“Meditasi, mengolah sampah kehidupan menjadi pupuk yang menyuburkan”
Bagaimana mengatasi pikiran yang memproduksi sampah terus menerus sehingga memenuhi hatimu serta menyebabkan keruhnya batin? Pikiran memproduksi sampah karena manuver pikiran ke masa depan, rencana, proyek, dan sebagainya. Manuver selanjutnya adalah terjebak dalam penjaran masa lalu, sesuatu yang telah berlalu belum bisa anda lepaskan, belum bisa move on, malahan Anda bolak-balik move back! Ada kecenderungan pikiran negatif ketika berpikir masa lalu karena penyesalan yang terjadi, walaupun tidak selalu demikian.
Meditasi memiliki faktor utama relaksasi badan, lalu membawa pikiran kembali ke sini dan saat ini, bersentuhan dengan apa yang terjadi pada saat ini. Kualitas ini yang sangat kurang dalam manusia, karena pikiran manusia terlalu sering berada di masa depan atau masa lalu. Jangan berpandangan keliru bahwa tidak boleh membuat rencana kerja, tentu saja boleh, lakukan dengan penuh kesadaran dan jangan sampai terhanyut.
Berita dan komentar yang kita baca juga menjadi sampah baru, manusia saling memberi makan kepada manusia lain.
Kejernihan batin terjadi saat pikiran hadir di sini dan saat ini dan sekadar menyadari apa adanya, panca indra hening dan tenang, pikiran bersatu dengan napas masuk dan keluar. Ketika pikiran tercurahkan pada napas, maka seketika itu cengkeraman masa lalu maupun kekhawatiran akan masa depan terlepas begitu saja. Ingat prinsip bahwa napas selalu terjadi di sini dan saat ini.
Kemampuan untuk Berubah
Manusia memiliki kapasitas untuk berubah, perubahan terjadi ketika Anda lakukan setiap hari. Anda pernah ke Singapura? Atau Jepang? Ambil contoh Singapura, mereka cukup berhasil menyadarkan masyarakatnya untuk membuang sampah pada tempatnya, bahkan membedakan sampah kompos, sampah yang bisa di daur ulang dan sebagainya.
Warga Indonesia yang ke Singapura tiba-tiba bisa mengikuti kebiasaan setempat, menyeberang di zebra cross, jika belanja di supermarket antri dengan rapi, dan sebagainya. Begitu juga dengan mereka yang pergi ke Jepang, mereka mengikuti aturan setempat. Lalu ketika pulang ke Indonesia, apa yang terjadi? #Sssssttttt…
Ada orang mengikuti latihan meditasi 10 hari, tentu saja mendapat banyak manfaat dari lingkungan dan suasana yang terkondisi itu. Namun, alangkah sayangnya jika ia tidak melanjutkan meditasi itu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bilang nge-charge HP, tapi setahun sekali mengisi batere, pantesan baterenya sering soak!
Meditasi hendaknya bisa dipraktikkan di berbagai tempat yang memungkinkan, menyadari napas masuk dan keluar, relaksasi badan, dan senyum kecil, semua ini bisa menjadi kebiasaan baru, elemen perubah hidup, ingatlah tiada yang instan! Melalui cara demikian, sampah-sampah pikiran bisa pelan-pelan ditransformasikan menjadi energi lebih netral atau bahkan bajik.
Latihan sederhana seperti itu sudah membawa kejernihan kecil bagi batin dan mengurangi produksi sampah dalam pikiran. Daripada banyak berpikir dan memproduksi sampah berlebihan, lebih baik Anda curahkan waktu ke waktu untuk memproduksi keheningan di sini dan saat ini. Ini yang disebut samatha, menghentikan produksi sampah pikiran. Dengan kejernihan seperti ini baru bisa menatap mendalam atas sampah-sampah itu agar bisa diubah menjadi pupuk, ini yang disebut vipasyana. Dua sekawan ini, samatha-vipasyana selalu dipraktikkan bersama dalam tradisi Zen Plum Village yang diasuh oleh Zen Master Thich Nhat Hanh.
Produksi sampah dalam pikiran akan terus berlanjut, walaupun belum bisa berhenti total, minimal kita bisa mengurangi tingkat produksinya, kemudian menciptakan neuropathway baru untuk mendaur ulang sampah-sampah itu menjadi pupuk bagi kehidupan.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara