• Thursday, 18 October 2018
  • Shri Caraka Dharma
  • 0

[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=Dudaqb2QaoM” width=”560″ height=”315″]

 

Sekitar abad ke-16 seorang pujangga Jawa yang berasal dari Kadhiri (Kediri, sekarang) menulis sangat banyak karya sastra, salah satunya adalah Kakawin Hanang Nirartha.

Dang Hyang Nirartha sendiri mendapatkan diksa atau penahbisan dua kali, yakni penahbisan pertama secara Buddhis Mahayana, dan penahbisan yang kedua secara tradisi Siwa Siddhanta. Oleh karena itu, ia menyandang sebutan Dang Hyang Dwi Jendra, atau Dang Hyang, pendeta suci yang mendapatkan Dwi Jendra atau penahbisan dua kali.


Ilustrasi Kediri. Ist

Ia juga mengajar Islam wetu telu di Lombok yang hingga kini keberadaan masyarakatnya masih ada. Ada pun salah satu sastra kakawin Jawa kuna tersebut dihidupkan ulang pada acara mindful project, Minggu (14/10) di XXI Lounge, Ciputra World, Surabaya, oleh grup band new age asal Solo, Astakosala Volk dengan judul Alamkara Kakawin Hanang Nirartha, yang berisikan kerinduannya pujangga pada tanah airnya di Jawa sementara tubuhnya berada di Bali.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *