• Thursday, 16 June 2016
  • Sutar Soemitro
  • 0

Konser Sound of Wisdom Imee Ooi di Medan (4/6) dan Jakarta (12/6) memukau ribuan penonton. Jika konser pada umumnya hanya sebatas memukau, konser Imee Ooi mempunyai nilai tambah karena juga membangkitkan nilai spiritualitas.

Nah bagaimana konser yang notabene merupakan peristiwa seni ini di mata para pelaku seni Buddhis?

“Imee Ooi adalah seorang musisi yang mampu masuk ke dalam pesan lagu yang dibuatnya. Melagukan mantra atau sutta dibutuhkan hati yang mampu berselaras dengan makna dari mantra atau sutta yang dilagukan tersebut. Imee Ooi adalah salah satu musisi yang mampu melagukan hal tersebut,” puji Jan Hien, musisi senior Buddhis yang kini menggawangi Namaste Music.

Jan Hien sedikit menjelaskan secara teknis tentang konser Imee Ooi. “Dalam konteks panggung, Imee Ooi mampu memadukan dan mengemas nuansa yang membawa audiens ke dalam roh spiritual dari mantra yang dilagukannya. Perpaduan dari seni teatrikal dan lighting memberikan efek dramatis yang sangat elok ditonton. Dari sisi musik, Imee Ooi menyajikannya sederhana sekali, yaitu masih menggunakan minus one. Yang menonjol dari Imee Ooi adalah totalitas eksplorasi dari kandungan spiritual dari setiap mantra atau sutta yang dilagukannya,” tambah Jan Hien.

Pujian serupa juga terucap dari Firman Lie, pelukis dan dosen seni rupa yang kini memimpin Phalie Studio, sebuah tempat belajar seni desain pakaian. “Sebagai seni pertunjukan, (konser ini) dipersiapkan sangat baik. Penampilan cukup prima. Seni musik disajikan dengan koreografi yang pas dan visualisasi video yang pas, menjadikan pertunjukan yang pas sebagai tontonan,” ujar Firman Lie.

Menonton konser ini membuat Firman Lie berandai-andai konser serupa bisa digelar di tempat yang lebih sakral dan panggung terbuka yang menyatu dengan alam sehingga aura spiritualnya lebih keluar lagi. Ia menyebut Candi Borobudur atau Mendut.

“Saya membayangkan lagu-lagu spiritual yang hening ini bisa disajikan di pelataran yang lebih hening, di Borobudur atau Mendut akan menjadi peristiwa yang luar biasa. Kekuatan seni spiritual seperti ini di Indonesia dari masa Hindu dan Buddha selalu berada di pelataran candi. Pradaksina di perataran candi dengan melantunkan lagu semalam pasti akan lebih dahsyat. Ini khayalan saya,” harap Firman Lie.

Lalu bagaimana kesan pelaku seni yang lebih beruntung pernah mendapat kehormatan pentas satu panggung dengan Imee Ooi? “Untuk seseorang yang bukan pertama kalinya menyaksikan konser ‘Sound of Wisdom’, saya harus mengatakan bahwa konser ini masih saja menyentuh hati dan beberapa kali membuat badan ini serasa bergetar,” ujar Irvyn Wongso, pendiri True Direction, yang pernah berduet dengan Imee Ooi dalam konser Sadhu for the Music pada 4-5 Mei 2016 lalu di Esplanade, Singapura. (Baca Sadhu for the Music: Konser Keindahan Dhamma dan Musik)

Sebagai pendatang baru dalam kancah musik Buddhis, Irvyn juga sangat beruntung karena lagu karyanya Semoga Semua Hidup Berbahagia juga dinyanyikan oleh Imee Ooi dalam konser Sound of Wisdom kali ini.

“Keindahan ‘Sound of Wisdom’ bukan hanya terletak pada musiknya, tetapi keindahan hati dan pikiran setiap performer, panitia bahkan relawan di acara tersebut yang membuat saya sangat-sangat tersentuh. Semoga acara tersebut bukan saja memberikan inspirasi tetapi juga mengakibatkan transformasi positif di dalam penyebaran Buddha Dhamma di manapun juga melalui media dan caranya masing-masing,” harap Irvyn.

Irvyn juga bercerita tentang pengalamannya tentang etos kerja Imee Ooi dan timnya. “Suatu pengalaman yang sangat berharga adalah ketika saya bekerja bersama tim Imee Ooi di produksi ‘Sadhu for the Music’ di Singapura. Di satu sisi, saya tidak pernah menjadi bagian dari tim acara Buddhis yang begitu profesional sebelumnya. Ketika saya telusuri, banyak dari tim mereka beserta crew khususnya para stage manager, choreographer dan sebagainya memang adalah profesional yang menjalani hidup mereka di industri ini. Namun di saat yang sama, profesionalisme tersebut diliputi dengan rasa kekeluargaan yang begitu kuat yang membuat seluruh proses yang harus dijalankan bisa dilalui dengan penuh suka cita,” jelas Irvyn.

20160616 Pujian Para Pelaku Seni Buddhis untuk Imee Ooi 2

Ya, kru Imee Ooi kesemuanya adalah tenaga profesional di bidangnya dan dibayar seperti layaknya tenaga profesional pada umumnya. Menjadi tim konser Imee Ooi adalah mata pencaharian bagi mereka, bukan tenaga sukarela. Dan mereka adalah tenaga-tenaga muda yang penuh talenta.

“Posisi strategis diisi oleh SDM muda yang full talented, seperti sound engineer, lighting, penari latar, dan stage manager. Tim yang ramping dengan SDM yang tepat menjadikan tim Imee Ooi begitu powerfull dan profesional. Di sini mereka mendapatkan reward yang cukup untuk menjadikan bidang tersebut sebagai ladang hidup,” jelas Jan Hien yang kini juga menerapkan prinsip profesionalisme di Namaste.

“Semua orang dibayar, dan dibayar dengan harga profesional. Itu memang saya punya prinsip. Semua kru dari lighting, desainer, penari, make up semua ada bayaran,” ujar Imee Ooi usai konser. Menurutnya, jika kita tidak menghargai tenaga profesional Buddhis yang berkarya di agama Buddha, mereka pasti akan lebih memilih berkarya di tempat lain, seperti yang selama ini banyak terjadi. Berkarya di Buddhis dianggap sosial sehingga tanpa bayaran atau dana seadanya, sehingga hampir tidak ada orang yang berkarir di dunia Buddhis karena tidak ada jaminan masa depan.

Imee Ooi berpesan agar tenaga profesional Buddhis dihargai secara profesional, baik secara apresiasi maupun finansial. “Kalau kita tidak lakukan ini, lama-kelamaan tak ada lagi Dhamma concert. Sebab semua artis jika ada tempat lain untuk bisnis lain, ini hanya akan jadi semacam hiburan saja, bukan betul-betul komitmen penuh,” tegas Imee Ooi.

Imee Ooi menyebut dirinya selama 18 tahun ini berkarir penuh di musik Dhamma. Dengan merendah, Imee menyebut kekuatan dirinya bukan pada bakatnya, namun merasa dirinya beruntung karena bisa konsisten. Ia mengakui jalan yang ia lewati tidaklah mudah. Dengan menjual CD sampai 3500 keping per bulan, sebenarnya sudah cukup bagi dirinya sendiri untuk hidup sederhana. “Tapi bukan itu tujuan saya. Saya ingin bawa lebih ramai orang sudi menjadi Imee Ooi yang kedua, ketiga, keempat, kelima..,” harap Imee.

“Beranilah kita melangkah, tunjukkan Dhamma music! Ini harus didukung banyak orang. Semua orang harus yakin bahwa Dhamma music punya masa depan yang cerah sekali,” Imee berpesan.

Lalu bagaimana cara mendukungnya? “Kalau ada artis-artis (Buddhis) yang membuat pertunjukan kecil, kita jangan pergi gratis karena diundang, tapi beli tiketnya dan CD juga harus dibeli dan bantu sebarkan. Jika ada perayaan, jangan undang artis secara free. Lama-lama artis bisa jadi putus asa. Lagu Buddhis bukan hanya saat Waisak atau kalau ada event, tapi kapan saja bisa ditampilkan karena memang bagus,” ujar Imee yakin.

“Saya sudah tidak muda, kalau 10 tahun lagi tak disambung, mungkin ada artis datang dan pergi. Tapi mana yang bisa bertahan untuk 18 tahun lagi? Mungkin belum ada lagi,” pungkas Imee.

Tentu kita tidak ingin kekhawatiran Imee Ooi ini terjadi kan? Jadi, harus ada Imee Ooi yang lain yang meneruskan karya besarnya. Mungkin Anda?

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *