Shri Caraka Dharma | Thursday, 18 October 2018 11.11 AM Video
Sekitar abad ke-16 seorang pujangga Jawa yang berasal dari Kadhiri (Kediri, sekarang) menulis sangat banyak karya sastra, salah satunya adalah Kakawin Hanang Nirartha.
Dang Hyang Nirartha sendiri mendapatkan diksa atau penahbisan dua kali, yakni penahbisan pertama secara Buddhis Mahayana, dan penahbisan yang kedua secara tradisi Siwa Siddhanta. Oleh karena itu, ia menyandang sebutan Dang Hyang Dwi Jendra, atau Dang Hyang, pendeta suci yang mendapatkan Dwi Jendra atau penahbisan dua kali.
Ilustrasi Kediri. Ist
Ia juga mengajar Islam wetu telu di Lombok yang hingga kini keberadaan masyarakatnya masih ada. Ada pun salah satu sastra kakawin Jawa kuna tersebut dihidupkan ulang pada acara mindful project, Minggu (14/10) di XXI Lounge, Ciputra World, Surabaya, oleh grup band new age asal Solo, Astakosala Volk dengan judul Alamkara Kakawin Hanang Nirartha, yang berisikan kerinduannya pujangga pada tanah airnya di Jawa sementara tubuhnya berada di Bali.
Setelah melalui proses selama 9 tahun, BuddhaZine kini telah berpayung hukum dengan naungan Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara. Kami berkantor di Dusun Krecek, Temanggung. Dengan yayasan ini kami berharap bisa mengembangkan Buddhadharma bersama Anda dan segenap masyarakat dusun.
Kami meyakini bahwa salah satu pondasi Buddhadharma terletak di masyarakat yang menjadikan nilai-nilai ajaran Buddha dan kearifan budaya sebagai elemen kehidupan.
Anda dapat bergabung bersama kami dengan berdana di:
Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara
Bank Mandiri
185-00-0160-236-3
KCP Temanggung