• Thursday, 3 June 2021
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Setiap membaca paritta Pattidana, ada sebuah catatan kaki yang merujuk penggubah paritta tersebut. Tertulis Phra Chorm Klao Chao Yu Hua. Siapakah dia?

Gelar Phra Chorm Klao Chao Yu Hua mungkin memang tidak kita kenal, tapi bila kita menyebut nama Mongkut atau Raja Rama IV, mungkin kita akan tahu darimana beliau berasal. Benar! Beliau adalah Raja Thailand (Siam) di bawah pemerintahan Chakri. Beliau memerintah dari tahun 1851 hingga 1868.

Menarik untuk disimak bahwa sebenarnya beliau sendiri tidak berminat menjadi seorang raja. Dia adalah putra kedua dari Pangeran Isarasundhorn dan Putri Bunreod. Lahir di Istana Thonburi pada 1804 (putra tertua meninggal tahun 1801), Mongkut memiliki seorang adik laki-laki bernama Chutamani yang lahir tahun 1808. Pada 1809, ayahnya dinobatkan sebagai Raja Rama II sehingga keluarganya pindah ke istana kerajaan.

Sebagaimana tradisi di Thailand, setiap anak laki-laki yang menginjak usia 20 tahun akan menjadi biksu untuk sementara waktu, pada 1834 Mongkut menjadi seorang biksu dengan nama penahbisan Vajirayan (Pali Vajirañāṇo).

Pada tahun yang sama, ayahnya meninggal dunia sehingga Mongkut seharusnya dinobatkan menjadi raja baru. Namun karena menganggap takhta sebagai hal yang tak dapat ditobatkan dan untuk menghindari intrik politik yang mana sebagian besar bangsawan menghendaki Pangeran Jessadabodindra sebagai pengganti raja, Mongkut tetap memegang status kebiarawannya.

Beliau menjadi salah satu anggota kerajaan yang mengabdikan hidupnya untuk Buddhadhamma. Menjelajahi negerinya sebagai seorang biksu dan melihat adanya kelonggaran terhadap peraturan disiplin yang dijalankan oleh para biksu di Thailand. Hingga pada 1829, Mongkut bertemu seorang biksu bernama Buddhawangso yang sangat teguh memegang peraturan vinaya. Mongkut (Vajirayan) mengagumi sosok beliau dan terinspirasi untuk melakukan reformasi agama.

Gerakan reformasi vinaya

Pada 1835, beliau memulai gerakan reformasi untuk menegakkan peraturan vinaya yang kemudian berkembang menjadi aliran Dhammayuttika Nikaya, atau Thammayut. Jasa Mongkut terhadap perkembangan agama Buddha di Thailand adalah dengan menginisiasi dua revolusi.

Pertama, dia mendorong masyarakat untuk menerima modernisasi dan ilmu pengetahuan barat. Kedua, dia mereformasi agama Buddha di Thailand untuk kembali pada bentuk murni dan validnya sesuai dengan peraturan vinaya. Selain itu, beliau juga menginisiasi festival Magha Puja dan merehabilitasi banyak wihara.

Setelah kehidupan monastik selama dua puluh tujuh tahun, Mongkut akhirnya bersedia dinobatkan menjadi raja Thailand di tahun 1851, pada usia 47.

Beliau kemudian mengganti namanya menjadi Phra Chom Klao, meskipun orang asing terus memanggilnya sebagai Raja Mongkut.

Di Inggris sendiri, raja Mongkut terkenal, hingga bahkan seorang delegasi Inggris Sir James Brooke menyebutnya sebagai “raja kami”. Sesuai tradisi pula, sebagai seorang raja, Mongkut harus meneruskan pewaris sehingga dia pun memiliki 32 istri dan 82 anak.

Terlepas dari itu, Mongkut tetap melakukan reformasi di Thailand dengan meningkatkan hak-hak wanita, membebaskan selir-selir istana, melarang pernikahan paksa dalam bentuk apa pun, dan melarang penjualan istri untuk melunasi utang. Atas usahanya dalam memodernisasi Thailand, Mongkut juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Thailand.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *