• Saturday, 10 February 2018
  • Chuang
  • 0

Ada sebuah kisah tentang seorang Thera yang tinggal di bagian tertentu sebuah pulau yang sunyi. Setelah lama berdiam di tempat itu, pada suatu hari sang Thera berniat meninggalkan daerah tersebut untuk pindah ke bagian lain. Saat beliau sedang bersiap-siap hendak pergi, beliau mendengar suara tangis sesosok makhluk halus. Beliau bertanya kepada makhluk tersebut mengapa dia menangis.

Makhluk itu lalu bercerita bahwa, selama sang Thera tinggal di tempat ini, semua makhluk di daerah tersebut hidup rukun dan damai. Tetapi baru saja sang Thera bersiap-siap hendak pergi, para makhluk mulai kehilangan kerukunannya, mereka mulai saling bertikai satu dengan lainnya dan itulah yang membuat dia sedih.

Sang Thera, setelah mendengarkan cerita tersebut, beliau memahami bahwa keberadaannya di tempat itu ternyata membawa berkah kedamaian bagi semua makhluk, yang besar maupun kecil, yang terlihat maupun tak terlihat. Dan atas dasar welas asih kepada mereka semua, sang Thera akhirnya memutuskan untuk tidak jadi pindah dan menghabiskan sisa umurnya di bagian pulau itu.

Pemimpin pembawa berkah

Para Buddha dan Arahanta memiliki batin yang luhur dan piawai, mereka telah mencapai kesempurnaan yang menyebabkan pancaran dari diri mereka mampu meneduhkan sekitarnya: suatu getaran welas asih murni, cinta kasih tanpa pilih kasih. Hal itulah yang menjadikan mereka sebagai sosok-sosok penuh berkah, yang bahkan sekadar keberadaannya belaka sudah memberikan berkah bagi banyak makhluk tanpa perlu susah-susah melakukan sesuatu.

Pada tataran awam dan duniawi, kita dapat menemukan ada orang-orang yang keberadaan juga memberikan berkah bagi sekitarnya. Salah satu contohnya adalah pemimpin kita.

Sebagai sosok pemimpin yang dicintai dan dihormati oleh banyak orang, yang sejauh ini reputasinya cemerlang dan perilakunya patut dijadikan teladan, keberadaan beliau memberikan berkah bagi banyak orang.

Itu misalnya, tampak tatkala Pak Jokowi mengenakan batik motif tertentu, batik itu menjadi laris dicari orang banyak sehingga para pedagangnya mendapatkan berkah. Atau saat beliau makan di suatu warung tertentu, setelahnya warung itu menjadi bertambah ramai karena orang-orang ingin juga makan di sana seperti beliau. Atau hal sederhana, saat kunjungan kerja ke daerah mana pun, beliau tak lupa membawa sepeda dan hadiah-hadiah lain untuk masyarakat yang dikunjunginya.

Modal minus bisa jadi plus

Para Buddha, para Arahanta, dan orang-orang seperti Pak Jokowi, mereka layak disebut yang penuh berkah dalam derajat yang berbeda-beda. Mereka menjadi sosok-sosok penuh berkah karena kebajikan mereka yang besar, pencapaiannya yang luar biasa.

Kita pun sesungguhnya punya kesempatan untuk menjadi seperti mereka, karena bahkan sebagian dari mereka yang penuh berkah tersebut, mencapai status itu di kehidupan ini dengan “modal minus”. Misalnya seperti Angulimala, beliau dahulu adalah pembunuh berantai yang kejam namun akhirnya mampu mencapai pencerahan sebagai Arahanta dan menjadi sosok pembawa berkah bagi sekitarnya.

Bukankah kebanyakan dari kita bahkan belum pernah membunuh seorang pun seumur-umur kita, benar? Jadi, mengapa masih bermalas-malasan berlatih?

Chuang

Menyukai dunia menulis, tinggal di Bali

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *