Pemuda Buddhis Bertekad, Merekat Tanpa Sekat, Fix No Debat!!!
Berulang kali jargon tersebut dilantangkan oleh ratusan muda-mudi Buddhis saat mengikuti upacara Siripada Puja di Vihara Veluana, Dusun Gembleb, Desa Kaloran, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung pada Sabtu (25/2). Kurang lebih 500 muda-mudi dari berbagai vihara di Kabupaten Temanggung dan sebagian dari Kabupaten Kendal serta Kabupaten Semarang yang mengikuti upacara ini. Para peserta merupakan pemuda Buddhis lintas sekte meliputi dari Mahayana, Theravada, Buddhayana, dan Kasogatan.
Menariknya lagi, dalam acara ini juga dihadiri para anggota sangha yang mewakili berbagai sekte di Kabupaten Temanggung. Setidaknya ada tujuh anggota Sangha yang hadir, di antaranya adalah Suhu Duta Madya, Suhu Samantha Kusala Mahastavira, Bhante Ditthisampanno, Bhante Dhammamitto, Bhante Thitasadho, Bhante Subhacaro, dan Bhikkhuni Dhammacarini. Masing-masing memberikan dukungan atas terselenggaranya acara malam itu, selebihnya para anggota Sangha juga mendorong agar kegiatan ini bisa terus dilanjutkan demi kemajuan Buddha Dhamma khususnya di Kabupaten Temanggung, Kendal, dan Semarang.
Selaku tuan rumah, Suhu Duta Madya (Anggota Sangha Mahayana yang berasal dari dusun dimana lokasi upacara digelar) menyampaikan terima kasihnya atas penyelenggaraan Siripada di lokasi vihara yang dibangunnya beberapa tahun silam. Selain itu suhu juga berpesan agar semangat para pemuda tetap terjaga untuk kedepannya agar Buddha Dhamma tetap lestari.
“Saya sangat berterima kasih kepada segenap pemuda karena telah berkenan untuk berkegiatan di vihara ini. Dan saya juga minta maaf apabila tempat ini masih banyak kekurangannya untuk berkegiatan. Saya hanya berpesan agar semua pemuda Buddhis terutama yang saat ini hadir terus menjaga semangatnya dalam mengembangkan Buddha Dhamma. Jangan seperti obor-obor blarak, yang semangatnya membara di awal-awal tetapi kemudian segera padam. Jadi, terus jaga semangat dalam jangka panjang demi tetap lestarinya Buddha Dhamma,” tutur suhu.
Bhante Dhammamitto yang berkesempatan memberikan wejangan Dhamma terkait upacara malam itu menjelaskan asal-usul upacara Siripada. Bhante juga mendorong para generasi muda Buddhis untuk memahami serta mempraktikkan makna yang termuat dalam upacara malam itu.
“Siripada artinya jejak mulia. Yang dimaksud adalah jejak Sang Buddha. Dalam hal ini Siripada mempunyai asal usul, dimana di suatu hari Sang Buddha mengunjungi seorang sahabat yang bernama Punna. Pada saat perjalanan pulang dari tempat sahabat ini, Sang Buddha singgah di sebuah sungai. Di sungai tersebut muncul sosok Raja Naga, kemudian Raja Naga memberikan penghormatan penuh dan meminta jejak Sang Buddha.”
“Oleh karena itu pada kesempatan ini kita sebagai muda-mudi Buddhis hendaknya mengikuti jejak Sang Buddha dengan cara kita memperbanyak pengetahuan Dhamma dan mempraktekkannya dalam kehidupan kita,” jelas Bhante.
Upacara ini merupakan kelanjutan dari acara perayaan tahun baru yang dihelat awal tahun 2023 lalu yang juga diikuti oleh ratusan pemuda Buddhis lintas sekte. Berangkat dari acara tersebut, para aktivis muda-mudi Buddhis Temanggung berniat untuk lebih memantapkan tekad bersatunya muda-mudi Buddhis, maka diadakanlah upacara Siripada. Puncak acara Siripada dilaksanakan di sungai yang terletak tepat di bawah Vihara Veluana.
“Kami tidak bermaksud untuk membentuk organisasi baru, apalagi menjadi pesaing organisasi kepemudaan yang sudah ada. Sama sekali tidak ada niat itu. Kami hanya ingin supaya para generasi muda Buddhis ini bisa bersatu dalam satu kegiatan positif dan bersifat menyeluruh bukan hanya khusus sekte tertentu. Maka muncullah ide untuk menyelenggarakan Siripada ini, yang menurut kami akan lebih menarik perhatian muda-mudi datang. Karena upacara ini memang belum banyak yang tahu apalagi memahami maknanya,” kata Weni, salah satu koordinator muda-mudi Buddhis.
“Sepulangnya dari acara ini, kami mendorong para peserta kembali aktif dan semakin aktif dalam organisasi sekte masing-masing. Bahkan kami berharap kegiatan ini juga bisa menjadi bagian dari agenda kegiatan bagi organisasi setiap sekte yang ada,” imbuhnya.
Banyaknya peserta yang hadir malam itu berkat kerja keras para koordinator muda-mudi untuk menyiapkan segala perlengkapan acara. Persiapan inten tanpa henti mereka lakukan 15 hari sebelum hari H upacara.
“Kami sangat senang karena ternyata acara ini menarik antusias begitu banyak muda-mudi. Untuk persiapannya sendiri yang paling inten kami lakukan 15 hari sebelum acara. Namun sosialisasi ke setiap vihara di Temanggung, Kendal, dan Semarang kami lakukan sejak sekitar sebulan lalu. Kami mempunyai tim solid yang mau bekerja keras dan kami juga membentuk koordinator setiap vihara. Sehingga untuk koordinasi peserta acara menjadi lebih mudah,” ungkap Catur, koordinator utama acara.
Semangat peserta juga nampak bahkan sejak dalam persiapan acara. Pasalnya perlengkapan Siripada berupa teratai berbahan kertas yang digunakan untuk menopang lilin dibuat langsung dan dengan modal sendiri oleh para peserta dari setiap vihara. Pihak koordinator acara hanya menyediakan lilin. Begitu pun pada saat acara berlangsung, semangat peserta tetap terjaga. Meskipun cuaca gerimis sejak sore hari bahkan hingga saat puncak acara malam harinya, namun para peserta tetap antusias mengikuti acara hingga selesai.
Siripada sendiri memang jarang sekali dilaksanakan oleh umat Buddha utamanya di Temanggung, apalagi oleh muda-mudi. Bahkan mayoritas peserta yang hadir mengaku baru pertama kali mengikuti Siripada, yaitu pada malam itu. Tidak heran, karena rasa penasaran banyak muda-mudi yang akhirnya ikut datang meskipun jaraknya jauh. Dan tentunya seusai acara, para peserta pun mendapatkan kesan dan pengalaman baru.
Hal ini pula yang dirasakan oleh Ika Chandra Susanti (28) yang datang bersama dua puluh teman lainnya. “Baru pertama kali saya ikut acara Siripada, dan saya merasa senang sekali. Di sini juga saya bisa bertemu dengan banyak teman Buddhis, tambah teman baru juga. Nanti kalau ada seperti ini saya mau ikut lagi,” ungkap peserta asal Njlegong, Candiroto.
Begitu juga dengan salah satu dari tujuh peserta asal Piyudan, Jumo, Temanggung. “Senang bisa ikut acara ini, bisa berkumpul dengan teman-teman Buddhis. Apalagi ini yang pertama kali saya ikut acara Siripada, jadi sesuatu yang baru bagi saya,” kata Indra Dwi Prasetyo (19). [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara