• Monday, 4 April 2022
  • Surahman
  • 0

Pagi yang cerah mengiringi langkah umat Buddha menuju pelataran zona 1 Candi Borobudur. Ratusan umat berseragam putih itu sedang mengikuti rangkaian acara Puja Manggala Uposatha yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Agama Buddha Indonesia, Sabtu (02/04). Acara ini merupakan yang pertama kali digelar setelah penandatanganan nota kesepakatan Borobudur sebagai rumah ibadah umat Buddha dunia oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Borobudur juga ditetapkan sebagai destinasi wisata super prioritas. Untuk mengawal hal tersebut, ABTABI menyelenggarakan acara yang bisa mendukung dan menarik lebih banyak wisatawan terutama umat Buddha dunia melalui jalur wisata religi. Salah satunya kegiatan Pilgrim Puja Manggala. 

Acara yang diikuti ratusan umat dan dosen dari berbagai Sekolah Tinggi Agama Buddha ini terjalin berkat kerjasama ABTABI dengan PT. Taman Wisata Candi (TWC), dan Balai Konservasi Borobudur (BKB) Kemendikbud Ristekdikti direncanakan sebagai acara yang berkelanjutan. Hadir pula Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, Supriyadi. 

Membuka prosesi Puja manggala, Bhante Ditti mengajak umat untuk melakukan puja terhadap candi, Para Buddha dan Bodhisattva dengan melantunkan beberapa paritta suci di depan pintu masuk candi sebelah timur.

Bhante Ditti menapaki anak tangga menuju Borobudur. Sumber Foto: Ngasiran

“Dikatakan di Borobudur ini adalah tempat bersemayamnya relik Kesa Dhatu (relik rambut Sang Buddha). Dengan keyakinan penuh kita menghormati setiap jasad dari Buddha, jasad orang suci, dan juga di sini terpampang bagian Tripitaka, ajaran-ajaran Buddha, juga arya Sagha, Bodhisatva Mahasatva,” papar Bhante mengawali prosesi.

Selesai puja pendahuluan, umat melakukan pradaksina mengelilingi candi sebanyak tiga kali tanpa alas kaki. Dalam puja mandala ini tidak ada properti puja bakti seperti lilin, dupa ataupun lainnya. Namun demikian, umat tetap melakukannya dengan khidmat. 

Ratusan umat Buddha melakukan Puja Mandala Uposatha di Borobudur penuh hikmat. Sumber Foto: Ngasiran

Selesai pradaksina, umat berkumpul di bagian tenggara candi untuk melakukan meditasi. Pembacaan paritta pelimpahan jasa dibacakan setelah sesi meditasi. “Pembacaan Paritta kebahagiaan ini sebagai pelimpahan jasa kepada semua makhluk, terutama kepada Bangsa Indonesia, perdamaian dunia, dan seluruh umat Buddha,” imbuh Bhante. 

Supriyadi, Direktur Urusan dan Pendidikan agama Buddha mengatakan pemanfaatan Candi Borobudur, Mendut, dan Pawon untuk kepentingan ibadah umat Buddha Indonesia dan dunia bukan kesempatan untuk euforia semata. Menurutnya, memang sudah menjadi kewajiban umat Buddha untuk merawat warisan leluhur, juga melakukan puja di candi-candi buddhis. 

“Dalam keyakinan kita seperti yang tertuang dalam Maha Parinibbana Sutta, barang siapa yang senantiasa dengan penuh sukacita, penuh rasa bahagia, melakukan puja di tempat-tempat yang berkaitan dengan Dhamma, maka sesungguhnya dalam kehidupannya baik sekarang maupun nanti, akan mendapatkan berkah kebahagiaan,” tutur Supriyadi.

Untuk itu, Supriyadi berharap umat Buddha, khususnya yang berada di sekitar Candi Borobudur untuk ikut melakukan puja bakti di Candi Borobudur tiap uposatha. Yaitu pada tanggal 1 dan 15 berdasarkan penanggalan Jawa. 

“Kami berharap, kita semua bisa memotivasi para umat yang ada di sekitar Borobudur, seperti Temanggung, Magelang, Boyolali, dan sekitarnya berbondong-bondong melakukan puja. Kita harus mendukung niat baik pemerintah, dalam hal ini Bapak Presiden, oleh Bapak Menteri Agama,” ajak Supriyadi. 

Meditasi dan pembacaan paritta pelimpahan jasa menjadi acara penutup rangkaian puja mandala Borobudur. Umat dipersilahkan pulang dengan membawa kesan kebahagiaan, seperti yang disampaikan oleh Edi Rama Wijaya peserta dari Banten. “Saya sangat senang karena kita bisa menggunakan atribut budaya kultural kita di Indonesia untuk melakukan puja di pelataran Candi Borobudur. Mudah-mudahan kedepan bisa lebih baik lagi pengelolaanya baik dari ABTABI, Bimas Buddha, dari Sekolah Tinggi yang ada, dan juga bagi stakeholder di Indonesia,” ungkap Dosen STABN Sriwijaya, Banten. 

“Ke depan, kami semua dari Sekolah Tinggi akan hadir, dan untuk mahasiswa kalau sekarang masih pembatasan kan ya. Nanti kalau sudah selesai full atau sudah endemi kita akan datang semua dan meramaikan kegiatan ini. Karena inilah world heritage kita, warisan leluhur kita di Nusantara khususnya untuk agama Buddha dan masyarakat Indonesia pada umumnya,” imbuhnya. [MM]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *