Dalam dunia teknologi, siapa yang tak mengenal Steve Jobs dengan slogan perusahaannya “Think Different” yang telah banyak mengubah gaya hidup masyarakat dunia, dengan berbagai produknya seperti iPod, iPhone, dan iPad. Hasil kerja kerasnya tersebut memudahkan masyarakat dalam mengakses sebuah teknologi dengan racikannya yang sederhana namun elegan, sehingga mudah digunakan.
Apa resep dari seorang Steve Jobs hingga mampu menciptakan produk-produk yang mengagumkan tersebut? Tentu banyak aspeknya, apakah salah satunya?
Cerita dimulai ketika Steve Jobs berguru pada seorang guru terkemuka, ia merupakan pakar Zen, ia menguasai kyudo atau seni memanah Zen. Namanya Kobun Chino. Ketika ia diundang untuk mendemonstrasikan keahliannya di Esalen Institute, pusat pembelajaran terkemuka di Big Sur, California, yang terletak di ujung jalan menuju tempat retret Tassajara Zen Center di San Fransisco.
Tempat itu sudah ditata sedemikian rupa, di sana diletakkan target panahan di sebuah bukit kecil berumput di atas tebing terjal di tepian Samudera Pasifik. Kobun Chino memosisikan diri dalam jarak yang cukup jauh dari target tersebut dengan memasang kuda-kuda ala pemanah tradisional, menegakkan punggung, menarik napas dengan pelan dan penuh konsentrasi, kemudian menarik dengan sangat pelan busurnya, hening, dan membiarkan anak panahnya melesat dengan kencang.
Panah itu membidik jauh di atas target, terbang melengkung di langit terbuka, dan jatuh ke Samudera Pasifik jauh di bawahnya. Semua yang menonton tercengang dibuatnya. Kobun Chino kembali menata napasnya dan tetap hening.
“Tepat sasaran!” kata beberapa orang yang menonton demonstrasi tersebut.
Kobun Chino merupakan seorang mentor Zen CEO legendaris Apple, Steve Jobs. Salah satu incaran Jobs yang tak tampak dan berhasil direngkuhnya adalah konsep yang saat itu dianggap radikal, yaitu komputer yang bisa dipahami dan dipakai oleh siapa pun dengan mudah.
Suatu gagasan yang entah bagaimana tak pernah dipikirkan oleh perusahan komputer mana pun pada masa itu. Setelah menciptakan tampilan dekstop Apple pertamanya, dia dan timnya mentransfer visi ramah-pengguna itu ke iPod, iPhone, dan iPad yang masing-masing merupakan produk teknologi yang belum kita sadari kita perlukan.
Ketika kembali ke Apple pada tahun 1997 setelah dipecat pada tahun 1984, Steve Jobs menjumpai perusahaan yang memproduksi beragam produk komputer, pernak-pernik komputer, 12 versi Macintosh yang berbeda. Perusahaan itu sedang mengalami masalah. Namun strateginya adalah sederhana: fokus!
Bukannya mengurusi selusin produk, Apple berkonsentrasi pada beberapa produk saja: satu komputer dan satu laptop, masing-masing untuk dua jenis pasar, konsumen awam dan profesional.
Sama seperti dalam latihan Zen, ketika menyadari teralihnya perhatian Anda, kita bisa kembali ke napas untuk berkonsentrasi, dia melihat bahwa, “Menentukan apa yang tidak boleh dilakukan itu sama pentingnya dengan memutuskan apa yang harus dilakukan.”
Jobs dengan tak kenal lelah menyaring apa yang dianggapnya tidak relevan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Namun, dia tahu bahwa untuk bisa menyederhanakan secara efektif kita perlu memahami kerumitan dari hal-hal yang sedang kita sederhanakan.
Satu keputusan untuk menyederhanakan, seperti ucapan Jobs bahwa produk Apple membuat seorang pengguna bisa melakukan segala macam hal dalam tiga kali klik atau bahkan kurang dari itu.
Kemampuan fokus, kemudian menyederhanakan segala hal yang rumit, merupakan dua poin penting dari meditasi Zen yang bisa diterapkan dalam dunia bisnis Anda, memperjelas visi perusahaan yang sedang Anda geluti, serta membuat hidup Anda semakin bermakna!
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara