• Saturday, 25 April 2015
  • Jo Priastana
  • 0

Stasiun televisi antv yang belakangan tak ubahnya televisi India karena saking banyaknya serial India dan juga tayangan lain yang melibatkan bintang-bintang Bollywood, akan menayangkan serial Chakravartin Ashoka Samrat. Serial ini berkisah tentang Rasa Asoka, raja terbesar dalam sejarah India yang berperan sangat besar terhadap penyebaran agama Buddha.

Bintang tampan Shaheer Sheikh akan menjadi Raja Asoka dewasa, sedangkan bintang berbakat Siddharth Nigam akan menjadi Raja Asoka muda. Shaheer Sheikh saat ini sedang dalam puncak popularitas setelah berperan sebagai Arjuna dalam serial Mahabharata yang juga ditayangkan antv. Bahkan kini ia terlibat dalam sinetron atau beberapa program televisi Indonesia, terutama di antv.

Chakravartin Ashoka Samrat bisa diartikan sebagai Raja Asoka Yang Agung. Chakravartin = Cakkavatti = Raja Dunia. Menurut Wikipedia, Chakravartin adalah istilah yang digunakan dalam agama Dharma (terutama Hindu dan Buddha) untuk merujuk kepada sosok seorang penguasa jagat yang ideal, seorang maharaja yang bijaksana dan welas asih kepada seluruh makhluk di dunia.

Raja Asoka adalah raja dari Kerajaan Maurya yang berkuasa pada tahun 273 SM hingga 232 SM. Raja Asoka awalnya adalah seorang raja yang suka berperang dan kejam. Sampai-sampai ia dijuluki Canda Asoka (Asoka Durjana) karena begitu kejam. Sebelum naik takhta saja ia telah membunuh 99 kerabat pria, dan setelah penobatannya ia melenyapkan 500 pejabat tinggi, serta menaklukkan lawan-lawannya tanpa ampun.

Dalam kurun waktu delapan tahun setelah naik takhta, ia menguasai sebagian besar anak benua India hingga Bangladesh, Afghanistan, dan Iran. Bahkan lebih luas daripada wilayah negara India dewasa ini.

Raja Asoka berubah drastis meninggalkan sifat kejamnya setelah penyerbuannya ke Kerajaan Kalingga. Perang tersebut menghancurkan seluruh kota dan menewaskan lebih dari 100.000 orang dan ratusan ribu lainnya luka-luka. Menyaksikan kehancuran yang memilukan itu, Raja Asoka meratap, “Apakah yang telah kuperbuat?” Sejak saat itulah ia mulai mendalami agama Buddha yang didapat dari istrinya, Ratu Devi.

Asoka adalah raja pertama yang menghapuskan perang. Ia memberlakukan politik pasifisme (politik perdamaian) mutlak berdasarkan cita-cita Buddhisme dan mengadakan tindakan-tindakan tegas untuk menjamin kesehatan dan kesejahteraan warga negaranya. Sejak saat itu Asoka, yang sebelumnya dikenal sebagai “Asoka Durjana” (Canda Asoka) mulai dikenal sebagai sang “Asoka Pendukung Dharma” (Dharmâsoka).

Raja Asoka meniadakan pembunuhan atas makhluk hidup dan mengambil kebijakan untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya. Ia menganjurkan untuk menanam pepohonan sepanjang jalan, menggali sumur-sumur dengan jarak tertentu, mendirikan rumah-rumah istirahat bagi para musafir, serta membagikan jamu dan obat-obatan kepada warganya.

Raja Asoka menganggap semua orang yang terdiri dari beragam suku yang terdapat di India itu adalah putranya. Sebagai penganut Buddhisme yang bersemangat, ia menerjemahkan jiwa Buddhisme ke dalam kebijakan pemerintahannya, namun tidak melakukan penindasaan terhadap golongan agama lainnya. Sebaliknya, ia memberi bantuan dan semangat yang positif bagi berbagai golongan itu.

Semasa pemerintahannya, Raja Asoka mendirikan 84 ribu vihara dan 84 ribu stupa untuk menyucikan peninggalan-peninggalan Buddha. Ia juga berziarah ke tempat-tempat suci Buddha. Selama pemerintahannya, untuk pertama kali Buddhisme menjadi salah satu di antara agama-agama nasional di India.

Asoka juga mengutus beberapa rombongan bhiksu Buddhis ke berbagai daerah, termasuk putra dan putrinya sendiri, Pangeran Mahinda dan Putri Sanghamitta ke Sri Lanka, yang menjadikan negeri di sebelah selatan India itu menjadi sumber Buddhisme Theravada yang berpengaruh di Asia Tengah hingga kini.

Diantara berbagai tindakan politik pasifismenya itu, yang paling menonjol adalah sebuah stupa atau tonggak toleransi besar dunia. Piagam toleransi yang juga disebut “Piagam Piyadassi” itu berbunyi: “Dalam memberikan penghormatan kepada agamanya sendiri, janganlah sekali-kali mencemohkan atau menghina agama-agama lainnya. Dengan berbuat demikian selain membuat agamanya sendiri berkembang, juga akan memberikan bantuan kepada agama-agama lainnya. Jika berbuat kebalikannya, maka berarti menggali lubang kubur untuk agamanya sendiri disamping mencelakakan agama lain. Barangsiapa menghormati agamanya sendiri, tetapi menghina agama lainnya dengan berpikir bahwa berbuat demikian adalah telah melakukan sesuatu yang baik sebagai pemeluk agama yang taat, maka ini malah akan berakibat sebaliknya, yaitu akan memukul kepada agamanya sendiri.”

Jasa Raja Asoka begitu besar bagi penyebaran agama Buddha. Cendekiawan Buddhis dari Jepang Daisakaku Ikeda dalam bukunya, Buddhism, The First Millenium (1977), menilai Raja Asoka memainkan peranan menentukan dalam penyebaran Buddhisme yang penuh kasih sayang. Ia telah berubah dari penaklukan melalui pedang, menjadi penyebar cinta kasih melalui Buddha Dharma. Tidak jauh berbeda dengan Ikeda, sejarawan dunia HG Wells menyatakan, “Salah seorang penguasa yang terbesar yang pernah dilihat dunia.”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *