• Thursday, 27 July 2017
  • BuddhaZine
  • 0

“Apa yang kita cari dalam kehidupan ini?”

Apabila pertanyaan ini ditanyakan ke semua orang di seluruh dunia, jawabannya bisa bermacam-macam, mulai dari: kesehatan, umur panjang, awet muda, kekayaan, pernikahan yang harmonis, makanan yang enak, spiritualitas, dll. Namun semua jawaban ini, sebenarnya hanyalah perwujudan dari naluri hakiki yang sama yaitu: ‘Saya ingin bahagia, Saya tidak ingin menderita’

Naluri ‘Ingin Bahagia dan Tidak Ingin Menderita ini’, telah membuat para filsuf zaman dulu hingga para ilmuwan zaman modern terus mempertanyakan makna terdalam dari kehidupan. Apa yang membuat seorang manusia bahagia atau menderita, bagaimana fungsi otak dan bagaimana mekanisme biologis yang terjadi saat seseorang bahagia atau tidak bahagia.

Dr. Richard J. Davidson, seorang ahli neuroscience terkemuka di dunia, yang juga seorang pendiri dari The Center of Healthy Minds, University of Wisconsin – Madison, telah melakukan penelitian dan menulis banyak jurnal ilmiah terkait latihan meditasi, dan apa efeknya terhadap otak, emosi, dan kebahagiaan. Penelitian mereka melibatkan meditator yang memiliki jam terbang meditasi yang tinggi, meditator pemula dan mereka yang sama sekali tidak/belum pernah bermeditasi (Non-meditator).

Yongey Mingyur Rinpoche, seorang guru besar meditasi dalam tradisi ajaran buddha Tibet, adalah salah satu yang bersedia menjadi subjek penelitian yang dilakukan oleh Dr. Davidson. Mingyur Rinpoche mempunyai latar belakang pengalaman berlatih dan mengajar meditasi sejak usia masih kecil, di mana Rinpoche sendiri berhasil terbebas dari Panic Attack (serangan panik) karena latihan meditasinya.

Hasil serial penelitian pada Mingyur Rinpoche menunjukkan hasil yang mencengangkan. Menurut para ilmuwan, hal ini terlihat jelas dalam fungsi kognitif yang begitu luas, serta respon yang tidak lazim terhadap sensasi nyeri dan penderitaan, jauh di atas rata-rata otak manusia kebanyakan.

Sejak saat itu, para ilmuwan menjuluki Mingyur Rinpoche sebagai “Happiest Man on Earth”. Mingyur Rinpoche mendirikan Tergar Meditation Community yang beroperasi di Asia (termasuk Indonesia), Eropa, dan Amerika. Saat ini, beliau aktif berkeliling dunia mengajar meditasi dalam format yang sistematis dan universal, yang beliau namakan program meditasi “Joy of Living”. Meskipun Program meditasi ini mengakar dari kebijaksanaan kuno Tibet, namun penyajiannya dilakukan secara modern dan universal kepada semua orang dari latar belakang apa pun.

Banyak orang yang menyalah-artikan meditasi sebagai “mengosongkan pikiran” atau “konsentrasi”. Ada juga yang menganggap meditasi itu berkaitan dengan sesuatu yang mistis. Namun sebenarnya, tidak ada yang mistis mengenai meditasi. Mingyur Rinpoche menjelaskan, “Meditasi itu adalah: bersahabat dan mengenal semakin akrab hakikat sejati dari diri kita”. Suatu anti-tesis dari apa yang kita lihat di zaman modern, di mana orang berlomba-lomba mencari “kebahagiaan” di luar diri. Sesungguhnya, menurut Mingyur Rinpoche, meditasi adalah: berhenti berlari ke luar, mari kembali kepada diri kita sendiri, lakukan perjalanan ke dalam, dan mencoba untuk mengenal kembali sifat alami dari batin kita.

Tergar Meditation Centre Indonesia akan mengundang Mingyur Rinpoche untuk mengajar Meditasi di beberapa kota di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bali) pada bulan September 2017. Info lengkap mengenai kedatangan Rinpoche dan pendaftaran bisa diakses melalui www.tergar.or.id

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *