…A million candles burning for the help that never came. You want it darker. We kill the flame. Hineni (here I am), hineni…
(…Satu juta lilin dinyalakan untuk bantuan yang tidak pernah datang. Engkau menginginkannya lebih gelap. Kami membunuh api. Hineni (inilah aku), hineni…).
Sebagian lirik lagu yang dinyanyikan oleh Leonard Cohen, seorang penulis lagu dan penyanyi Kanada, pengikut aliran Sabtu Sabat (Saturday Sabbath Observer), praktisi Buddhis Zen yang meninggal pada tanggal 7 November 2016 pada usia 82 tahun, kurang dari dua minggu setelah dia menerbitkan album terakhirnya yang berjudul You Want It Darker (21 Oktober 2016). Leonard mencoba mengingatkan kita bahwa ada banyak cara untuk berdoa secara universal, bahkan dalam sebuah lagu.
Salah satu alat tertua yang digunakan untuk berdoa oleh umat agama dan pengikut aliran kepercayaan adalah mala/tasbih. Dalam Bahasa Inggris, mala disebut bead yang berasal dari kata benda kuno bede yang berarti doa. Baru saja ditemukan lukisan fresco di Akrotiri yang terletak di pulau vulkanik Santorini, Yunani (Thira kuno), dari tahun 1600 SM yang menunjukkan wanita sedang memegang tasbih atau manik-manik doa.
Dari beberapa tulisan, lukisan, juga seni patung yang ada, dipercaya bahwa Buddha memakai manik-manik doa atau mala saat meditasi dan berdoa.
Tanaman Mala
Setidaknya ada dua jenis biji tanaman yang telah digunakan sejak dahulu kala sebagai mala; Mereka adalah biji saga telik atau rosario pea (Abrus precatorius) dan biji genitri atau rudraksa (Elaeocarpus ganitrus). Rudraksa dalam Bahasa Sanskerta berarti tetes air mata rudra/Dewa. Foto di atas adalah gelang manik-manik doa yang saya buat dari biji saga telik dan genitri yang saya dapatkan sendiri, langsung dari tanamannya di Jawa Tengah tahun lalu.
Abrus precatorius atau tanaman saga telik berasal dari India dan pada umumnya tumbuh di daerah tropis, juga di daerah subtropis yang relatif hangat. Tanaman ini kalau tidak dirawat, akan menjadi gulma atau tumbuhan yang tidak dikehendaki tumbuhnya di lahan pertanian. Tanaman saga telik adalah anggota tanaman kacang-kacangan (Leguminosae) yang bersimbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen (zat lemas) dari udara dalam bintil akarnya, mereka memainkan peran kunci dalam rotasi tanaman untuk munyuplai nitrogen.
Saga telik secara tradisional digunakan sebagai manik-manik hias untuk rosario. Warna bijinya yang merah dan hitam mengkilap mengingatkan kita untuk berhati-hati karena bijinya sangat beracun kalau dimakan. Racun yang terkandung di dalam biji saga telik adalah abrin, kerabat dekat risin, salah satu racun yang paling mematikan di bumi. Abrin adalah zat racun yang stabil dan dapat bertahan lama dalam kondisi ekstrim seperti suhu yang sangat panas atau sangat dingin. Abrin digunakan dalam penelitian medis karena berpotensi sebagai obat untuk membunuh sel kanker.
Elaeocarpus ganitrus atau pohon genitri atau rudraksa tumbuh di kaki pegunungan Himalaya sampai Asia Tenggara, Nepal, Indonesia, New Guinea, hingga Australia, Guam, dan Hawaii. Tanaman ini termasuk dalam ordo atau bangsa Oxalidales, satu anggota dengan pohon belimbing yang eksotis. Nama biji genitri berasal dari bahasa Sunda dan Melayu. Biji genitri yang digunakan sebagai mala bermotif seperti tetesan air mata, juga dikenal sebagai manik-manik blueberry karena biji yang matang tertutup oleh kulit luar berwarna biru.
Biji genitri mengandung asam galat (gallic acid), yang kandungannya sama dengan ekstrak biji anggur, daun teh, dan kulit kayu pohon ek (oak) yang telah terbukti menghambat pembentukan amyloid fibril atau kumpulan protein dalam sel saraf dan otot. Amyloid fibril adalah salah satu penyebab penyakit Alzheimer dan Parkinson. Dalam dosis tinggi, asam galat diklasifikasikan sebagai mutagen yang dapat mengubah bahan genetik (mutasi), oleh karena itu cenderung bersifat karsinogen (dapat menyebabkan kanker) dan teratogen (dapat menyebabkan cacat lahir pada embrio atau janin).
Kekuatan doa
Berdasarkan bahan-bahan dasar beracun dua macam biji di atas untuk membuat mala, saya bertanya-tanya apakah berdoa dapat menular, beracun atau dapat menenteramkan dunia. Doa universal untuk harapan universal berada di luar batas semua agama dan kepercayaan untuk memerangi misalnya kemiskinan, penyakit, korupsi, polusi, pemanasan global sehingga dapat membawa ke kondisi yang lebih baik di bumi. Atau doa dapat menjadi lokal mirip dengan gerakan locavore, untuk menemukan bahan makanan lokal dari jarak dekat sekitar 150 kilometer, jadi kita mengenal dengan baik apa yang kita makan.
Doa secara pribadi dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya tanpa saling menyalahkan. Seandainya sebelum berdoa hati dan pikiran kita masing-masing jernih melalui latihan meditasi, pasti akan membawa kedamaian. Leonard Cohen di Indonesia pernah dikenal dengan lagunya Hallelujah pada pertengahan tahun delapan puluhan. Silakan mendengarkan lagu terbaru dan terakhirnya You Want It Darker dengan suaranya yang berat dan penuh harap.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara