• Saturday, 14 April 2018
  • Deny Hermawan
  • 0

Tilopa (988 – 1069 Masehi) salah satu nama paling tersohor dalam tradisi Buddhis Vajrayana di India. Ia awalnya adalah seorang putra mahkota sebuah kerajaan di Bengal Timur bernama Prajnabhadra.

Orangtuanya memuja Isthadewata (Yidam) Chakrasamvara. Ketika Tilopa masih muda, ada sosok Dakini bertampang seram yang menampakkan diri di hadapannya.

Tilopa lantas menanyakan status, asal-usul dan keluarganya, dan Dakini ini menjawab: “Negerimu adalah Udiyana, ayahmu adalah Chakrasamvara, ibumu adalah Vajrayogini.”

Meskipun hidup dalam kemewahan dan bergelimang harta tapi hatinya tidak pernah tenang. Akhirnya ia berkelana mencari guru Dharma dan berhasil mendapatkan ajaran dari berbagai guru.

Perjalanan

Jalan hidup membawa Tilopa pergi ke Udiyana, tanah suci guru Padmasambhava untuk menerima ajaran-ajaran dari para Dakini. Tilopa menghadapi banyak rintangan termasuk dari para Dakini yang bermunculan dalam wujud yang menakutkan. Akan tetapi, setelah mereka menyadari Tilopa adalah guru yang dinobatkan untuk menerima transmisi, akhirnya Ratu Dakini memberikan berbagai transmisi tantra kepadanya.

Dikisahkan pula, Tilopa menerima transmisi Mahamudra langsung dari Vajradhara, Adibuddha menurut tradisi Shakya, Kagyu, dan Gelug dalam Buddhis Tibetan.

Tilopa menerima dua garis silsilah Dharma, satu dari makhluk-makhluk yang tercerahkan tak kasat mata, di antaranya melalui Vajrayogini dan Vajrapani. Sedangkan silsilah yang diterimanya dari manusia antara lain adalah dari Nagarjuna yang mentransmisikan Gushyasamaja Tantra, serta yoga cahaya terang. Nagarjuna kemudian memerintahkan Tilopa untuk kembali ke kerajaannya dan memerintah di sana.

Saat kerajaannya diserang orang-orang dari Persia, Raja Tilopa dengan kesaktiannya dapat menghentikan mereka tanpa pertumpahan darah. Dia menyebabkan seluruh tentara musuh menjadi tidak bisa melihat oleh kekuatan cahaya yang besar.

Tilopa juga menerima ajaran yoga mimpi dari Lawapa, serta menerima ajaran Mahamudra secara lengkap dari Shavari, murid Nagarjuna dan Saraha. Selain itu, Tilopa menerima transmisi yoga Tummo (Chandali) dari Arya Saryapa, dan menerima ajaran pengalihan kesadaran (Phowa) dari guru besar wanita Sukhasiddhi.

Tilopa mendapat ajaran bagaimana cara menghidupkan kembali orang yang sudah mati dari Matangi, serta menerima ajaran tentang kebijaksaan tertinggi (Prajna) dari Indrabhuti.

Tilopa lalu bermeditasi dalam gua dengan kaki dirantai selama dua belas tahun. Setelah dua belas tahun berlalu, rantai di kakinya putus dengan sendirinya. Ia telah mencapai realisasi luar biasa. Acarya Nagarjuna lantas mengirimkan Dakini untuk mengajar Tilopa.

Atas petunjuk Dakini itu, dengan tujuan menghilangkan egonya sebagai raja maka Tilopa diperintahkan bekerja menggiling wijen pada majikan yang merupakan seorang pelacur, atau wanita tuna susila. Dari sinilah ia mendapat nama Tillipa, yang artinya adalah penggiling wijen.

Akhirnya Tilopa mencapai pencerahan penuh melalui pekerjaan sebagai penggiling wijen bagi wanita tuna susila tersebut. Di sepanjang hidupnya, Tilopa telah membimbing manusia yang sangat banyak melalui nyanyian Dharmanya yang sangat mendalam, Nyanyian Mahamudra Tilopa.

Kisah bukti pencapaiannya yang sangat terkenal adalah kemampuannya membalikkan aliran sungai Gangga dan menghidupkan kembali ikan yang telah dimakannya.

Salah satu kata-kata Tilopa yang dikenal hingga saat ini adalah: “Milikilah batin yang terbuka pada segalanya, namun tidak melekat pada apa pun.”

Tilopa juga terkenal dengan syair enam nasihatnya.

Jangan mengenang-ngenang.

Jangan berpikir.

Jangan menganalisa.

Jangan mengendalikan.

 

Bersemelehlah.

 

Biarkanlah apa yang telah berlalu.

Biarkanlah apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Biarkanlah apa yang sedang terjadi sekarang.

Jangan mencoba memahami apa pun.

Jangan mencoba membuat sesuatu terjadi.

Rileks, sekarang, dan bersemelehlah.

Deny Hermawan

Seorang penjelajah, bekerja sebagai jurnalis di Kota Gudeg, Jogja.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *