Sabtu (25/4/2015) lalu kita dikejutkan oleh kabar duka yang menyelimuti dunia: Nepal diguncang gempa 7,9 skala Richter. Sampai saat ini bencana tersebut telah merenggut 7000 lebih nyawa, merusak bangunan-bangunan bersejarah termasuk situs-situs Buddhis. (Baca Gempa 7,9 Skala Richter Guncang Nepal)
Di balik kabut kesedihan itu, ada keindahan ketika kita melihat kewelasan para Buddhis turun tangan membuat perbedaan nyata di Nepal. Mungkin demikian juga perasaan kita ketika membaca kisah salah satu korban meninggal yang merupakan orang yang amat dikagumi oleh dunia. Ia bernama Dan Fredinburg, salah satu bos Google.
Apa yang dikenang dari Dan bukanlah posisinya sebagai salah satu petinggi perusahaan search engine paling top, melainkan ia adalah salah satu pribadi yang paling indah di muka bumi yang ternyata adalah seorang Buddhis. Membaca kisah hidupnya membuat kita sedih karena kehilangan namun juga membuat kita ingin menselebrasi kehidupan indah yang telah dijalaninya.
Dan adalah seorang yang mengisi hidupnya penuh dengan petualangan. Ia sudah sering mendaki gunung, termasuk pernah menaklukkan Kilimanjaro, Aconcagua dan Puncak Jaya di Papua, Indonesia. Hobinya ini tentu sudah pasti memiliki risiko nyawa. Sayangnya dalam pendakiannya kali ini, sang bos Google tidak bisa lolos dari renggutan kematian. Bulan April tahun lalu, ia sangat beruntung bisa selamat dari avalanche (salju longsor) ketika mendaki gunung Everest. Tak disangka pada akhirnya gempa Nepal bulan lalu membuatnya harus meregang nyawa diterjang avalanche yang sama.
Ini yang dikatakan Dan ketika menghadapi avalanche pada tahun 2014 di Everest:
“Waktu itu benar-benar mengerikan dan aku berpikir aku akan mati. Sangat menakutkan. Aku memegang penutup kepalaku dan kapak esku lalu lari keluar dari tenda sambil melemparkannya ke tanah. Sederhananya, kami adalah orang-orang terakhir yang melewati salju longsor sebelum bencana itu terjadi.”
Avalanche maut itu bahkan merenggut nyawa 16 sherpa yang sangat punya banyak pengalaman dengan Everest. Lalu apa yang terjadi? Meskipun terjadi tragedi itu, Dan tetap mencoba melanjutkan pendakiannya!
“Aku berusaha membawa diri terinspirasi dari para sherpa dan cara mereka menghadapi bencana itu, yaitu pembawaan Buddhis mereka. Sherpa kami kehilangan saudaranya dan kau bisa bayangkan betapa sedih dirinya. Ia berkata, ‘Saya harus pergi memberitahu keluarga saya.’ Kami pun lantas berujar, ‘Jangan, jangan, ini terlalu pagi…’ Lalu ia berkata, ‘Tidak, saya sedih karena saya berpikir tentang bagaimana betapa saya kehilangan saudara saya namun saya terlalu egois. Saya yakin saudara saya ada di tempat yang lebih baik.’ Cara memandang hidup seperti itu benar-benar berdampak padaku.”
Sejak saat itu Dan jatuh cinta dengan Buddhisme. Tom Briggs, pimpinan pemasaran Jagged Globe, perusahaan tur yang bepergian bersama Dan, berkata, “Dan memberitahuku bahwa ia akan pergi menjalani retret vipassana selama 9 hari di Nepal setelah avalanche tahun lalu dan sebagaimana para penggemar teknologi di Barat yang luar biasa, ia sangat tertarik dengan meditasi namun ia juga begitu kompetitif sehingga karirnya berjalan lancar.”
Jika ada yang menilai Buddhisme pesimis, maka Dan Fredinburg sepertinya bisa jadi contoh gamblang bagaimana hidup dengan semangat Buddhisme dijalani. Kawan dekat Dan, Max Stossel mengenang Dan dengan sangat menyentuh:
“Dan adalah manusia yang paling menarik dan penuh petualangan yang pernah aku temui. Ia adalah kekuatan memperjuangkan keadilan dalam diam di dunia yang aku pikir hanya ada di kisah fiksi. Seseorang yang dapat menghentikan pertengkaran dengan hanya berjalan di antara mereka yang marah lalu berdansa bersama-sama dengan dua orang tersebut. Seseorang yang selalu kupikirkan setiap hari, menebak-nebak apa yang akan Dan lakukan.”
Kekasihnya, Ashley Arenson menganggap pribadi Dan sebagai “ajaib”. “Ia mampu tanpa banyak usaha, membuat orang-orang di sekitarnya merasa spesial dan membuat orang-orang merasa dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan,” ujarnya pada CNN. “Pergi ke Everest adalah panutan yang luar biasa. Ia butuh untuk pergi sendiri ke sana, untuk memahami batasan fisik dan mentalnya. Aku tidak berpikir Dan akan mau seseorang hanya melakukan satu hal. Ia ingin agar orang-orang selalu menantang diri mereka. Apa yang Dan inginkan untuk setiap orang adalah untuk benar-benar menjalani hidup dan hidup di masa kini karena itulah apa yang ia lakukan. Itulah bagaimana ia menjalani hidupnya.”
Kawan baik lainnya, Michael North juga bersaksi, “Dan punya banyak kekuatan dan ia mampu mengubah kenyataan.. Ia mampu mengubah dunia menjadi tempat yang amat bahagia.”
Mantan kekasihnya, aktris Sophia Bush juga sangat sedih mendengar kabar ini. “Dan Fredinburg benar-benar pribadi yang unik dan langka. Tidak kenal takut. Lucu. Robot menari yang suka untuk berkelana bersama dinosaurus dan menangkap matahari serta berpandangan menciptakan dunia masa depan yang lebih baik. Otaknya tahu bagaimana untuk membangunnya. Hatinya terus menerus berevolusi untuk mendorongnya mampu melakukannya. Ia adalah salah satu manusia yang kufavoritkan di dunia. Ia adalah kekasih terhebat dalam hidupku. Ia adalah teman sejatiku. Ia adalah saudara yang luar biasa, teknisi yang menakjubkan dan pria yang benar-benar baik. Tolong ingatlah bahwa setiap korban yang meninggal adalah seseorang bagi Dan. Tolong ingatlah bahwa waktu kita di bumi tidak bisa dijamin. Tolong katakanlah pada orang-orang yang kau cintai bahwa kalian mencintainya. Sekarang. Menit ini.”
Dan telah bekerja untuk Google selama 6 tahun. Ia benar-benar inovator yang luar biasa dalam mengerjakan YouTube, Google Maps, dan strategi privasi Google. Selain itu ia juga benar-benar berjiwa sosial. Pendakian yang merenggut nyawanya ini sebenarnya dilakukannya untuk menggalang dana bagi yayasan sosial OrphanGift yang sedang membantu dua panti asuhan di Nepal. Selain itu juga untuk mendukung kegiatan SaveTheIce yang didirikan Dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan dampak pemanasan global lewat berbagai media yang menarik. Pada tahun 2012, jiwa sosial Dan terpanggil dengan menggalang dana bantuan untuk para korban badai Sandy yang kehilangan rumah mereka.
Ketika mendaki, Dan membawa serta surat dari kawannya Max Stossel yang isinya benar-benar menyentuh hati:
“Dan, setiap orang yang kau tahu dan cintai tentu akan meninggal. Ketika kita meninggal, kita meninggalkan kisah kita. Kisah ini akan diceritakan dan diteruskan, berdampak pada hidup orang lain. Kisahmu telah berdampak padaku untuk menjadi lebih baik. Di tiap perjalanan kau akan kembali dengan kisa-kisah yang tidak berani dimimpikan banyak orang. Terima kasih untuk mendorong umat manusia untuk lebih hebat, lebih berani dan lebih menghidupi hidup mereka daripada sekedar bertahan hidup. Aku mencintaimu, brother. Tolong kembalilah dengan selamat dengan cerita dan jika kau tidak kembali.. kami semua akan ketakutan, sedih dan hancur karena kami tidak bisa membuat cerita baru denganmu, namun kami juga tahu bahwa kau telah menjalani hidup sebanding dengan 100 kali kehidupan.”
Sebelum mendaki pada April 2015 ini, Dan meminta berkah dari Lama Dawa yang berdoa di hadapan dewi Lansang-ma/Chomolangma (Everest), salah satu figur dewi yang dikaguminya semenjak tahun lalu. Dan punya gambar thangka-nya:
“Lansang-ma tinggal di Gunung bernama Sagarmatha (Everest). Ia menunggangi macan yang menyimbolkan bahwa ia bebas dari segala macam bentuk ketakutan. Wajahnya yang tersenyum menunjukkan kesediaannya untuk menghapus penderitaan manusia. Wujud dari dewi ini menginspirasi semua orang dari seluruh dunia yang mengapresiasi keindahan Kumbhu dan memberkati para Sherpa dengan kedamaian dan keyakinan pada Dharma,” ujar Dan.
Tahun lalu, barangkali sang dewi menyelamatkannya dari avalanche dan menunjukkan pada Dan apa itu arti dan semangat hidup. Kali ini anitya (anicca) telah merenggut hidup Dan, barangkali pula dewi Lansang-ma tak melepaskan pelukan welas asihnya. Berselimutkan salju Everest yang dikaguminya, Dan beristirahat untuk selama-lamanya. Di atas sang dewi duduk Padmasambhava, yang dikenal sebagai emanasi Amitabha.
Oh, Dan! Semoga kalian semua, para korban gempa Nepal dan Everest, dibimbing oleh Lansang-ma dan Guru Padmasambhava, dapat terlahir di alam Sukhavati yang bahagia, sebagaimana yang kau pelajari dengan lubuk hati terdalam dari para Sherpa, Dan!
Jika kalian yang membaca ini terinspirasi oleh Dan, silahkan tekadkan diri kalian untuk tidak gentar dalam menjalani hidup di http://www.livedan.com/. Sebuah website yang dibuat oleh kawan-kawan Dan. “Kita adalah orang-orang yang mencintai Dan, berkumpul untuk mengenang kehilangan seseorang yang luar biasa namun juga menselebrasi sebuah kehidupan yang luar biasa. Dan selalu melihat yang terbaik dari diri semua orang.”
Jika kalian ingin lebih tahu tentang Dan, tantangan dan aksi-aksi sosialnya, bukalah akun Facebooknya: https://www.facebook.com/dan.fredinburg.
“Loving Buddhism to the fullest,” ujar Dan pada tanggal 26 Januari 2013 di akun Facebook-nya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara