• Tuesday, 10 November 2015
  • Komala Somadevi
  • 0

Sejumlah pemimpin umat Buddha meminta para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan tegas terkait perubahan iklim pada Konferensi Paris bulan Desember 2015 mendatang.

Dalam surat yang diterbitkan pada Kamis yang berjudul “Pernyataan Umat Buddha tentang Perubahan Iklim kepada Pemimpin Dunia”, Dalai Lama dan 11 penandatangan lainnya mendesak penghentian penggunaan bahan bakar fosil dan pergerakan menuju 100% penggunaan energi yang dapat diperbaharui. Surat ini merupakan pertama kalinya pemimpin umat Buddha dalam jumlah besar bersatu untuk mengambil sikap terhadap isu dunia.

“Melindungi planet,” tulis para pemimpin Buddhis, “adalah pilar agama Buddha.”

“Perhatian kami didasari oleh realisasi Buddha mengenai saling-terhubung seluruh hal di alam semesta. Memahami penyebab saling keterhubungan ini beserta akibat tindakan-tindakan kita adalah langkah penting dalam mengurangi dampak lingkungan. Dengan menumbuhkan pemahaman akan jalinan kehidupan dan welas asih, kita akan mampu bertindak karena cinta, bukan ketakutan, untuk melindungi planet kita. Pemimpin-pemimpin Buddhis telah menyuarakan hal ini selama bertahun-tahun lamanya. Namun, kehidupan sehari-hari membuat kita lupa bahwa kehidupan kita terjalin erat dengan alam melalui setiap napas yang kita tarik, air yang kita minum, makanan yang kita konsumsi. Akibat kurangnya pemahaman, kita merusak tata pendukung kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh kita dan makhluk hidup lainnya untuk dapat bertahan hidup,” bunyi pernyataan tersebut.

“Ketika kita melukai bumi, kita melukai diri sendiri,” ucap salah satu penandatangan, Sister Chan Kong dari Plum Village dalam jumpa pers. “Bumi bukan hanya lingkungan hidup kita. Bumi adalah ibu kita. Kita adalah anak-anak bumi, dan kita harus menolong satu sama lain sebagai saudara-saudari dari satu keluarga planet yang besar. Kita harus mengambil tindakan, bukan karena rasa kewajiban namun karena kecintaan pada planet dan sesama.”

Sister menambahkan, “Buddha telah menunjukkan bahwa kita dapat hidup sederhana dan tetap merasa sangat bahagia.”

Pemimpin umat Buddha juga menghimbau pada peserta konferensi untuk memastikan suhu global tidak meningkat lebih dari 1,5°C, dan menambahkan bahwa hal tersebut “memungkinkan dicapai baik secara teknologi maupun ekonomi.”

Pernyataan pemimpin-pemimpin Buddhis bahwa kepercayaan spiritual mendorong mereka untuk merangkul isu konservasi menyerupai apa yang dilakukan Paus Fransiscus, yang juga mengeluarkan pernyataan serupa mengenai agama Katolik dalam surat kepausannya mengenai lingkungan.

“Kita bukan Tuhan,” ucap Paus dalam suratnya yang diterbitkan bulan Juni. “Bumi sudah ada di sini sebelum kita dan diberikan kepada kita.”

Terdapat lebih dari satu miliar umat Katolik Roma dan antara 500 juta sampai 1 miliar umat Buddha. Walaupun tidak semuanya akan mengikuti pemimpin keagamaan mereka, namun jumlah mereka mencapai sekitar seperempat dari jumlah populasi dunia.

Dalai Lama juga menyatakan dukungan terhadap aksi perubahan iklim bulan ini dalam sebuah video yang diterbitkan melalui kampanye oleh pemerintahan Tibet dalam pengasingan. “Ini bukanlah mengenai satu atau dua bangsa. Ini mengenai kemanusiaan. Dunia kita adalah rumah kita,” ucapnya. “Tidak ada planet lain untuk kita pindah.”

Setidaknya 80 pemimpin dunia termasuk Presiden AS Barack Obama, Presiden Tiongkok Xi Jinping, dan Perdana Menteri India Narendra Modi akan menghadiri Konferensi Paris.

Konferensi ini bertujuan untuk menghasilkan kesepakatan mengenai penanggulangan perubahan iklim, dengan tujuan membatasi pemanasan bumi maksimal 2°C. (Huffington Post/Channel News Asia)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Komala Somadevi

Perempuan. Lulusan perguruan tinggi di Bandung jurusan komunikasi internasional. Volunteer di thubtenchodron[dot]org. Kini menetap di Jogja. Mengelola tempat makan sederhana, "Angon".

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *