• Monday, 9 April 2018
  • Ngasiran
  • 0

Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama ras dan budaya. Dengan kata lain, Indonesia adalah bangsa yang beragam!

Bagi sebagain orang, keberagaman bangsa Indonesia adalah anugerah. Tetapi bagi sebagian yang lain, menganggap keberagaman sebagai ancaman mengerikan, sehingga terlalu takut dan enggan untuk mengenal, bersahabat hingga menerima keberadaan “yang lain”.

Sebagai upaya memperkenalkan keberagaman sejak dini, Komunitas Laksar Bersenyum, Narasi Damai Nusantara, Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Komunitas Ganapati, dan Gusdurian menggelar Peace Trip Indonesia.

Peace Trip Indonesia, merupakan program perjalanan ke rumah-rumah ibadah yang bertujuan untuk memperkenalkan keberagaman kepada anak-anak Indonesia sejak dini.” Tutur Tafta, salah satu penggagas program ini.

Sebanyak lima puluh anak dari berbagai latar belakang suku dan agama mengikuti acara yang digelar pada, Sabtu, (7/4). Anak-anak yang kebanyakan masih duduk di bangku Sekolah Dasar dari berbagai daerah diajak untuk bermain, mengenal dan berkunjung ke rumah-rumah ibadah berbagai agama di Temanggung.

Mengenal yang lain

Perjalanan dimulai dari Monumen Pancasila Temanggung dan berlanjut ke Klenteng TITD Cahaya Sakti sebagai rumah ibadah pertama yang dikunjungi. Tanpa rasa enggan, anak-anak masuk dan berdialog dengan pengurus klenteng.

Klenteng adalah tempat ibadah warga keturunan Tionghoa, Klenteng ini dibangun pada 1890. Kalau kita perhatikan, klenteng ini menghadap ke arah Gunung Sindoro,” Jelas Edwin kepada anak-anak.

Karena berada di Temanggung sebagian besar penduduknya bertani, maka salah satu patung dewa sesembahan di altar adalah dewa bumi. “Salah satu fungsi klenteng adalah tempat berdoa untuk kesejahteraan, karena masyarakat Temanggung mencari nafkah dari hasil bumi maka di altar ada dewa bumi.”

Selesai dari klenteng, perjalanan dilanjutkan ke Gereja Kristen Indonesia. Di gereja ini anak-anak disambut oleh Pendeta Darmanto Lemuel. Tak jauh berbeda di klenteng, dengan wajah-wajah ceria anak-anak mendengar penjelasan tentang nilai-nilai universal Kristen.

“Kenapa dalam upacara baptis, airnya tidak memakai sabun?” pertanyaan polos tersebut dilontarkan oleh salah satu peserta, dan kontan saja, gelak tawa dan kegembiraan memenuhi seisi ruangan. 

Beranjak dari Temanggung Kota, perjalanan dilanjutkan ke Vihara Surya Putra, Desa Kemiri, Kecamatan Kaloran. Di vihara ini, anak-anak disambut meriah oleh pengurus vihara, bahkan anak-anak peserta yang dari agama Buddha melakukan sembahyang.

“Ini adalah program yang sangat baik, jadi wajib dilanjutkan,” tutur Yamno, perwakilan vihara melemparkan pujian.

Baca juga: Tur 5 Rumah Ibadah, Anak-anak Kunjungi Vihara Vimala Dharma Bandung

Masjid Menggoro, Kecamatan Tembarak menjadi tujuan selanjutnya. Masjid Menggoro merupakan salah satu masjid tertua di Temanggung. Di bagian pintu masuk masjid ini masih terdapat arca nandi dan batu-batu bekas bangunan candi. Bahkan kayu-kayu penyangga tiang masjid adalah kayu tua yang berasal dari bekas bangunan candi Hindu.

Setelah makan siang dan berdialog di Masjid Menggoro perjalanan dilanjutkan ke Gereja Katolik Temanggung. Tak hanya berdialog dengan Romo Fajar Mohammad, di Gereja ini anak-anak juga diajak bermain damai. Sebuah permainan monopoli yang diciptakan Wahid Foundation untuk memperkenalkan keberagaman dengan menyenangkan.

Harus berlanjut

Peace Trip Indonesia kali ini adalah yang pertama. Meskipun begitu, banyak kesan mendalam yang dirasakan oleh anak-anak dan orangtua yang mengikuti.

Utami misalnya, orangtua dari Dhamma Santitiko ini merasa senang anaknya dapat mengikuti acara Peace Trip ini “Ini adalah kegiatan yang sangat baik dan saya ikut bangga karena anak saya dapat mengikutinya. Semoga berlanjut,” terangnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Nella, guru SMP Muhammadiyah Ngadirejo, “Saya lebih suka memperkenalkan keberagaman kepada anak melalui kegiatan seperti ini, jadi dia bisa merasakan langsung bukan hanya cerita dari ibunya. Jadi penghormatan dan penghargaan kepada yang lain itu tumbuh dari dirinya sendiri sendiri,” jelas orangtua dari Duma Anglingga Widodo.

Sementara Emi, orangtua Arya dari Desa Paingan berharap acara ini terus berlanjut, “Acara ini sangat berguna bagi perkembangan anak seusia Arya, anak-anak sangat senang, fun bahkan sampai tidak mau pulang dan tanya kapan ada lagi.”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *