• Wednesday, 7 October 2015
  • Ngasiran
  • 0

Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu basis agama Buddha di Indonesia. Yang terbanyak di Lombok Utara yang berjumlah 11 ribu KK, sedangkan di Lombok Barat 4 ribu KK. Saking banyaknya, jumlah umat Buddha di Lombok Utara menempati peringkat kedua setelah Islam, sedangkan agama Hindu berada di urutan ketiga.

Umat Buddha di Lombok banyak tersebar di daerah-daerah pegunungan. Salah satu kantong umat Buddha terbanyak berada di Desa Tegal Maja, Kecamatan Tanjung. Desa ini terdiri dari 11 dusun, dan sembilan dusun diantaranya mayoritas beragama Buddha, sedangkan dan tiga dusun lainnya mayoritas beragama Islam.

“Menurut hukum adat yang berlaku di Desa Tegal Maja, masyarakat tidak boleh menjual tanah kepada orang luar selain yang beragama Buddha. Apabila menjual tanah kepada orang luar ditakutkan akan terjadi perpecahan,” ujar Ratna Pandani, salah seorang Abdi Desa Ehipassiko Foundation dengan wilayah binaan Kecamatan Tanjung. Abdi Desa adalah sebuah program pembinaan umat Buddha di daerah-daerah terpencil yang dijalankan oleh Ehipassiko Foundation. Saat ini ada 26 Abdi Desa yang tersebar di seluruh Indonesia.

Masyarakat Lombok Utara, khususnya di daerah Tanjung saat ini masih menjunjung tinggi adat. “Di sana itu setiap daerah ada yang dinamakan banjar. Banjar adalah perhimpunan adat yang terdiri dari orang-orang yang telah menikah. Apabila ada masalah apa pun persoalannya awalnya akan dibawa ke hukum adat, kalau adat tidak bisa menyelesaikannya baru akan dibawa ke desa,” jelas Ratna.

Meskipun masyarakat Buddhis Lombok Utara sangat kuat dalam menjalankan tradisi, namun di saat bersamaan dapat memahami dan menjalankan agama Buddha dengan baik tanpa pertentangan. “Mereka beragama Buddha, tetapi tetap menjalankan tradisi. Jadi bisa dikatakan, menjalankan agama iya, menjalankan tradisi juga iya,” tambah Ratna.

“Umat Buddha di Lombok bisa bertahan sampai sekarang salah satu penyebabnya adalah karena tradisi,” timpal Mulyadi, Abdi Desa lain yang juga bertugas di Lombok Utara.

Pada awal perkembangannya, masyarakat Lombok khususnya di Kecamatan Tanjung, menerima agama Buddha hanya sebatas di KTP saja. Mereka tidak tahu ajaran Buddha dan tidak mempunyai rumah ibadah, sehingga saat itu umat Buddha menjadi sasaran penyebaran agama dan sempat mendapat tekanan untuk memilih agama lain.

“Hingga Romo Martinom mencari orang ke Bali untuk mengajarkan agama Buddha di Lombok. Masyarakat Lombok masih belum memahami ajaran Buddha dan mereka juga tidak pernah beribadah sesuai ajaran agama Buddha. Jadi Romo Martinom lah yang berjasa mempertahankan agama Buddha di Lombok,” jelas Ratna.

Dengan bimbingan Romo Martinom dan umat Buddha dari Bali, secara perlahan umat Buddha di Lombok Utara memahami ajaran Buddha. Vihara Sampati adalah vihara yang pertama didirikan di Lombok Utara. Vihara ini dibangun oleh almarhum Bhikkhu Girirakkhito pada tahun 1979. Hingga saat ini terdapat lebih dari 30 vihara yang berada di Lombok Utara.

Seiring berjalannya waktu, umat Buddha di Lombok mulai menjalankan ajaran Buddha dengan memadukannya dengan tradisi lokal. “Dalam upacara-upacara adat, misalnya meruwah (patidana), menyoyang dan potong rambut, kalau dulu dipimpin oleh pemimpin adat (tua loka), sekarang sudah dipimpin oleh Romo (pandita Buddha) dengan diawali membacakan paritta-paritta,” ujar Mulyadi.

Dalam menjalankan ajaran saat ini, umat Buddha Lombok Utara sudah baik. Bahkan umat Buddha di Kecamatan Tanjung di daerah perkotaan juga sudah mulai sadar akan pentingnya pendidikan.

Umat Buddha di Lombok khususnya yang di daerah-dareah pelosok menyambut antusias program Abdi Desa, karena pembinaan umat menjadi terus terjaga. “Kalau ada yang melahirkan dan kurang mampu dikasih bantuan, bahkan ada daerah-daerah yang meminta secara khusus kepada kita untuk melakukan pembinaan di daerahnya,” ujar Ratna.

Untuk mengumpulkan anak-anak sekolah minggu di daerah pelosok sangatlah gampang, tinggal diumumkan lewat pengeras suara, anak-anak langsung kumpul.

Namun sebagai Abdi Desa bukannya tidak ada tantangan, apalagi terlebih saat baru memulai melakukan pembinaan. Ratna Pandani yang melakukan pembinaan di tiga wilayah Lombok Utara, yaitu Kecamatan Tanjung, Gangga dan Tebango Bolot mengakui bahwa pada awalnya tidak semua vihara menerimanya. “Di awal agak canggung ya. Saya harus memperkenalkan diri ke vihara-vihara, dan tidak semua vihara menerima saya. Jadi saya harus pandai-pandai menyesuaikan diri, termasuk dalam memberikan bantuan juga saya harus hati-hati karena dapat menimbulkan kecemburuan sosial,” ujarnya.

Sementara Mulyadi yang bertugas di wilayah binaan daerah pelosok mengaku lebih senang karena ada tantangannya. Bahkan dia tidak hanya melakukan pembinaan sesuai program Ehipassiko, seperti bimbingan belajar, ceramah, memberikan bantuan atau beasiswa, namun ia juga aktif dalam membangun sarana dan prasarana desa, seperti membangun jalan.

“Membangun jalan memang menjadi perhatian saya sejak lulus kuliah, misalnya Vihara Jaya Manggala yang berada di Kecamatan Bayan itu ada komunitas Buddha, namun akses jalan ke sana harus berputar melalui desa lain dengan waktu tempuh 1 jam lebih menggunakan sepeda motor. Sementara kalau lewat jalan pintas, jalan kaki bisa ditempuh kurang dari setengah jam. Jadi saya mengajak masyarakat untuk membuat jalan sendiri, dan jalan ini sangat bermanfaat. Walaupun sebelumnya masyarakat ada yang menolak, namun setelah merasakan manfaatnya sekarang mereka mendukung,” jelas Mulyadi.

Bukan hanya akses ekonomi yang diperoleh dengan membangun jalan, namun Mulyadi berharap dapat merangkul remaja dan pemuda Buddhis karena jarak semakin dekat.

Di daerah Lombok sendiri saat ini ada tiga Abdi Desa, yaitu Ratna Pandani dan Mulyadi yang bertugas di Lombok Utara, sementara Amirudin bertugas di Lombok Barat.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *