• Wednesday, 26 April 2017
  • Ngasiran
  • 0

“Kalau berbicara tentang umat Buddha Kaloran, tidak akan bisa dilepaskan dari peran Romo Among”. Bhikkhu Sri Pannyavaro.

Pandita Sailendra Among Pradjarto atau lebih akrab disapa Romo Among merupakan tokoh yang berjasa besar dalam perkembangan agama Buddha Yogyakarta dan Temanggung. Pada masa awal “kebangkitan” agama Buddha di Indonesia, di Yogyakarta Romo Among bersama delapan tokoh (djoyo wolu) memelopori kegiatan keagamaan buddhis hingga berdirinya Vihara Buddha Karangdjati.

Menurut catatan Kris Budiman, seorang seniman dan dosen di Yogyakarta, menyebutkan bahwa sebelum ada vihara-vihara lain di Yogyakarta, Vihara Buddha Karangdjati adalah vihara pertama. “Vihara ini, tak pelak lagi, adalah sebuah heritage budaya (cultural heritage) yang penting bagi umat Buddha di Yogyakarta,” tulisnya.

Bagaimana Romo Among mengenal agama Buddha?

“Pada mulanya di Cetiya Buddha Khirti, Daerah Sayidan milik bapak Tjan Tjoen Gie kedatangan tamu Bhante Jinaputa. Bhante Jinaputa ini adalah bhante yang sangat teguh memegang vinaya. Jadi tidak mau tinggal terlalu lama di lingkungan umat. Tjan menghubungkan dengan Romo Among. Saat itu Romo Among belum beragama Buddha, masih kejawen.”

“Bisa tidak kalau ngopeni (merawat) bhikkhu ini, Romo Among menjawab bisa. Dulu di vihara ini adalah kandang sapi yang sudah lama tidak dipakai, milik Romo Among pasca perpindahan kekuasaan Hindia Belanda, dibersihkan lalu digunakan untuk tinggal Bhante Jinaputa. Pada masa itu, Romo Among melayani dan terjadi diskusi, tapi diskusinya apa kami tidak tau. Hanya Romo Among pernah mengatakan kalau ada adu kekuatan spiritual antara Bhante Jinaputa dan dirinya”.

Dari diskusi-diskusi tersebut Romo Among mengakui bahwa Bhante Jinaputa adalah sosok bhikkhu yang luar biasa yang membuatnya mengikuti jejak Bhante Jinaputa belajar Dharma. Ketokohan Romo Among di Yogyakarta, khususnya daerah Karangdjati membuatnya mempunyai banyak pengikut. Para pengikut spiritual Romo Among ini kemudian mengikuti jejaknya belajar Dharma.

Sejak saat itu, mulai ada aktivitas agama Buddha di Karangdjati. Bekas kandang sapi yang semula digunakan untuk tinggal Bhante Jinaputa dijadikan vihara dengan nama Vihara Buddha Karangdjati.

“Sampai ada sarasehan malam purnama siddhi di sini, ada kebaktian, diskusi, dan makan bersama. Sayang sepeninggalan Romo Among, tradisi ini sempat terhenti lama. Sekarang kami baru memulai mengembalikan apa yang telah dimulai oleh Romo Among. Kalau berbicara tentang tradisi purnama siddhi ini memang dilakukan di mana-mana, termasuk di India itu kan tradisi weda ini digunakan untuk melekan (tidak tidur di malam hari), mertapa (meditasi), ngangsu kawruh (mendalami Dharma).

R-A-3

Perjumpaan Romo Among dengan Temanggung

Bagaimana cara Romo Among waktu itu bisa sampai ke Temanggung? Menurut informasi yang diperoleh Totok Tejamano dari putri tertua Romo Among karena ada kontak kenegaraan antara Romo Among dan Mbah Manggis.

“Pada saat itu Romo Among kan pejabat negara, kira-kira kalau sekarang disebut kepala satpol PP sementara Mbah Manggis adalah seorang Glondong, kepala para lurah. Jadi menurut putri tertua romo masih ada kontak kenegaraan antara romo dengan Mbah Manggis. Romo Among dulu yang belajar agama Buddha, kemudian Mbah Manggis menyerap dari Romo Among dan diikuti oleh 8 tokoh lainnya”.

Ketertarikan masyarakat terhadap Romo Among dalam mengajarkan agama Buddha bukan tanpa alasan. Beliau adalah seorang terpelajar yang menggunakan berbagai metode pendekatan dalam mengajarkan agama Buddha.

“Romo Among memang orangnya terpelajar. Kalau ceramah menjelaskan ajaran Buddha harus ditulis, saya pernah baca bagus sekali, terperinci. Tentang dukkha, sebab dukkha, lenyapnya dukkha sampai jalan menuju lenyapnya dukkha terinci bagus. Sebelum ceramah harus ada teks, supaya bisa dibaca oleh anak cucu kita.”

Saya cukup terkesan waktu itu, perjuangan Romo Among meyakinkan para orang-orang yang curiga bahwa agama Buddha itu tidak percaya ada Tuhan. Waktu itu orang yang datang tidak percaya, lalu Romo Among mengajak mereka hening sejenak lalu meditasi. Begitu selesai meditasi mereka mengatakan percaya kalau dalam agama Buddha ada Tuhan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *