Sutar Soemitro lahir tanggal 8 Mei 1980 di Desa Purwodadi, Kec. Kuwarasan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Ia wafat di usia 38 tahun pada 3 Maret 2019. Jenazah Sutar di kebumikan di kampung kelahirannya.
Dua bulan sebelum pendiri BuddhaZine, Sutar Soemitro, menghembuskan nafas terakhirnya, dia mengungkapkan satu keinginan untuk segera berkantor di dekat Candi Borobudur. Dia mengungkapkan hal itu karena kepeduliannya terhadap borobudur sebagai warisan penting agama Buddha. Pesan yang disampaikan 31 Januari 2019 itu menyimpan visi besar BuddhaZine sekaligus visi besar Sutar Soemitro untuk terus belajar.
“Secepatnya setelah saya bisa aktivitas langsung berkantor di sana. Saya juga ingin kuliah lagi. Jadi pagi ngantor, sorenya kuliah di Jogja,” begitu pesannya dari ranjang pembaringan di Desa Purwodadi, Kec. Kuwarasan, Kebumen. Ia meminta dipinjamkan salah satu ruangan vihara untuk BuddhaZine.
Saya tahu persis, waktu itu Sutar sedang sakit parah. Hanya bisa berbaring, badannya tinggal kulit pembalut tulang. Namun pikiran dan obsesinya untuk ikut merawat Borobudur sama sekali tidak pernah padam.
Firman Lie, dosen seni rupa di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) mengatakan, perhatian Sutar terhadap Candi Borobudur sudah sejak lama. Ia menyadari Candi Borobudur merupakan warisan berharga bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Buddha. Karena itu, umat Buddha harus ikut merawat, menghayati, dan menyebarkan ajaran yang terkandung di dalamnya.
“Sutar adalah anak muda yang mempunyai gagasan besar. Suatu kali dia datang ke saya menyampaikan kalau diminta Pak Herman Kwok mencari tanah sekitar Candi Borobudur untuk aktivitas umat Buddha,” kata Firman Lie dalam acara Dua Tahun Sutar Soemitro: Kiprah dan pemikirannya, Sabtu (6/3).
“Di situs Borobudur harus ada wadah, komunitas, atau sebuah forum umat Buddha yang memiliki tempat untuk meditasi, diskusi, juga nongkrong untuk membicarakan aktivitas spiritual yang lebih rileks. Tidak masuk pada aktivitas keagamaan yang formal. Kalau istilah kami di kota ya lebih gaya hidup spiritualitas dimunculkan,” imbuh Firman.
Untuk mewujudkan mimpi Sutar, membutuhkan kerjasama dan kejernihan hati banyak orang. Namun, menurut Firman hal itu tidak mustahil terjadi. Jika wadah seperti BuddhaZine sudah tercipta mimpi besar Sutar bisa terwujud.
“Berawal dari mimpi-mimpinya Sutar dengan wadah media BuddhaZine kemudian punya lahan, wadah untuk menanamnya, dari wadah ini produktivitas meningkat, kalau nanti sudah waktunya wujud tempat di sekitar Borobudur pasti terjadi. Apalagi sekarang ada wacana dari menteri agama untuk menjadikan Borobudur sebagai pusat spiritual dunia. Saya kira sudah waktunya kita untuk kolaborasi,” kata Firman penuh harap.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara