• Monday, 3 January 2022
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Edmund Husserl, pendiri Fenomenologi, menulis bahwa “Saya tidak dapat melepaskan diri” saat membaca Sutta Pitaka dalam terjemahan Bahasa Jerman oleh Karl Eugen Neumann.

Husserl berpendapat bahwa metode Buddha seperti yang dia pahami sangat mirip dengan metodenya sendiri. Serupa dengan ini, Eugen Fink, yang adalah asisten Husserl dan yang dianggap Husserl sebagai penerjemahnya yang paling handal mengatakan bahwa: “berbagai fase disiplin diri buddhis pada dasarnya adalah fase reduksi fenomenologis.”

Setelah membaca teks-teks buddhis, Husserl menulis sebuah karangan pendek berjudul ‘Tentang Khotbah-Khotbah Buddha Gautama’ (Über die Reden Gotomo Buddhos) yang menyatakan: Analisis linguistik lengkap dari kitab-kitab buddhis memberi kita kesempatan sempurna untuk mengetahui cara melihat dunia ini yang sepenuhnya berlawanan dengan cara pengamatan Eropa kita, menempatkan diri kita dalam perspektifnya, dan membuat hasil dinamisnya benar-benar komprehensif melalui pengalaman dan pemahaman.

Bagi kami, bagi siapa pun, yang hidup di masa runtuhnya budaya kita sendiri yang tereksploitasi dan telah mencari-cari cara untuk melihat di mana kemurnian dan kebenaran spiritual berada, yang mana penguasaan dunia yang penuh sukacita memanifestasikan dirinya, cara pandang [buddhis] ini adalah sebuah petualangan luar biasa.

Agama Buddha

Bahwa agama Buddha – sebagaimana yang ditunjukkan pada kita dari sumber aslinya – adalah sebuah disiplin etika-religius untuk pemurnian spiritual dan pemenuhan status tertinggi – yang dipahami dan didedikasikan untuk hasil batin dari kerangka pikiran yang kuat, tak tertandingi, dan mulia, akan segera menjadi jelas bagi setiap pembaca yang mengabdikan diri untuk pekerjaan itu.

Ajaran Buddha hanya dapat dibandingkan dengan bentuk tertinggi dari filosofi dan semangat keagamaan dari budaya Eropa kita. Sekarang adalah tugas kita untuk memanfaatkan (bagi kita) disiplin spiritual India yang benar-benar baru ini, yang telah direvitalisasi dan diperkuat dengan kontras.

Baik Fred J Hanna dan Lau Kwok Ying, keduanya mencatat bahwa ketika Husserl menyebut agama Buddha sebagai “transendental”, dia menempatkannya pada tingkat yang sama dengan fenomenologi transendentalnya sendiri. Juga, bahwa Husserl menyebut agama Buddha sebagai sebuah “petualangan besar” adalah penting, karena ia juga merujuk pada filosofinya sendiri dengan cara itu juga, yaitu sebagai sebuah metodologi yang mengubah cara seseorang memandang realitas yang juga membawa transformasi pribadi.

Husserl juga menulis tentang filsafat Buddhis dalam sebuah manuskrip yang tidak diterbitkan berjudul “Sokrates – Buddha”. Di sini, Husserl membandingkan sikap filosofis buddhis dengan tradisi Barat yang diwakili oleh Sokrates.

Husserl melihat kesamaan antara cara hidup penganut paham Sokrates yang berlandaskan pepatah “Kenali diri sendiri” dengan filosofi buddhis. Ia berpendapat bahwa keduanya memiliki sikap yang sama, yang merupakan kombinasi dari sikap teoretis murni sains dan sikap pragmatis sehari-hari.

Sikap ketiga ini didasarkan pada “sebuah praksis yang bertujuan untuk mengangkat umat manusia melalui akal ilmiah universal. Husserl juga melihat kesamaan antara analisis Buddhis tentang pengalaman dan metode epoche-nya sendiri yang merupakan penangguhan penilaian tentang asumsi metafisik dan anggapan tentang dunia ‘eksternal’ (asumsi yang disebutnya ‘sikap naturalistik’).

Di sisi lain, Husserl juga berpendapat bahwa agama Buddha belum berkembang menjadi ilmu pemersatu yang dapat menyatukan semua pengetahuan karena merupakan sebuah sistem etika-religius dan karenanya tidak dapat memenuhi syarat sebagai fenomenologi transendental penuh.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *