Mungkin tak banyak figur terkenal dari Nepal yang kita ketahui. Padahal Nepal adalah tempat kelahiran Buddha Gautama. Meskipun demikian, Nepal berperan besar dalam penyebaran agama Buddha di Tiongkok. Salah satu tokoh penting yang terlibat adalah Aniko, seorang seniman yang mempengaruhi pertukaran seni buddhis Nepal dan Tiongkok.
Aniko atau Araniko sering pula disebut sebagai Anige, Aneka, Arniko dan bahkan Balabahu (kesalahan perujukan oleh Baburam Acharya). Nama Aniko kemungkinan besar berasal dari kata Aa Ni Ka yang berarti saudara laki-laki mulia dari Nepal. Beliau lahir tahun 1245 di Lembah Kathmandu pada masa pemerintahan Raja Abhaya Malla.
Walaupun tidak terdapat catatan sejarah tentang Aniko di Nepal, catatan sejarah Tiongkok dan Baburam Acharya menunjukkan bahwa Aniko berasal dari tempat yang terkenal sebagai pembuatan patung dan seni, Patan. Sebab itu, wajar bila Aniko merupakan figur seniman buddhis terkenal.
Sejak kecil, Aniko sudah menunjukkan bakat seni yang luar biasa. Orang-orang disekitarnya telah menyadari bahwa dia adalah orang yang terlahir sebagai seniman. Di usia 7 tahun, temperamennya sudah seperti orang dewasa. Dia menguasai buku-buku pelajaran dan menjadi seorang kaligrafer muda yang dipuji-puji banyak guru. Sebelum dia meninggalkan Nepal menuju Tibet, Aniko telah menjadi ahli di bidang seni lukis, model dan rupa. Karya Aniko yang terkenal adalah Stupa Putih di Kuil Miaoying di Beijing.
Pada masa pemerintahan Jaya Bhim Dev Malla, Aniko ditugaskan untuk membangun sebuah stupa emas di Tibet. Disana dia ditahbiskan menjadi seorang biksu. Dari Tibet, dia kemudian ditugaskan lagi ke Cina Utara untuk bekerja pada pendiri Dinasti Yuan (1279-1368), Kublai Khan. Disini, dia membawa serta tradisi seni trans-Himalaya ke daratan Tiongkok. Aniko memimpin 80 seniman ke Tibet dan Tiongkok untuk membangun sejumlah gaya pagoda disana. Di masa selanjutnya, dia melepas jubah dan menjadi umat awam.
Aniko memiliki enam putra, dua diantaranya Asengge dan Ashula, mengikuti jejaknya sebagai seniman yang bekerja di Dinasti Yuan. Catatan sejarah Tiongkok menulis bahwa Aniko tinggal di Tiongkok hingga akhir hayatnya pada Maret 1306 di usia 62 tahun.
Peran besar Aniko dalam sejarah seni Tiongkok adalah pengenalan tradisi seni Pala dari Nepal di Tiongkok. Sejarah seni buddhis di Tiongkok sendiri dapat dibagi menjadi tiga gelombang: seni Gandhara sebelum Dinasti Tang, seni Gupta selama Dinasti Tang, dan seni Pala-Himalaya selama Dinasti Yuan. Setelah runtuhnya pemerintahan Mongol di Tiongkok, warisan seni Aniko masih terus berpengaruh pada seni buddhis di pemerintahan Dinasti Ming dan Qing.
Atas segala pencapaiannya, pemerintah Nepal telah menerbitkan beberapa perangko atas namanya sebagai bentuk penghormatab. Selain itu, sebuah jalan raya di Nepal juga dinamakan Araniko. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara