena sederhana dalam makan adalah menyenangkan,” Buddha meneruskan dengan mengucapkan syair berikut, “ketika seseorang senantiasa penuh perhatian, mengetahui kecukupan makanan yang ia makan, penyakitnya berkurang: ia menua dengan lambat, menjaga kehidupannya.”
(Manujassa sadā satīmato, Mattaṃ jānato laddhabhojane; Tanukassa bhavanti vedanā, Saṇikaṃ jīrati āyupālaya’’nti)
Pada saat itu, brahmana muda Sudassana sedang berdiri di belakang Raja Pasenadi dari Kosala. Raja kemudian berkata kepadanya, “Marilah, Sudassana, pelajarilah syair dari Bhagava ini dan ucapkan kepadaku ketika aku makan. Aku akan menganugerahkan seratus kahapana kepadamu setiap hari secara terus-menerus.”
“Baiklah, Baginda,” Brahmana muda Sudassana menjawab. Setelah mempelajari syair ini dari Sang Bhagava, setiap Raja Pasenadi sedang makan, brahmana muda Sudassana kembali melantunkan. Raja mengurangi jumlah makanan yang disantap secara bertahap. Akhirnya raja memuaskan dirinya dengan sebuah kendi nasi kecil setiap harinya, tanpa pernah berlebihan.
Ketika tubuhnya telah menjadi cukup langsing, Raja Pasenadi dari Kosala menepuk badannya dengan tangannya dan pada kesempatan itu, ia mengucapkan ungkapan inspiratif ini, “Bhagava menunjukan kasih sayang kepadaku sehubungan dengan kedua jenis kebaikan—kebaikan dalam kehidupan sekarang dan kehidupan berikut.”
Penelitian ilmiah
Di awal abad ke-20, William Jones —seorang dokter di Newburgh, New York— menemukan bahwa laba-laba yang berpuasa akan hidup lebih lama daripada yang memakan makanan seperti biasa. Di tahun 1930-an, penelitian di Cornell University menujukkan bahwa tikus yang makanannya dibatasi akan hidup dua kali lebih lama daripada tikus lainnya. Lima puluh tahun berikutnya, peneliti dari UCLA mengeluarkan hasil yang hampir sama.
Penelitian jangka panjang pada manusia tidak hanya menyakinkan tetapi menjanjikan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pembatasan kalori pada makanan yang dikonsumsi oleh para partisipan, 25% kurang dari yang biasanya mereka konsumsi, dapat mengurangi kolesterol, kolesterol LDL, tingkat trigliseride, dan tekanan darah.
Jika Goerge Burns dapat melakukan, tentu kita juga bisa melakukan. Namun sejumlah ahli gizi memberikan catatan untuk sedikit berhati-hati. Jika memutuskan mengurangi kalori, pastikan makanan Anda mempunyai nutrisi yang cukup.
Beberapa jenis makanan yang disarankan dari Calorie Restriction Society (1993): menghindari gula dan tepung, makan lebih banyak sayuran hijau, pilih lemak tak jenuh, hindari lemak jenuh, konsumsi lemak omega-3, dan pastikan konsumsi protein yang cukup.
Vikala bhojana
Mengurangi porsi makan secara tidak langsung telah dicontohkan oleh Buddha kepada seluruh siswa Buddha; para bhikkhu, samanera, bhikkhuni, dan samaneri. Mereka tidak mengonsumsi makanan setelah tengah hari hingga subuh keesokan harinya. Namun masih bisa mengonsumsi minuman seperti air putih, teh, dan yang lainnya dengan catatan tanpa susu.
Umat awam dianjurkan melatih delapan sila (atthasila) di hari uposatha (empat kali dalam sebulan). Namun ini bukan sebuah keharusan atau wajib dilakukan. Alangkah baiknya jika kita bisa melakukan. Setidaknya, kita bisa meningkatkan latihan sila, termasuk salah satunya membatasi konsumsi makanan.
Saya lebih senang membatasi konsumsi makanan dengan mengunakan aturan vikala bhojana seperti yang terdapat dalam atthasila; bukan hanya di hari uposatha. Dengan demikian, secara tidak langsung kita mengurangi asupan kalori yang masuk. Di sisi lain, juga melatih mengatasi keserakahan.
Semoga kita selalu memperoleh keutungan terbaik, kesehatan; dengan mengurangi porsi makanan yang dikonsumsi.
Sumber:
1. The Secrets of People Who Never Get Sick (Cara Ampul Hidup Tanpa Penyakit dan Tetap Fit), Gene Stone; Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2. Dhammapada Atthakatha.
3. Samyutta Nikaya, Buku 1 Sagathavagga, Dhammacitta Press, Jakarta 2010.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara