Nama Thubten Chodron (68 tahun) menjadi dikenal dan mendapatkan apresiasi di kalangan umat Buddha Indonesia setelah salah satu bukunya, yaitu “I Wonder Why” diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Karaniya pada 1990 dengan judul, “Agama Buddha dan Saya”.
Dalam buku tersebut–yang ternyata juga diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh beberapa penerbit lain dengan judul berbeda-beda—Biksuni Thubten Chodron mampu menjelaskan agama Buddha secara jelas dan menarik lewat sajian tanya jawab. Mengapa buku tersebut terasa kontekstual bagi pembaca Indonesia? Bisa jadi karena ditulis berdasarkan pengalamannya selama mengasuh umat Buddha di Singapura. Pada 1987-1988 beliau memang bertugas sebagai guru Dharma yang menetap di Amitabha Buddhist Centre Singapura.
Mengetahui beliau masih sering membabarkan Dharma di Singapura yang letaknya dekat dengan Indonesia, Penerbit Karaniya memiliki keinginan untuk mengundang Biksuni Thubten Chodron membabarkan Dharma di Indonesia. Namun keinginan tersebut baru dapat terwujud untuk pertama kalinya pada 2012.
Setelah mengikuti pindapata dan perayaan Waisak 2556 di Wihara Ekayana Arama pada 6 Mei 2012, selama tiga malam berturut-turut dari tanggal 6 sampai dengan 8 Mei 2012 Biksuni Thubten Chodron memberikan ceramah dan tanya jawab seputar topik “Kemarahan” di Wihara Ekayana Arama. Tanggal 9 Mei 2012 beliau memberikan ceramah di Wihara Buddhayana Surabaya. Selanjutnya beliau membimbing retret bertempat di Prasada Mandala Dharma, Parakan, Jawa Tengah. Retret ini diikuti pula oleh 34 biksuni/samaneri Sangha Agung Indonesia. Beliau kemudian juga mengunjungi Candi Borobudur.
Biksuni Thubten Chodron adalah biksuni teladan dalam belajar, berlatih, dan berbagi Dharma. Lulusan UCLA ini meninggalkan suami dan pekerjaannya sebagai guru pada usia 25 tahun untuk sepenuhnya menempuh jalan Dharma, pergi ke Nepal dan India. Beliau ditahbiskan sebagai samaneri di Dharamsala India pada tahun 1977 dan sebagai biksuni di Taiwan pada tahun 1986. Selanjutnya di samping mengajar Dharma ke berbagai negara, beliau dengan penuh kesungguhan membangun tempat belajar dan berlatih bagi komunitas biksuni Barat, yaitu Sravasti Abbey di Newport, Washington, Amerika Serikat.
Baca juga: Agama Buddha, Satu Guru Beragam Tradisi
Buku-buku beliau semakin banyak diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit-penerbit Buddhis. Salah satunya yang istimewa adalah buku berjudul “Agama Buddha – Satu Guru Beragam Tradisi” yang ditulisnya bersama Y.M. Dalai Lama.
Tahun ini, Biksuni Thubten Chodron akan kembali mengunjungi Indonesia. Beliau akan memberikan ceramah di Wihara Ekayana Arama Jakarta (25 November 2018), Wihara Ekayana Serpong Tangerang (26-27 November 2018), dan Wihara Dharmakirti Palembang (3 Desember 2018), serta akan membimbing retret di Jambi. Retret di Jambi akan diadakan pada 29 November – 2 Desember 2018 bertempat di Wihara Sakyakirti dan Kompleks Percandian Muara Jambi.
Mengingat Kompleks Percandian Muara Jambi yang delapan kali lebih luas daripada Candi Borobudur dulunya adalah Universitas Buddhis yang mana Mahaguru Atisha pernah berguru pada Mahaguru Dharmakirti dan menerima ajaran tentang Bodhicitta, maka tema retret yang akan diberikan Biksuni Thubten Chodron adalah, “Kebahagiaan Sesungguhnya dengan Bodhicitta”.
Bagi yang ingin mengikuti retret tersebut, dapat menghubungi,
Illeny 0813-8239-2828
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara