Seperti vipassana itu kan gerak sehari-hari kadang duduk setengah teratai. Tidur ya bisa macem-macem posisinya. Ada dua pendekatan, dengan menyadari, menghayati, mendalami struktur yang sudah ada, lalu Anda bebas dalam mengembangkan gerak sehari-hari. Dari situ Anda bisa melakukan gerak yang Anda inginkan.
Apakah Joget Amerta termasuk gerak bebas atau ada rumus khusus? Sebenarnya bisa dikatakan bebas, bisa juga tidak, umpamanya Anda duduk begini, ini ada bentuk tidak? Ada bentuk kan. Itu bebas tidak, pakai rasa tetapi juga memakai gerak sehari-hari. Anda berjalan, Anda duduk, Anda mbrangkang, jengkeng, ngulet, meloncat, berdiri, Anda bebas melakukan, tetapi juga tidak bebas.
Gampang to? Pengertiannya gampang tapi mungkin belum dipikirkan, ibaratnya ya alon-alon mesti kelakon (Pelan-pelan akan terwujud). Itu sama saja, seperti Bhante Pannavaro ya sudah 40 tahun to menjadi bhikkhu. Jadi bayangkan saja kamu menjadi bhikkhu kesenian, saya juga sudah 46 tahun kan belajar gerak, mulai tahun 1970. Ya 46 tahun itu kan sudah menjadi penari gerak, tapi ya ndak kroso (tidak terasa).
Seni
Sendainya seni kuda lumping dileboni (dimasukkan) unsur Abhaya mudra piye (bagaimana)? Itu borobudur. Sangar (Mengerikan) tapi iseh sadar (masih sadar), untuk melepaskan ketakutan. Tapi yo alon (pelan), simpati seperti umpamanya Brahmavihara. Pedomannya Anda melakukan Brahmavihara dengan mudra borobudur.
Sekarang di Temanggung trendnya kuda lumping itu dipadukan dengan seni Bali, ada Leak, ada tari Pendet, Merak dan lain-lain. Nggak apa-apa, itu kan bentuk sekarang tinggal kamu kasih nilai supaya ada kaitannya dengan buddhis. Itu kan bentuk luar, dalamnya bisa berbentuk Brahmavihara yang ditransformasikan ke dalam bentuk mudra borobudur itu. Mudra paling gampang adalah Abhaya mudra, mudra untuk tidak takut.
Kadang kita tidak ada pendidikan seni, jadi merasa minder sendiri kalau nanti dibandingkan dengan Institut Seni Indonesia dan lain-lain. “Kesenian bukan hanya itu, kita harus percaya diri kepada local genius kita. Jadi lebih kepada bakat kejeniusan dari kebudayaan setempat. ISI memang dunianya khusus, belajar praktik sama teori-teori latihannya setiap hari mungkin 6-8 jam, tetapi ada sesuatu yang tidak dipunyai, misalnya rasa di desa, rasa rakyat, rasa kehidupan bersama dengan rakyat dengan warga desa itu tidak dipunyai di ISI, mereka dunia pendidikan yang menjurus pada teknik tinggi atau kemampuan gerak.
Proses Kesenian
Dulu kesenian itu dari desa-desa lho, empu-empu kesenian itu dipanggil dijadikan guru. Katakanlah dari alam yang sesungguhnya. Sama saja seperti sekarang, setelah keraton tidak aktif lalu diambil oleh orang-orang kampus, seperti ISI.
Mereka melakukan penelitian di desa-desa, kemudian diambil dan dipelajari di kampus, tapi kan lain ini rasanya. Jangan pernah lupa habitatmu, suasana desamu. Buat kampus alam sendiri, desa juga bisa jadi kampus di dunia seni.
Murid saya, saya ajak ke mana-mana, ke candi, ke alam, ke laut, candi aja bermacam-macam. Ya kapan-kapan tak ajak ke Temanggung, Gunung ya kan Temanggung. Sebaiknya untuk seni bisa berkreasi sendiri, buat cerita sendiri misalnya Leaknya diganti lampor nanti Lampornya diruwat oleh kuda lumping.
Saya sendiri ketika mau berkreasi itu kadang takut apakah nanti jadi perdebatan pro dan kontra begitu. Ya seniman itu bebas berkreasi, kamu itu mencipta dengan imajinasimu ya memang butuh diteliti, tapi tidak perlu pakem, mungkin hanya legenda tapi boleh dirubah.
Persoalan kritik menurut Mbah Prapto malah baik, malah ada tanggapan dari masyarakat terlepas dari setuju atau tidak. Lebih bahaya kalau didiamkan saja, kalau dikritik malah berterima kasih, “Oh ini bisa dipikir lagi.” Saya saja sampai sekarang masih selalu ada polemik, tapi apa yang saya lakukan sekarang kan banyak dihargai di luar negeri. Di sini mulai pelan-pelan dihargai.
Ya karena luar negeri mempunyai masyarakat yang lebih bebas untuk menghargai apa pun yang diciptakan tetapi bukan berarti yang dihargai itu bagus, kalau tidak bagus ya tidak akan diikuti. Jadi ada dunia kritik, jangan takut.
(baca: Ngobrol Agama Buddha, Seni dan Meditasi bersama Mbah Prapto (I))
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara