Sangat jarang sekali kita mendengar ada lagu Buddhis yang berirama rock. Tapi justru karena membawakan genre lagu keras tersebut, Jasmin Oci terpilih menjadi juara favorit Lomba Cipta dan Penyanyi Lagu Buddhis (LCPLBN) 2014 awal Desember 2014 lalu.
Jasmin membawakan lagu Suka Cita dalam Dhamma ciptaan Hendra Putra Wijaya. Irama keras lagu yang dibawakan anak muda asal Temanggung, Jawa Tengah itu seakan menggambarkan kerasnya kehidupannya.
Ya, dulu Jasmin pernah menjadi seorang pengamen jalanan selama 5 tahun.
Kepada BuddhaZine, Jasmin buka-bukaan tentang kisah kelam masa lalunya itu hingga akhirnya menjadi penyanyi Buddhis lewat LCPLBN. Kecintaan pada musik yang membawanya menjadi pengamen jalanan, tapi kecintaan pada musik juga yang membawanya menjadi penyanyi Buddhis.
Tahun 2007 ia merantau ke Jakarta berbekal ijazah SMA. Ia tinggal di Tangerang. “Ke Jakarta pengen cari kerjaan gak dapat, eh malah jadi pengamen jalanan yang serba ga jelas,” Jasmin memulai kisahnya. Kebetulan ia hobi nyanyi. Ia tidak memungkiri, selama hidup di jalanan, banyak hal negatif yang pernah ia jalani. Mabuk atau berantem adalah hal biasa baginya. Ia bahkan pernah sampai masuk rumah sakit karena berantem.
“Pernah pas pulang ngamen, aku pulang sampai gak sadar karena kebanyakan minum. Tau-tau jam setengah 5 pagi aku terbangun aku kaget, gak taunya aku jatuh dan gak sadar kalau aku tertidur di pinggiran jalan,” kenang Jasmin.
Jasmin melanjutkan, “Diusir dari kos-kosan juga sering, bukan cuma sekali, tapi berkali-kali karena gak kuat bayar. Ngamen gak cukup buat itu, semua hanya cukup buat makan. Malah kadang buat makan saja gak cukup.”
Pernah suatu ketika, Jasmin sakit. Karena tidak lagi memiliki uang dan tak bisa keluar, selama dua hari ia hanya minum air tanpa makan. “Dua hari tidak ngamen, tidak punya yang sama sekali. Minum aja aku minta,” kata Jasmin. Dan itu bukan cuma sekali, tapi sering terjadi.
Keluarga dan orang-orang terdekatnya berkali-kali menasehatinya untuk meninggalkan dunia gelap jalanan, tapi selalu Jasmin tampik. Dan tentu saja selama itu pula dia tak mengenal Buddha.
Merasa jenuh dengan kehidupannya yang terus-menerus tidak jelas, timbul di pikiran Jasmin untuk meninggalkan kehidupan seperti itu. “Dan satu lagi, aku udah bosan dengan cibiran-cibiran yang sering terucap dari orang-orang di lingkungan sekitarku,” terang Jasmin.
“Setiap hari harus mendengar itu semua, aku jadi berpikir untuk berubah menjadi lebih baik. Mau sampe kapan aku dengan kondisi seperti itu?”
Dengan kesadaran sendiri akhirnya Jasmin meninggalkan dunia hitamnya. Ia kemudian pindah ke Ponorogo ikut kakaknya membantu usaha studio foto. Pada Waisak 2014 lalu ketika ia sedang pulang ke Temanggung, ada salah satu temannya, Eko Winarno, memberinya brosur LCPLBN. Jasmin langsung tertarik, dan tidak ada salahnya untuk mencoba. Toh selama ini ia terbiasa menyanyi walaupun sebagai pengamen jalanan.
Pada bulan Agustus, Jasmin diantar Eko pergi ke Jogja naik motor. “Saking semangatnya aku pengen ikut acara itu, sehari sebelum audisi dimulai, aku sudah sampai di Jogja jam 10 malam. Padahal acaranya besok siang jam 1,” Jasmin bercerita penuh semangat.
Repotnya lagi Jasmin tidak diperbolehkan menginap di lokasi audisi. Mereka berdua kebingungan mencari tempat menginap hingga pukul 12 malam. Mau menginap di hotel juga tidak punya uang. Tapi untungnya di tengah kebingungan itu ada temannya yang memberitahu ada sebuah vihara kecil di Jogja yang bisa memberi tumpangan.
Akhirnya Jasmin lolos audisi hingga menjadi 10 finalis dan terpilih menjadi juara favorit. “Ndak kebayang aku seneng banget dan bangga! Aku sekarang merasa lebih berguna bisa membabarkan Dharma lewat lagu Buddhis,” seru Jasmin girang.
Ia juga sekaligus membuktikan walaupun berasal dari desa dan memiliki masa lalu kelam, Jasmin bisa berprestasi dan bisa berkontribusi dalam penyebaran agama Dharma. Baginya, “Masa lalu biarlah berlalu, kita berusaha untuk menjadi lebih baik. Dulu aku udah terpuruk. Dulu aku merasa penuh dosa.”
Jasmin juga merasa sangat bersalah bukan cuma kepada orangtua, tapi juga kepada dirinya sendiri, karena telah menyia-nyiakan kesempatan berbuat baik. “Sampai bapakku meninggal pun aku belum bisa membuat bangga. Aku hanya berdoa yang terbaik buat bapak di alam sana. Dan untuk saat ini aku akan terus bersemangat bisa berkarya lewat lagu-lagu Buddhis,” Jasmin bertekad.
Ia juga berpesan, “Aku cuma berharap pada kaum muda Buddhis untuk lebih semangat menggali potensi diri, terutama dalam menyanyi Buddhis yang nantinya akan melahirkan penyanyi Buddhis yang berkualitas.”
“Musik Buddhis harus bisa seperti musik agama lain. Selama ini musik Buddhis di Indonesia sangat kurang. (LCPLBN) ini pembaruan variasi musik Buddhis, seakan-akan bukan musik Buddhis,” harap Jasmin.
Kisah singkat Jasmin bisa dilihat di link Youtube berikut
[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=qiLfpt5ANUY&feature=share” width=”560″ height=”315″]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara