• Thursday, 4 December 2025
  • Ngasiran
  • 0

Foto: Ngasiran

Di balik kemajuan pesat Vihara Giri Santi Loka, Dusun Guwo, Desa Blingoh, terdapat satu fondasi yang sejak awal menjadi motor perubahan masyarakat: pendidikan generasi muda. Kini, vihara ini tercatat sebagai vihara dengan jumlah umat Buddha terbanyak di Jawa Tengah, dengan sekitar 260 kepala keluarga dan lebih dari 700 jiwa berada dalam satu wilayah binaan. Kemajuan tersebut tidak lahir secara instan, melainkan buah dari perjalanan panjang membangun pendidikan yang didorong oleh para tokoh vihara sejak tahun 1970-an.

Pada masa awal, pemuda Buddhis Guwo banyak yang berhenti di bangku sekolah dasar. Kondisi ini membuat mereka berada pada posisi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan sosial maupun organisasi lokal. Melihat realitas ini, Asadi — salah satu tokoh sentral perkembangan vihara — menegaskan pentingnya pendidikan. “Kalau kalian kalah dalam hal pendidikan, maka dalam organisasi pun kalian akan kalah,” nasihat yang kemudian menjadi pemantik perubahan generasi.

Langkah besar dimulai pada tahun 1982 ketika dua pemuda, Jasuri dan Kasipan, dikirim untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah agama, meskipun hanya lulusan SD. Dengan berbagai usaha, mereka akhirnya bisa masuk ke Sekolah Bopkri di Kelet, Jepara. Asadi tidak hanya mencarikan sekolah, tetapi juga mencarikan tempat tinggal agar mereka tidak terbebani biaya kos. Semangat itu kemudian menjalar ke pemuda lain. Lebih banyak anak muda didorong masuk SMPN 2 Keling, dan Asadi berusaha keras mencarikan guru agama Buddha — hingga akhirnya Raswito dari Tunahan menjadi guru pertama mereka.

Selain membuka akses pendidikan, para tokoh vihara juga mencarikan beasiswa. Beasiswa pertama datang dari Bhante Sudhammo di Vihara Ratanavana Arama, Lasem. Dari sinilah tumbuh kesadaran baru: bahwa pendidikan adalah jalan naik bagi umat Buddha Dusun Guwo.

Hari ini, hasil perjuangan itu sangat terasa. Lebih dari 30 umat Buddha Guwo sudah menyelesaikan pendidikan tinggi, bahkan sudah ada yang meraih gelar doktor dan menjadi rektor salah satu kampus Buddhis di Indonesia. Tidak hanya itu, ada pula pemuda Guwo yang memilih jalan kebhikkhuan, mengabdikan hidupnya pada pelestarian Buddha Dhamma.

Jejak pengabdian generasi muda Guwo meluas ke berbagai bidang. Ada yang menjadi pembimas Buddha, guru agama, dosen, pengajar sekolah umum, hingga jurnalis yang aktif menyebarkan informasi dan inspirasi Buddhis ke masyarakat luas. Para pemuda rantau pun berperan besar: mereka membentuk komunitas yang bertujuan membantu adik-adik di kampung mencari sekolah, beasiswa, bahkan tempat tinggal selama belajar.

Pendampingan pendidikan juga berjalan bersamaan dengan pembinaan spiritual. Vihara Giri Santi Loka mengadakan puja bakti rutin, sekolah minggu, pembinaan pemuda, dan kelompok upa-upidana. Semua kegiatan ini memperkuat pemahaman Buddha Dhamma sehingga generasi muda tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter dan berhati damai.

Kini, Vihara Giri Santi Loka bukan hanya pusat puja bakti, tetapi juga laboratorium pendidikan yang membentuk generasi Buddhis cerdas, berdaya, dan mengakar pada nilai-nilai Dhamma. Kesadaran bahwa pendidikan adalah modal masa depan terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya — menjadikan Guwo sebagai salah satu komunitas Buddhis paling progresif di Jawa Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *