• Sunday, 1 August 2021
  • Imeldha
  • 0

Suatu malam, salah satu dari sekian banyak hari yang aku habiskan di Wihara Dhammadipa Arama, aku dan beberapa teman sedang berbincang seru tentang belajar menggunakan komputer. Waktu itu, Windows masih sangat baru, dan belum banyak yang bisa menggunakannya, apalagi memilikinya. Tentu saja, di rumah, aku cuma punya mesin ketik, di sekolah aku baru belajar menggunakan ms dos dan lotus, tapi di wihara tersedia komputer yang baru itu. Bersama dengan salah seorang bhikkhu yang masih sangat muda, kita bisa belajar menggunakan komputer dan membuat berbagai macam hal dengan komputer tersebut.

Saat kami asyik belajar, dan kemudian mengagumi yang sedang kita kerjakan, datanglah Bhante sepuh guru kami, Bhante Khantidharo. Rupanya, sejak tadi beliau ada di kantor sebelah, ruang utama tempat Beliau menerima tamu. Bhante kemudian berkata padaku… “Bagus! Bagus sekali! Tapi, jangan cuma belajar teknologi, pelajari hal yang lain juga.”

Di waktu yang lain, ketika kami sedang duduk di kantor Bhante Khanti, bersama Beliau, kita mendiskusikan bahwa akan ada perayaan yang cukup besar. Aku lupa, perayaan apa itu, tapi Bhante mengatakan bahwa nanti akan banyak bhikkhu yang datang, sekitar 20-30 orang, banyak juga tamu yang akan datang. Kemudian Bhante berkata, “Imeldha, kamu dan teman-teman, siapkan satu jenis makanan untuk makan siang Sangha, karena dapur pasti kewalahan. Kalian bantu siapkan, tapi harus kalian buat sendiri, tidak membeli makanan jadi. Ini, kamu ambil uang di kotak, lalu belanja dan masak.”

Tugas
Kami tentunya dengan semangat ingin membantu, segera menyanggupi, dan merancang apa yang akan kami buat, membagi tugas belanja, kemudian kita memasak bersama di dapur wihara. Kami merasa sangat berguna dan membantu meringankan beban petugas dapur.

Hari perayaan pun tiba, dan karena kami ada di dapur, kami juga membantu menerima dana-dana makanan yang diberikan oleh para umat yang datang. Semakin menjelang waktu makan siang, dana makanan makin berlimpah ruah. Sampai saat makan siang tiba, gado-gado yang kami siapkan hanya satu dari lebih dari puluhan jenis hidangan yang disajikan untuk bhikkhu sangha yang akan makan siang. Sangat berlimpah! Bahkan masih berlimpah untuk dimakan oleh semua umat yang hadir dan makan setelah Sangha selesai makan.

Awalnya aku kecewa, karena gado-gado sederhana buatan kami tentunya tidak tersentuh karena banyaknya sayuran dan lauk pauk lain yang jauh lebih menarik dan menggoda selera. Terpikir juga, mengapa kami harus menyiapkan makanan ini, padahal Bhante tentunya tahu akan begitu banyak dana makanan yang datang. Bukankah ini hanya membuang-buang uang?

Saat perayaan selesai, saat semua keriuhan sudah usai, saat duduk damai di ruang tamu Bhante yang sama…. Bhante bertanya, bagaimana kalian masaknya? Kalian membuat apa? Kami menceritakan setiap proses yang kami lalui, melaporkan keuangan yang digunakan, sampai menyinggung soal makanan yang berlimpah di meja makan dengan rasa tidak enak karena menghabiskan anggaran untuk membuat makanan yang sepertinya tidak perlu dibuat.

Pelajaran
Bhante kemudian menjawab bahwa bukan makanannya yang penting, tapi kalian belajar dan berupaya menyajikan makanan itu yang terpenting. Bhante tahu akan ada banyak dana makanan, tapi Bhante juga mau kita belajar memasak, belajar mengatur anggaran, belajar menghitung berapa banyak makanan yang perlu kita siapkan untuk sekian jumlah orang, dan belajar untuk bekerja bersama.

Pelajaran ini sampai sekarang masih selalu dan selalu aku ingat. Bhante selalu berkata, “Kamu perempuan, kamu boleh pintar apa saja, tapi kamu tetap harus bisa memasak dan mengerjakan pekerjaan sehari-hari apa pun. Tidak harus mahir, tapi harus bisa.”

Terima kasih Bhante, untuk selalu mengajarkan caranya hidup, mengingatkan caranya menjadi orang yang kaya pengetahuan dan keterampilan, menunjukkan cara membimbing dan mengajar melalui praktik dan tindakan.

Cara Bhante mengajar menjadi inspirasi bagiku saat mengajar murid-murid saat ini. Tentang bagaimana menjadi sangat tegas namun penuh kasih.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *