• Friday, 23 April 2021
  • Surahman Ana
  • 0

Tegar Diastu Karuna (12), siswa kelas 6 SD N 2 Sukomoyo dan Hendri Pristiyanto (13), siswa kelas 1 SMP 4 Girimulyo tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa nama mereka berdua kini mulai dikenal banyak orang, terutama di lingkungan sekolahnya. Menjadi pemeran utama sebuah film bukan hal mudah, apalagi belum ada pengalaman, dan pendidikan akting. Hanya berbekal keberanian, pemeran Thole dan Bejo dalam serial film Dupa ini seakan membuktikan pepatah lama di mana ada keberanian, di sana ada jalan.

Film Dupa garapan rumah Produksi Kinjeng Desa,  digawangi anak-anak muda Desa Jatimulyo Kec. Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Film yang di sutradarai Suratena, alumni STAB Nalanda ini berhasil menyabet gelar juara pada lomba Film Pendek Buddhis, Lembaga Pengembangan Tripitaka Gatha Nasional 2019.

Mendapat sambuatan baik, utamanya kalangan buddhis, Rumah Produksi Kinjeng Desa bekerjasama dengan Kisah Teladan melanjutkan kisah Film Dupa. Dupa 2 sudah rilis di channel Youtube Kisah Teladan tanggal 2 Februari 2021 lalu. Kini, Suratena dan kawan-kawan sedang menggarap Film Dupa 3 yang rencana akan rilis pada bulan Mei mendatang.

Selasa, (30/3) BuddhaZine mempunyai kesempatan berbincang dengan Dias dan Hendri disela shooting Film Dupa 3. Meskipun sudah membintangi beberapa film garapan Kinjeng Desa, keduanya masih gugup meladeni pertanyaan Tim BuddhaZine. Dias dan Hendri mengaku sempat ragu saat ditawari Suratena bermain film.

“Dulu awalnya ditawari Mas Tena untuk main film ini, dan saya bingung, ragu-ragu, akhirnya karena saya penasaran ingin mencoba saya terima. Pertama belajar akting di depan kamera itu deg-degan, bingung,” ungkap Dias.

Tumbuh di desa yang asri memberikan kebahagiaan bagi Hendri dan Dias. Tidak juah beda dengan anak-anak desa seumuran mereka, Dias dan Hendri menghabiskan hari-hari dengan sekolah, bermain di alam liar, olah raga, dan membantu orang tua. Keberaniannya terlibat dan membintangi film menjadi warna sendiri bagi hari-hari mereka.

Tidak banyak anak yang berkesempatan seperti mereka. Karena itu, peluang ini tidak disia-siakan. Meskipun sulit, mereka belajar dengan penuh keuletan.

“Pas pertama mencoba ternyata susah juga, tapi saya terus belajar. Kalau saya paling sulit itu belajar akting sama menghafal naskah. Saya kalau menghafal naskah biasanya selama tiga atau empat hari,” kata Dias.

“Saya itu yang paling susah adalah ekspresi ketika akting. Menghafal naskah juga susah tapi lebih susah yang ekspresi,” sambung Bejo.

Membangun karakter pemain

Putri Wulandari, sang penulis naskah turut turun tangan melatih para pemain.

“Yang paling sulit itu membangun karakter pemeran supaya sesuai dengan cerita dan membangun identitas yang khas untuk setiap pemain,” ungkap Wulan.

“Apalagi mereka kan semuanya tidak ada basic akting, mungkin aktingnya jadi kurang maksimal. Kadang kalau misalnya ketika mereka harus beradegan yang susah dan mereka tidak bisa, ya akhirnya naskahnya yang kita sesuaikan dengan mereka, supaya karakter tersebut tetap bisa main. Soalnya kalau mereka harus mengkuti naskah semua kadang belum bisa. Jadi itu sedikit kendala di akting,” imbuhnya.

Meskipun Thole dan Bejo masih pemula. Namun kerja keras mereka membuahkan hasil yang membanggakan. Di sekolah, para guru dan teman sekelasnya dibuat heboh dengan kemunculan film Dupa. Beberapa teman-teman mengapresiasi mereka dengan memanggilnya Bejo dan Thole.

“Teman-teman di sekolahan sudah pada tahu filmnya jadi kadang-kadang saya malu pas datang ke sekolah teman-teman pada teriak “artis..artis” gitu. Bahkan teman-teman ada yang memangil Tole sama saya. Guru saya juga sudah tahu dan memberikan ucapan selamat sama saya,” ungkap Dias sambil tertawa malu.

Sementara di sekolah Hendri, hal yang sama pun dirasakannya,“Yang paling terasa itu pas Dupa pertama, teman-teman pada heboh manggil saya Bejo. Kadang mereka juga mengajak nonton filmnya,” katanya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *