• Friday, 7 March 2014
  • Sutar Soemitro
  • 0

Mulai besok, Sabtu, Ajahn Brahmavamso akan memulai tur ceramah keliling Indonesia Ajahn Brahm Tour d’Indonesia 2014 di kota Medan. Akan ada 6 kota yang ia singgahi, yaitu Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, dan Denpasar. Ajahn Brahm akan berbicara di depan publik Indonesia tanggal 8 -13 Maret 2014. Tur ceramah yang dikoordinir oleh Ehipassiko Foundation ini pada tahun ini mengusung tema “Aware Everywhere”.

Nah, sebelum mendengarkan ceramah Ajahn Brahm yang jenaka namun inspiratif, ada baiknya kita berkenalan kembali dengannya. Kami ambilkan beberapa bagian biografi Ajahn Brahm dari buku Ajahn Brahm: Biografi & Wawancara, yang disusun oleh Handaka Vijjananda dan diterbitkan oleh Awareness Publication, salah satu divisi penerbitan Ehipassiko Foundation.

Ajahn Brahm lahir di London, 7 Agustus 1951 dengan nama Peter Betts. Ia lahir di keluarga pekerja di London pada masa usai Perang Dunia II, sebuah masa yang sulit bagi banyak orang, termasuk keluarga Betts.

Meski kekurangan harta materi, namun keluarga Betts adalah tempat yang baik untuk bertumbuhnya anak kecil. Ada sebuah ucapan dari ayah Peter yang begitu membekas bagi Peter kecil, “Pintu rumahku akan selalu terbuka untukmu, tak peduli apa pun yang kamu lakukan dalam hidup.”

Sejak kecil Peter berbeda dengan anak-anak lainnya. Ketika sekolahnya terkadang memberikan libur setengah hari bagi anak-anak yang berkelakuan baik, teman-temannya memilih bersenang-senang, tapi Peter lebih memilih menyelesaikan pekerjaan rumahnya, kemudian bergembira dalam tidak melakukan apa-apa sama sekali.

Perkenalan Peter dengan Buddhisme dimulai pada usia 16 tahun. Ketika itu ia memenangkan hadiah akademik melalui hasil ujian O-Level-nya. Ia menggunakan uang hadiah untuk membeli buku-buku perdana mengenai Buddhisme karya Christmas Humphries. Ia segera menyadari, sesungguhnya, ia sudah Buddhis. Dan ia memutuskan untuk mempelajari agama-agama lainnya pula. Pada masa inilah ayahnya meninggal dunia.

Peter melanjutkan kuliah di Cambridge University dengan beasiswa penuh karena kecerdasannya. Ia mempelajari fisika teori selama tiga tahun. Di Cambridge ini, ia menemukan bahwa kecerdasan dan kebijaksanaan adalah hal yang sangat berbeda.

Setelah lulus, Peter memutuskan menjadi guru sekolah selama setahun. Karenanya, ia masuk Universitas Durham selama setahun. Ia diterima sebagai guru matematika dan sains di sekolah menengah di Devon. Setelah setahun, ia kembali ke London dan memutuskan untuk menjadi bhikkhu.

Setelah disarankan pergi ke Thailand oleh para bhikkhu di vihara Thai di London, ia pergi ke Bangkok pada tahun 1974 dan ditahbiskan menjad Bhikkhu Brahmavamso alias Ajahn Brahm pada usia 23. Ia kemudian berlatih di dalam vihara hutan Wat Poh Pong di bawah bimbingan gurunya yang tersohor, Ajahn Chah. Kemudian Ajahn Brahm pindah ke Wat Pah Nanachat, sebuah vihara hutan internasional yang didirikan oleh para bhikkhu Barat.

Sembilan tahun Ajahn Brahm berlatih di pedalaman hutan Thailand. Pada bulan April 1983, ia diutus menjadi bhikkhu nomor dua untuk mendampingi Ajahn Jagaro ke Australia. Awalnya mereka tinggal di sebuah vihara kecil sebelum akhirnya mendirikan Vihara Bodhinyana di perbukitan Serpentine, selatan Perth.

Pada tahun 1994, Ajahn Jagaro mengambil cuti monastik dan lepas jubah setahun kemudian. Ajahn Brahm pun kemudian mengambil alih posisi pimpinan. Sejak saat itulah Ajahn Brahm mulai aktif mengisi ceramah dengan jenaka dan inspiratif di berbagai belahan dunia.

20140307 Berkenalan (Lagi) dengan Ajahn Brahm_2

Mengapa Ajahn Brahm senang mengajar menggunakan cerita, kiasan dan lelucon? “Karena saya senang menertawakan lelucon saya. Jadi biarpun tak seorang pun tertawa, saya tetap senang,” jawab Ajahn Brahm.

“Jika saya hendak berceramah, saya akan menikmati berceramah. Dengan begitu saya akan bersenang-senang. Lalu Anda menemukan bahwa saat Anda bersenang-senang, kesenangan itu menular,” tambah Ajahn, “Jadi Anda menaruh sukacita di dalamnya ketika Anda di depan banyak orang, bermain-main, menceritakan kisah lucu, Anda menikmatinya. Lalu jika Anda menikmatinya, Anda selalu dapati orang lain pun menikmatinya.”

“Dhamma itu sukacita, bahagia, kuat, bertenaga, bersemangat,” ujar Ajahn.

Lelucon cerdas nan inspiratif dalam setiap ceramahnya membuat kehadirannya selalu ditunggu-tunggu ribuan orang. Dan kini ia pun punya banyak penggemar. Ya, penggemar! “Dan itu masalah besar,” cetus Ajahn. Sering ia bercerita bagaimana orang-orang berusaha untuk meminta berfoto dengannya bahkan saat sedang berada di toilet!

Dan sekali lagi, bukan Ajahn Brahm kalau melihat sesuatu dari sisi buruknya. Ia selalu melihat sisi positifnya. Menurutnya, “Punya penggemar itu baik. Jika mereka memperoleh kebahagiaan dari itu dan jika mereka mendapat inspirasi yang membuat mereka jadi orang yang lebih baik, kenapa tidak?”

Pertanyaan lain yang mungkin sering muncul adalah Ajahn Brahm begitu sibuk dan sering terbang, sebagai seorang bhikkhu, tidakkah itu mengganggunya? Dalam tur ke Indonesia kali ini saja Ajahn keliling 6 kota dalam 6 hari non stop.

Ajahn tidak memungkiri kadang ia merasa lelah, “Orang-orang pikir saya kelihatan muda, namun saya kini sudah 60 tahun lebih. Kalau Anda punya mobil berusia 60 tahun, Anda tak bisa memasangnya terus di gigi empat, memacu mesinnya dan mempercepatnya agar mengebut sepanjang waktu.” Mungkin karena alasan itu pula tur ceramah kali ini berkurang hanya di 6 kota, dibandingkan tahun lalu di 8 kota.

“Karena saya kini bhikkhu tua, maka saya mencoba menjalaninya dengan lebih santai. Namun itu hanya bagian fisiknya saja, di bagian batin tidak ada yang namanya kesibukan itu,” jelas Ajahn.

“Kesibukan adalah berusaha melakukan terlalu banyak hal dalam waktu bersamaan. Itu tidak ada hubungannya dengan berapa banyak pekerjaan yang harus Anda lakukan. Anda cukup lakukan satu hal pada satu waktu, dan lakukanlah dengan baik, dan Anda akan menyelesaikan banyak sekali, tanpa pernah terlihat sibuk.”

“Jadi itulah yang coba saya lakukan, berusaha melakukan satu hal pada satu saat, menikmatinya, yang berarti Anda menyelesaikan banyak sekali, tanpa menjadi stres,” jelas Ajahn.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *