• Monday, 12 March 2018
  • Kirmi
  • 0

Bagaimana para orangtua menyekolahkan anaknya? Sudah menjadi wacana umum orangtua akan memasukkan anaknya ke berbagai penyelenggara pendidikan idamannya.

Sekolah-sekolah unggulan, sekolah bertaraf internasional, dan sekolah elit, meskipun bagi beberapa orang, hanya memasukkan anak ke lembaga seadaanya. Telah kita ketahui, sejak 2013 telah digodok penggunaan kurikulum yang memasukkan pendidikan karakter.

Sembilan jenis kecerdasan

Namun apakah lembaga pendidikan tersebut sudah menyelenggarakan “sekolahnya manusia”, meminjam kata dari Munif dan Alamsyah dalam buku Sekolah Anak-Anak Juara.

Sekolah yang tidak menggunakan tes masuk, tidak hanya menentukan kecerdasan berdasarkan IQ, tidak melahirkan generasi pasif. Sekolah seharusnya mengerti keragaman kecerdasan dan menyediakan ruang untuk berkembangnya kecerdasan masing-masing anak. Tidak ada diskriminasi kecerdasan tertentu, seluruh siswa berkembang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya secara maksimal.

Baca juga: Surat Terbuka: Umat Buddha, Silakan Sepelekan Pendidikan

Howard Gardner menyatakan bahwa otak manusia setidaknya menyimpan sembilan jenis kecerdasan yang disepakati, sedangkan selebihnya masih misteri.

Dijabarkan sebagai kecerdasan linguistik (cerdas bahasa), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan spasial-visual (cerdas ruang dan gambar), kecerdasan kinestetis (cerdas olah tubuh-jasmani), kecerdasan musik (cerdas musik), kecerdasan interpersonal (cerdas bergaul), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), dan kecerdasan eksisitensialis (cerdas spiritual).

Jangan dengan paksaan

Warga penyelenggara dan pengguna sekolah yang mengerti tentang macam-macam kecerdasan tersebut, seharusnya mampu menciptakan sekolahnya manusia. Pendidik dan anak didik tidak lagi terbebani dengan anak yang kecerdasan secara IQ rendah.

Pendidik akan mampu menjebatani kemampuan anak-anaknya sesuai bidang masing-masing. Disampaikan oleh Plato dalam Ratna Megawangi pada buku Semua Berakar Pada Karakter yaitu: “Jangan mengajarkan anak-anak dengan paksaan dan cara yang mengikat, tetapi arahkan mereka dengan cara yang menyenangkan hati dan pikirannya, sehingga Anda dapat lebih mudah mendapat gambaran akurat tentang bakat khusus kejeniusan dari masing-masing mereka” (2007:113).

Baca juga: Era Disruption: Momentum Bagi Sekolah Buddhis untuk Melesat

Selama ini pendidikan disampaikan dalam bentuk teori. Sangat jarang yang melibatkan praktik, terutama pendidikan prasekolah dan dasar. Bahkan pendidik agama yang digadang-gadang sebagai fondasi karakter anak juga banyak disampaikan dalam teori.

Ini memberikan gambaran bahwa banyak ilmu yang dipelajari, tidak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Anak tidak terbiasa praktik, hanya menghafal teori yang nilainya begitu tinggi, sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana. Keadaan ini menjadi salah satu faktor anak malas belajar, menjadi pasif, dan tidak produktif.

Prinsip Ehipassiko

Prinsip ehipassiko: datang, lihat, dan buktikan. Hal ini penting diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan di sekolah, agar teori yang dipelajari dapat diterjemahkan ke dalam perilaku, bahkan menjadi karakter anak. Telah digalakkan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga tentang proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan).

Seharusnya penyelenggara pendidikan, bahkan seluruh elemen masyarakat yang sadar dan mau menerapkan prinsip banyaknya kecerdasan anak, dengan dibarengi pendekatan ehipassiko atau saintifik dalam proses memberikan pengalaman terhadap anak. Dapat kita bayangkan bagaimana generasi muda akan tumbuh dan berkembang dengan karakter dan perilaku sebagai manusia seutuhnya.

Hal ini sudah tentu harus ada yang menjadi pelopor. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan menjadi acuan pemerintah untuk menjadi pelopor, selain keluarga.

Kirmi

Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Kepala Sekolah Paud Saddhapala Jaya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *