Oleh : Surahman Ana

Foto : Surahman Ana

Memasuki hari terakhir kegiatan Dharma Teaching yang diselenggarakan WALUBI di Graha Padmasambhava, Magelang, masih menarik antusias ratusan umat Buddha dari berbagai negara, Minggu (29/10/2023). Melanjutkan pengajaran Dharmanya, Yang Mulia Chamgon Kenting Tai Situpa menjelaskan tentang sebab karma, kondisi, dan hasil karma kepada kurang lebih 400 umat yang hadir. 

Mengawali pembabaran Dhamma pada hari terakhir, Rinpoche mengajak seluruh umat untuk mempersiapkan mental dengan praktek meditasi. Dalam meditasi ini, umat diarahkan untuk mengamati setiap pikiran-pikiran yang muncul tanpa harus melekati satu pikiran tertentu. Hal ini untuk melatih ketenangan dan konsentrasi, sehingga mempermudah umat dalam memahami pengajaran Dhamma. 

Karma, bagi umat Buddha tentu sangat mengenal konsep ini, namun demikian belum tentu semua umat Buddha paham lebih dalam. Pada kesempatan pengajaran Dhamma di Magelang, Yang Mulia Tai Situpa Rinpoche menjelaskan setidaknya ada empat aspek yang harus terpenuhi sehingga suatu perbuatan bisa disebut sebagai karma. Empat aspek tersebut adalah landasan, niat atau motivasi, aksi, dan perbuatan telah berhasil dilakukan. 

Yang Mulia memperjelas pemaparannya dengan memberikan satu contoh dalam kasus pencurian dompet. “Karma bisa terjadi pertama karena ada landasannya atau objek yaitu dompet, kedua adanya motivasi atau niat untuk melakukan pencurian dompet tersebut, yang ketiga adanya usaha untuk melakukan tindakan pencurian, dan yang keempat perbuatan mengambil dompet berhasil dilakukan,” papar Rinpoche.

Dalam contoh kasus di atas, Rinpoche melanjutkan, keempat aspek dalam suatu tindakan telah terpenuhi sehingga menjadikan suatu perbuatan menjadi karma yang lengkap. Aspek ini menurut Rinpoche berlaku untuk semua perbuatan, yang baik ataupun yang buruk. 

Selanjutnya Rinoche menjelaskan bahwa sebab karma bisa menjadi satu sebab karma yang sangat serius atau sebab karma yang tidak serius. Dalam hal ini tergantung pada kondisi, dan sebenarnya kondisi sendiri sudah turut mendukung terjadinya sebab karma hingga hasil karma. Agar suatu karma itu bisa menjadi matang sangat tergantung pada kondisi. Ketika seseorang melakukan suatu tindakan, dan setelahnya muncul pemikiran yang bertolak belakang dengan tindakan tersebut, hal ini akan menjadi halangan atau mempengaruhi  daripada hasil karma yang telah dilakukan. 

“Kondisi ini selalu berubah-ubah tidak ada yang tetap. Terdapat sedemikian banyak bentuk pikiran, terdapat sedemikian banyak persepsi dan seterusnya, jumlahnya tak terbatas. Kita dapat mengambil dua di antaranya yaitu penyesalan atau suka cita. Dua hal ini adalah bertolak belakang,” lanjut Rinpoche.

Lebih lanjut Rinpoche menerangkan bilamana seseorang telah melakukan karma baik tetapi kemudian timbul penyesalan maka karma itu akan lenyap, begitu sebaliknya ketika seseorang melakukan karma buruk dan setelahnya kita menyesalinya karma tersebut juga akan lenyap atau habis. “Tetapi perlu disadari bukan berarti seluruh karma tersebut akan lenyap, tetapi bagian-bagian penting dari karma tersebut akan melemah, tidak ada kekuatan lagi,” terang Rinpoche. 

Berkaitan dengan hasil atau buah karma, secara umum dan singkat Rinpoche menjelaskan bahwa karma buruk akan berakibat penderitaan dan karma baik akan berakibat kebahagiaan. “Sebagai umat Buddha kita semua sudah mengetahui, sebagai contoh ketika kita melakukan pencurian akan berakibat hidup miskin dan serba kekurangan, sebaliknya bila kita berdana, bermurah hati, akan berakibat hidup berkecukupan bahkan bisa berlimpah kekayaan,” imbuh Rinpoche. 

Meskipun secara pribadi karma setiap makhluk berbeda-beda, akan tetapi Rinpoche menjelaskan bahwa secara relatif terdapat suatu konteks yang sama. Konteks ini muncul dalam keberadaan setiap orang. 

“Ini adalah yang kita kenal sebagai karma umum. Artinya kita semua memanifestasikan di dalam diri kita, dan elemen dasar dari kita semua adalah persis sama, yaitu elemen tanah, air, angin, dan api,” Rinpoche menambahkan.

Acara ditutup dengan dedikasi dan upacara pernyataan berlindung atau Tisarana, di mana beberapa helai rambut dari umat dipotong secara simbolis sebagai tanda pernyataan berlindung. Setelah pemotongan rambut oleh Rinpoche, umat menerima berkah melalui penetesan air di atas kepala. Mereka juga diberikan kartu “baptis” oleh salah satu anggota Sangha.

Setelah pengajaran Dharma, anggota Sangha dan beberapa umat lainnya melaksanakan Dharmayatra ke Candi Agung Borobudur pada keesokan harinya, menandai penutupan rangkaian kegiatan yang dimulai dari JIExpo Jakarta hingga di Graha Padmasambhava, Borobudur, Magelang. [MM]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *