• Friday, 24 January 2025
  • Ngasiran
  • 0

Oleh: Ven. Jue Cheng

Dalam 12 tahun terakhir, saya sering mengunjungi Jawa Tengah, Indonesia. Setiap kali berziarah ke Candi Borobudur, bangunan peninggalan bersejarah agama Buddha terbesar di dunia, saya selalu berharap suatu hari nanti dapat mengumpulkan sekelompok orang yang berdedikasi untuk mengukir kembali sejarah agama Buddha yang telah tersembunyi di bawah abu vulkanik selama ribuan tahun.

Tahun 2012 merupakan kunjungan pertama saya ke Jawa Tengah, atas undangan Ven. Xuezhi, kepala Vihara Bodhidharma, untuk melakukan ziarah ke Borobudur dan mengunjungi desa Buddhis di Temanggung guna memberikan perhatian dan dukungan. Penduduk desa yang sangat sederhana dengan penuh sukacita beranjali menyambut kedatangan kami. Ekspresi mereka yang haus akan Dharma terus terpatri dalam benak saya.

Dalam setiap perjalanan menyebarkan Dharma yang berulang kali membawa rasa haru, saya tidak dapat menahan diri untuk membuat tekad di hadapan Buddha: semoga dalam hidup ini saya bisa memberikan kontribusi, sekecil apa pun, bagi kebangkitan Buddhisme di Indonesia, baik melalui pelatihan guru, kamp pemuda-pemudi Buddhis, atau kelas agama Buddha untuk anak-anak.

Kemudian, saya menerima undangan dari Ven. Zongru, kepala Vihara Fo Guang Shan di Medan, untuk memberikan ceramah Dharma. Di sana, saya berkenalan dengan Ibu Hartati Murdaya, Ketua Walubi. Beliau dengan sangat antusias mengundang saya untuk mengunjungi Griya Vipassana Avalokitesvara (GVA), yang didirikannya di Magelang. Beliau juga menyatakan kesediaan memberikan kesempatan kepada Fo Guang Shan dengan meminjamkan tempat tersebut guna mengadakan kegiatan pendidikan.

Oleh karena itu, pada tahun 2018, kami membentuk tim inspeksi pendidikan dari Fo Guang Shan yang terdiri atas Yang Chao-Hsiang, Presiden Fo Guang University; Lin Tsung-Ming, Presiden Nanhua University; serta para guru dari Tsung Lin University dan Dongzen Buddhist College Malaysia. Mereka secara khusus datang ke Jawa Tengah, tepatnya Yogyakarta, untuk melakukan inspeksi pendidikan guna mengeksplorasi cara mempromosikan pendidikan Buddhis di Indonesia.

Alhasil, kami berhasil menyelenggarakan pelatihan guru untuk desa Buddhis di sekitar Borobudur pertama kali pada Desember 2019, berkat dukungan Bapak Murdaya Poo dan Ibu Siti Hartati Murdaya yang bermurah hati meminjamkan GVA sebagai tempat pelatihan. Pelatihan intensif selama tiga hari ini diikuti hampir 100 guru dari 13 desa Buddhis.

Namun, akibat pandemi, pelatihan guru harus terhenti selama dua tahun. Meski demikian, pandemi tidak menghalangi semangat untuk belajar Dharma. Pada tahun 2021, kami membentuk IDZI (Institut Dong Zen Indonesia), sebuah program kelas online Buddha Dharma berbahasa Indonesia. Setiap angkatan program daring ini diikuti lebih dari 80 peserta. Keseriusan para siswa dalam belajar Dharma secara online semakin mendorong saya untuk mendirikan pusat pendidikan fisik agar lebih banyak pemuda-pemudi Indonesia dapat menerima pendidikan Buddhis formal.

Selama pandemi, saya melihat lebih banyak ketidakkekalan dan menyadari cepatnya perubahan sebab dan kondisi. Ketika sebab dan kondisi telah matang, saya merasa harus segera memanfaatkan kesempatan yang ada. Dengan tekad penuh, saya memutuskan untuk melangkah maju, mencari sumber daya manusia berbakat bagi agama Buddha dan calon anggota Sangha untuk Fo Guang Shan.

Setelah perjalanan panjang selama 12 tahun, berbagai sebab dan kondisi yang diperlukan untuk mendirikan Pusat Pendidikan Buddhis di Indonesia berangsur-angsur terpenuhi. Akhirnya, pada Juni 2024, didirikanlah Pusat Pendidikan Buddhis Fo Guang Shan Indonesia, yang berlokasi di GVA.

Sebagai langkah awal, kami membuka kelas persiapan singkat selama dua bulan. Saya juga memenuhi janji untuk tinggal di sana selama dua bulan guna menyaksikan momen bersejarah, mulai dari upacara pembukaan hingga kelulusan angkatan pertama siswa-siswi Indonesia. Perasaan haru yang saya rasakan sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Selama dua bulan tersebut, para siswa menerima nutrisi Dharma dari berbagai aspek: mulai dari kitab suci hingga ajaran Buddha, dari seni budaya hingga pengalaman kehidupan sehari-hari, dari tugas di ruang makan hingga di dapur, dari tugas di baktisala hingga memainkan instrumen Dharma. Mereka semua belajar dengan sangat serius.

Kini, meskipun program dua bulan telah usai, selesai bukan berarti berakhir. Para siswa-siswi memulai perjalanan belajar baru dengan melanjutkan studi ke Fo Guang Shan di Taiwan. Bagi mereka yang ingin mendalami bahasa Mandarin, membaca Tripitaka, dan memahami agama Buddha Mahayana, lingkungan di Tsung Lin University, Fo Guang Shan Pusat, sangat mendukung sehingga hasil pembelajarannya diharapkan lebih maksimal.

Dengan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan restu dari berbagai pihak yang memungkinkan Fo Guang Shan mendirikan Pusat Pendidikan Buddhis di Indonesia. Terima kasih kepada Master Hsing Yun sebagai pendiri Tsung Lin University, Komite Keagamaan, serta keluarga Bapak Murdaya Poo dan Ibu Siti Hartati Murdaya yang telah meminjamkan tempat dengan lokasi yang tenang, lengkap dengan ruang baktisala untuk kegiatan keagamaan. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ven. Xuehua, Ven. Zongru, dan para Venerable dari Singapura, Malaysia, serta Indonesia atas bimbingannya. Terlebih lagi, secara khusus saya berterima kasih kepada Asosiasi Guru yang selama dua bulan mengirim tujuh guru secara bergilir ke Indonesia untuk mengajar bahasa Mandarin kepada para siswa-siswi.

Pada Januari 2025, Pusat Pendidikan Buddhis Fo Guang Shan Indonesia resmi memulai perkuliahan dengan target menerima 30–40 siswa. Kami menerima siswa baru melalui komunitas dan asosiasi Buddhis di Indonesia. Kami juga mengundang para pemuda-pemudi yang memiliki tekad kuat untuk segera mendaftar guna mengembangkan sumber daya manusia berbakat dalam menyebarkan ajaran Buddha di masa depan.

“Impian Selama 12 Tahun” | Pusat Pendidikan Buddhis Fo Guang Shan Indonesia

Tanggal Publikasi: 09 Januari 2024

Sumber: Pumen Magazine

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *