• Thursday, 29 December 2016
  • Herman Kwok
  • 0

“Harta karun kok dari masa depan? Umumnya harta karun berasal dari masa lalu,” komentar ini mungkin akan langsung muncul begitu membaca judul di atas.

Borobudur sebagai harta karun peninggalan Buddhis Indonesia memang berasal dari masa lalu. Sebagai warisan mahakarya yang memadukan seni arsitektur, seni rupa, budaya serta teknik membangun yang tinggi pada zamannya. Telah diakui dan dikagumi banyak bangsa lain, termasuk pengakuan negara yang lebih maju. Selain masuk dalam daftar situs pelestarian UNESCO, sudah banyak tim ahli dari luar negeri yang dikirim untuk meneliti berbagai aspek di lokasinya langsung. Dulu Borobudur pernah menjadi pusat peradaban dan ibadah umat Buddha untuk masyarakat di sekitar pada zaman keemasannya.

Jika dulu pernah begitu hebat, kenapa sekarang tidak?
Bisa saja, asal dipahami benar dan disesuaikan dengan kondisi sekarang. Apalagi jika dikelola terpadu bersama potensi candi lain seperti Candi Pawon dan Mendut di kawasan tersebut.

Bagaimana caranya dan kapan? Sekarang!

Tidak lama sejak terpilih sebagai presiden, Jokowi telah memberikan arahan bahwa Borobudur seharusnya menjadi tujuan wisata utama seperti Bali, bukan hanya sebagai salah satu objek wisata persinggahan. Beberapa tahun lalu, kebanyakan turis yang mengunjungi candi Borobudur hanya menghabiskan waktu kurang lebih 2-3 jam, selebihnya lanjut mengunjungi lokasi lain seperti Yogyakarta atau sekitarnya. Awal 2016 Candi Borobudur telah ditetapkan sebagai salah satu dari 10 kawasan pariwisata strategis, yang diikuti dengan pembentukan Badan Otoritas Pariwisata Borobudur. Intinya, potensi pariwisata Borobudur akan dioptimalkan.

Sejak itu memang sudah terlihat perubahan positif di wilayah ini. Infrastruktur seperti akses jalan sudah membaik, fasilitas untuk turis seperti penginapan, rumah makan, pemandu wisata lokal sudah mulai bermunculan, termasuk penyewaan sepeda yang dikelola penduduk sekitar. Perubahan ini sangat positif karena orientasinya bukan pembangunan secara masif yang melibatkan pemodal raksasa, tapi memberdayakan potensi masyarakat sekitar. Tentunya peluang jasa menjadi terbuka lebar asal para pelaku bisa mengenali kebutuhan turis dan mengelola potensinya masing-masing dengan tepat.

Bayangkan cara berpikir turis yang paling sederhana:
1. Membuat rencana perjalanan, pesan tiket pesawat, penginapan, dan kendaraan;
2. Mencari informasi lengkap tentang sejarah candi-candi di sekitar kawasan;
3. Mencari informasi tentang sejarah dan kebudayaan umat Buddha di Indonesia;
4. Mencari informasi tentang objek wisata menarik lain di sekitarnya yang bisa dikunjungi;
5. Merencanakan kegiatan yang menarik untuk mengisi waktu liburan (paket meditasi, dll);
6. Mempelajari jadwal acara atau pertunjukan kebudayaan atau kesenian lokal;
7. Mencari peluang untuk mencoba kuliner lokal dan internasional;
8. Mempelajari sedikit bahasa, budaya dan kesenian lokal;
9. Menginginkan suvenir atau oleh-oleh berupa makanan, kerajinan, atau pakaian;
10. Membutuhkan jasa tour guide lokal, dan lain-lain.

Masih banyak lagi daftar kebutuhan turis yang bisa berbeda tergantung dari asal negaranya. Contohnya turis Asia senang berbelanja, turis Eropa atau Amerika tidak, tapi lebih senang kegiatan yang menantang. Turis Asia umumnya lebih berani mencoba makanan atau jajanan lokal. Bisa juga dibuat paket perjalanan spiritual untuk turis beragama Buddha. Tentunya perlu dikupas lebih mendetail semua peluang yang berpotensi untuk ditawarkan ke turis, baik lokal maupun mancanegara. Belajar dari pariwisata di Bali, para pelakunya termasuk yang paling mengenal kebiasaan dan karakter turis mancanegara.

Inilah harta karun yang berharga untuk masyarakat di sekitarnya, asal bisa dipersiapkan dan dimanfaatkan mulai sekarang. Dan tentu saja komunitas Buddhis sudah seharusnya menjadi salah satu pelaku utama dalam pengembangan Borobudur, jangan hanya jadi penonton.

*) Herman Kwok adalah CEO portal berita Beritagar.id

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *