“Pertama ada gunung, setelah itu tidak ada gunung, kemudian ada lagi” ~ Master Zen Qingyuan Weixin.
Penjelasannya, “Sebelum saya belajar Zen selama tiga puluh tahun, saya melihat gunung sebagai gunung. Ketika saya sampai pada pengetahuan yang lebih mendalam, saya sampai pada titik di mana saya melihat bahwa gunung bukanlah gunung. Tapi setelah mendapat intisari Zen, saya beristirahat. Saya melihat gunung sekali lagi sebagai gunung”.
Gunung yang dianggap sakral oleh pemeluk agama Buddha dan agama Hindu di mancanegara ialah Gunung Meru atau Mahameru. Lokasi dari gunung ini masih kontroversial. Ada pendapat yang mengatakan bahwa gunung Mahameru hanya sebagai perlambang, imajinatif, sebenarnya tidak ada.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa puncak gunung tersebut letaknya di pegunungan Himalaya yang memanjang di lima negara India, Pakistan, Nepal, Bhutan, dan China (Tibet). Puncaknya yang tertinggi di dunia disebut Mount Everest atau dalam Bahasa Tibet disebut Chomolungma (dewi atau ibu dari semua gunung) yang tingginya 8.848 mdpl.
Di Jawa, karena adanya pengaruh agama Buddha dan Hindu di masa lalu, gunung tertinggi di pulau Jawa yang tingginya 3.676 mdpl diberi nama Gunung Semeru, mengambil dari nama Mahameru.
Gunung
Salah satu alasan mengapa naik gunung itu menarik, menantang ialah untuk refleksi diri di tempat yang tinggi, jauh dari keramaian, dan menyadari bahwa manusia itu bagian kecil sekali dari alam semesta. Perlu tekad, semangat, juga tenaga yang kuat untuk sampai ke puncak gunung kemudian kembali dengan selamat.
Banyak gunung berapi mengepulkan asap lebih banyak dari biasanya pertanda makin aktif, bumi makin panas, juga gempa di mana-mana. Bagi yang pernah naik gunung, napak tilas, naik lagi ke puncak yang tinggi selalu menggoda. Di zaman modern ini, naik gunung menjadi kurang menantang kalau sendirian, terlalu banyak aturan, rambu-rambu petunjuk jalan, dan jalannya terlalu lapang.
Bagi pemula perlu latihan naik-naik ke puncak gunung sebelum naik ke gunung yang tinggi, misalnya Gunung Semeru. Ada 38 gunung berapi di Jawa dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda untuk didaki.
Banyak pendaki lokal maupun profesional yang belum pernah mengenal Gunung Ungaran yang tingginya 2.050 mdpl, merupakan salah satu gunung yang hutannya paling asri di Jawa Tengah. Puncaknya membingungkan karena ada tiga.
Juga Gunung Kawi di Jawa Timur yang tingginya 2.551 mdpl, yang sarat dengan cerita mistis sehingga banyak pendaki membatalkan niatnya karena takut. Kedua gunung tersebut tercatat dalam sejarah geologi belum pernah meletus.
Atau Gunung Anak Krakatau yang tingginya beberapa ratus meter dan selalu berubah puncaknya di Selat Sunda dekat Jawa Barat yang pada bulan Februari tahun ini aktif mengeluarkan lahar. Induknya Gunung Krakatau pernah meletus hebat sekali tahun 1883, dan menciptakan tsunami yang membunuh puluhan ribu orang. Abunya yang tebal melayang-layang ke seluruh penjuru dunia menutup sinar matahari yang menyebabkan gagal panen beberapa tahun di lima benua pada waktu itu.
Gunung Krakatau pernah menggoncangkan dunia 134 tahun yang lalu. Kekuatan ledakan Krakatau lebih dari 10 ribu kekuatan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan sempat menggeser posisi sumbu bumi sehingga musim juga berubah drastis saat itu.
Kembali kepada ajaran Zen, naik gunung dapat diibaratkan belajar meditasi. Tersesat naik gunung perlu dihindari. Setelah naik terkadang berputar-putar, lalu turun. Entah puncaknya ada di mana? Mungkin pernah terlewati atau kurang sedikit sampai. Pengalaman seperti ini mengasyikkan, menantang, membikin penasaran. Perlu beristirahat, tidak memaksakan diri sehingga akan menemukan kemajuan yang berarti dan dapat pulang dengan selamat.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara