Lahir, besar, dan kemudian menjadi guru di desa bukan berarti membuat Widi Astiono gagap teknologi. Kini, Kang Widi –sapaan akrap Widi Astiono– malah dikenal luas sebagai trainer guru agama Buddha yang menggunakan teknologi multimedia.
Widi Astiono lahir tanggal 17 Juni 1975 di Desa Congkrang, Kecamatan Candiroto (karena ada pemekaran wilayah sekarang masuk Kecamatan Bejen), Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kang Widi mengenyam pendidikan agama Buddha di sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Mpu Tantular, Banyumas hingga lulus D2 dan melanjutkan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STAB) Smaratungga, Boyolali.
Setelah lulus kuliah D2, Kang Widi sempat kembali ke kampung halaman dan menjadi guru yang diperbantukan di beberapa sekolah SD, SMP dan SMA di Kabupaten Kendal. Setelah mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) akhirnya pada tahun 2005 Kang Widi diangkat menjadi PNS dengan sekolah induk SD Negeri 2 Plososari, Kecamatan Patean, Kendal.
Setelah menjadi guru negeri, aktivitas mengajar Kang Widi masih sama, yaitu mengajar di tujuh sekolah berbeda: empat sekolah di Kendal dan tiga sekolah di Temanggung.
Meskipun begitu, ayah dua anak ini mengaku bahwa sekolah tempat ia mengajar, jumlah siswa yang beragama Buddha tidak banyak. “Kalau dijumlah secara keseluruhan dari tujuh sekolah, siswa saya hanya sekitar 24 orang. Memang seperti Kendal itu kan komunitas Buddhisnya hanya di satu dusun saja, tapi kalau sedikit tidak dibina, nanti malah hilang,” jelasnya.
Mengembangkan Media Pembelajaran Berbasis IT
Pada awal karirnya, Kang Widi mengaku tidak paham dengan komputer. Namun pada pertengahan tahun 2005, setelah bertemu dengan kepala sekolah SMAN 1 Patena yang merupakan guru berprestasi di bidang IT, Kang Widi termotivasi untuk mengembangkan inovasi di bidang pembelajaran berbasis IT. Berbekal komputer pentium 2, Kang Widi belajar secara otodidak di bawah bimbingan Sunarto, kepala sekolah SMAN 1 Patena tersebut. Ia juga aktif mengikuti pelatihan komputer, hingga akhirnya pada tahun 2006 Kang Widi sudah bisa komputer.
“Setelah itu baru mendapat ide untuk mengajar anak-anak dengan media komputer. Kalau saya mengajar dengan media komputer pasti lebih menyenangkan dan apa yang saya sampaikan pasti lebih mudah diterima oleh peserta didik,” ujarnya.
Pada tahun 2008, Kang Widi sudah mulai mahir mengoperasikan komputer, khususnya program PowerPoint, sehingga dia memutuskan untuk mengikuti kompetisi guru berprestasi di bidang pengembangan multimedia pembelajaran berbasis komputer tingkat provinsi Jawa tengah. Meskipun belum mendapat juara, Kang Widi tidak menyerah. Ia kembali mengikuti kompetisi yang sama pada tahun 2009 dan mendapat peringkat 11. Akhirnya pada tahun 2011, masih kompetisi yang sama, Kang Widi mendapat juara 1!
“Meskipun sudah beberapa kali gagal, saya tidak menyerah. Bahkan setelah menjadi juara di tingkat provinsi, saya mengikuti kompetisi yang sama ditingkat DIY dan Jateng, namun hanya mendapat juara 2. Dan masih di tahun 2011, saya maju lagi di tingkat nasional, namun saya kalah bersaing dengan peserta lainnya,” jelasnya.
Kegigihan Kang Widi tersebut akhirnya menarik perhatian Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal sehingga mendapat penghargaan sebagai insan berprestasi di bidang pendidikan. Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2011, Kang Widi mendapat medali yang diserahkan langsung oleh Bupati Kendal.
Inovasi dan prestasi tersebut membawa Kang Widi kemudian diminta untuk menjadi pembicara dalam berbagai pelatihan guru agama Buddha di berbagai daerah.
Guru Agama Buddha Harus Mengikuti Perkembangan Zaman
Menjadi guru berprestasi di bidang pengembangan multimedia pembelajaran berbasis IT tidak membuat Kang Widi puas. Selain menularkan ilmunya kepada guru dan Dharmaduta di berbagai daerah, Kang Widi terus berinovasi mengembangkan sistem pembelajaran interaktif. Salah satunya melalui media film animasi, pembuatan film pendek, dan video klip. Video-video tersebut juga ia unggah ke Youtube, yang bisa di cek di sini.
“Yang menjadikan impian saya tetap berkembang, karena saya tidak mau berhenti dalam berkarya. Saya tetap belajar mengembangkan inovasi-inovasi yang terkait dengan multimedia pembelajaran inovatif, yaitu multimedia pembelajaran berbasis PowerPoint. Di situ saya menciptakan materi pelajaran yang juga ada soal-soal latihan maupun evaluasi, supaya siswa bisa mengakses media pembelajaran secara mandiri meskipun tetap kita dampingi.
“Mengapa PowerPoint? Karena PowerPoint itu sangat mudah, semua orang bisa, dan fitur-fiturnya sangat lengkap. Tinggal menempel-nempel,” jelas Kang Widi.
Dengan inovasi tersebut, siswa lebih mudah menangkap apa yang disampaikan. Selain itu, siswa yang dulunya tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan vihara kini menjadi lebih aktif.
“Sebagai guru agama Buddha, baik guru sekolah minggu maupun guru sekolah formal, kita tidak boleh ketinggalan zaman. Ilmu pendidikan dan teknologi selalu berkembang, jadi kita harus berintegrasi dengan teknologi dengan menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga peserta didik mampu menangkap dengan baik apa yang kita sampaikan,” ujar Kang Widi.
Kang Widi mencontohkan, “Dalam menyampaikan pelajaran Pancasila Buddhis misalnya, saya mengajak anak-anak membuat film tentang bahaya minum-minuman keras. Anak-anak yang membuat skenarionya, mereka menjadi pemainnya, dan mereka juga yang menjadi cameraman, saya hanya membantu mengedit. Cara ini terbukti sangat efektif, anak-anak senang, mereka bangga telah belajar kamera, belajar membuat skenario, belajar membuat film, belajar menjadi aktor. Inilah yang disebut multimedia pembelajaran.”
Kang Widi mendorong agar guru-guru agama Buddha terus berinovasi dan tidak ketinggalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan ketika menjadi pembicara pelatihan, Kang Widi membuatkan template PowerPoint yang bisa di-copy dan diisi materi sendiri oleh para guru agama Buddha untuk menyampaikan pelajaran agama Buddha di tempat mengajar masing-masing.
“Bagi guru yang belum menggunakan multimedia pembelajaran, hendaknya segera berintegrasi dan beradaptasi supaya tidak ketinggalan teknologi, supaya mampu melaksanakan pembelajaran yang lebih menyenangkan,” pesan Kang Widi mengakhiri perbincangan.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara