Banyak cara yang ditempuh oleh pembicara publik agar tampil memukau, ada yang penuh humor, berapi-api, hingga interaktif melibatkan audiens. Tapi gaya ceramah Bhikkhu Sri Pannyavaro justru termasuk anomali: kalem dan humor seperlunya saja. Tapi bagaimana hasilnya? Semua orang tahu, Bhante Pannyavaro adalah pembicara publik terbaik yang dimiliki agama Buddha di Indonesia saat ini. Ceramahnya selalu dihadiri banyak orang, meneduhkan, dan mengena ke batin. Apa rahasianya ya?
Bhikkhu yang memiliki pembawaan tenang dan lembut ini lahir di Blora, 22 Juni 1954. Pernah kuliah di Fakultas Psikologi UGM pada tahun 1972-1974. Kemudian di Fakultas Filsafat satu tahun, 1975. Bhante pada tahun 1987, 1990, dan dua kali pada tahun 1991 mendapat upadhi (penganugerahan gelar kehormatan) dari Sangha di Sri Langka atas jasanya membina umat Buddha Indonesia dan menjalin hubungan erat dengan Sangha di Sri Lanka.
Bhante Pannyavaro bukan hanya dihormati di kalangan umat Buddha, namun juga dikagumi oleh umat agama lain. Bisa dibilang, Bhikkhu Pannyavaro adalah figur yang paling dihormati setelah Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dan Bhikkhu Girirakkhito.
Bhante Pannyavaro mulai dikenal sejak mengisi siaran Mimbar Agama Buddha di TVRI pada tahun 1980-an. Siaran itu tidak hanya memikat umat Buddha, tetapi juga menarik penganut agama lain karena mengungkap nilai-nilai universal secara sederhana dan mendalam. Isi ceramahnya mudah dimengerti, disampaikan dengan suara lembut sehingga menambah perasaan teduh.
Hingga kini, Bhante Pannyavaro tetap menginspirasi dalam menyampaikan ceramah Dhamma. Tutur bahasanya yang lembut dengan tata bahasa yang rapi dan tidak keluar dari topik Dhamma, seakan menyihir pendengarnya.
Tapi siapa sangka, walaupun jam terbang sangat tinggi dalam melakukan ceramah Dhamma di berbagai acara, media dan narasumber dalam seminar-seminar, ternyata Bhante Pannyavaro sampai sekarang tetap mempersiapkan materi sebelum ceramah.
“Untuk melakukan kotbah, ceramah sambutan dan lain-lain, hingga sekarang saya pun masih banyak melakukan persiapan, apalagi kalau diminta untuk memberi kotbah Waisak yang dihadiri oleh pejabat negara, seperti menteri, presiden, dan lain-lain. Pada era Presiden Gus Dur misalnya, bahwa kotbah itu tidak boleh lebih dari 15 menit, jadi saya harus memampatkan bahan-bahan semampat mungkin dengan bahasa sederhana dan mudah,” ujar Bhante Pannyavaro dalam perbincangan dengan BuddhaZine.
Bhante Pannyavaro menambahkan, “Meskipun persiapan itu tidak harus ditulis tetapi topik yang akan disampaikan harus dipersiapkan dengan baik. Kemudian bahasa tidak harus bahasa yang canggih-canggih, bahasa sederhana ternyata itu mudah ditangkap oleh masyarakat. Itu saja persiapannya.”
Menurut Kepala Vihara Mendut, Magelang ini, pengalaman menjadi penambah dalam melakukan kotbah. Bhante Pannya sendiri banyak belajar dari tokoh-tokoh agama bahkan bukan hanya tokoh agama Buddha saja. “Saya banyak belajar dari almarhum Bhante Girirakkhito dalam berbicara, dari Bhante Sombat yang dari luar negeri tapi menyampaikan Dhamma dengan bahasa Indonesia yang terbatas. Saya juga belajar dari tokoh-tokoh agama lain, ada pembicara-pembicara yang bagus, tetapi tidak lupa kandungan Dhamma itu harus tepat, kandungan Dhamma itu harus benar. Kalau kita lupakan, ya tidak ada artinya,” jelas Bhante.
Persiapan inilah yang juga diajarkannya kepada bhikkhu-bhikkhu muda, “Saya juga sampaikan kepada para bhikkhu, para murid-murid, jangan memudahkan, jangan menggampangkan. Kalau Anda mau berbicara harus dipersiapkan dengan baik. Harus ada preparation meskipun simpel, mencari bahan yang baik, disusun sistematikanya yang baik, dan jangan lupa menggunakan bahasa Indonesia yang benar tetapi sederhana.”
“Saya sampaikan kepada bhikkhu juga, boleh menggunakan guyon humor, tapi kalau bisa ya ada hubungannya dengan topik, dan jangan banyak-banyak. Nanti kalau terlalu banyak, pernah ada pejabat kita yang mengatakan, ‘Bhante kok kayak Srimulat’. Jadi jangan banyak-banyak, satu atau dua boleh,” pungkas Bhante Pannyavaro.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara