• Sunday, 29 November 2015
  • Sutar Soemitro
  • 0

Ada sebuah postingan menarik tentang Jet Li di medsos yang banyak disebarluaskan. Jet Li mungkin merupakan aktor laga paling terkenal di Asia, dan namanya juga semakin dikenal di kalangan Hollywood. Dalam biografi singkat berikut ini, dia menceritakan ketertarikannya terhadap ajaran Buddha dan misinya untuk memperkenalkan ajaran Buddha kepada dunia.

Pada tahun 1997, saya memutuskan untuk pensiun dari dunia perfilman. Dikarenakan satu hal, yaitu saya sangat lelah. Coba Anda pikirkan: mulai dari umur 8 tahun, Anda latihan wushu 8 jam sehari selama 10 tahun. Kemudian Anda mulai bermain film, dan itu kurang lebih merupakan kegiatan yang sama. Dan kapan pun Anda berbicara kepada reporter, mereka selalu membujuk Anda untuk berpose di depan kamera. Tetapi Anda menjadi terkenal dan menghasilkan banyak uang. Anda juga mendapat beberapa luka yang serius.

Tahun-tahun pun berlalu. Saya dapat menyimpulkan bahwa setiap taraf kehidupan memiliki logika tersendiri. Dengan jujur saya katakan, saya tidak tertarik untuk mengumpulkan lebih banyak uang ataupun kekuasaan. Cukup dengan berbuat yang benar kepada ibu saya, keluarga saya dan anak-anak saya –untuk menyediakan nafkah bagi mereka. Jadi, saya memutuskan untuk pensiun.

Pada waktu yang sama, saya bertemu dengan Lho Kunsang Rinpoche, seorang guru spiritual dari Buddhisme Tibet. Dia bertanya kepada saya mengapa saya pensiun. Dan saya katakan kepadanya, ”Untuk mempelajari Ajaran Buddha. Untuk hidup dalam kehidupan religius.”

Rinpoche itu berkata kepada saya, “Anda belum boleh pensiun, belum saatnya.”

Sekarang, dalam karir saya, saya telah bertemu dengan banyak guru, dan semuanya memberitahu saya bahwa nasib saya berhubungan dengan ajaran Buddha. Bahkan selama syuting film Shaolin Temple, ketika saya belajar bermacam-macam upacara keagamaan untuk karakter yang saya perankan, orang-orang di kuil berkata kepada saya, “Anda seharusnya menjadi seorang bhikkhu!” (Dan sutradara berkata, “Tidak, tunggu! Jangan melakukannya. Kita masih ada film yang harus diselesaikan!!”)

Tetapi saya juga telah lama merasakan bahwa saya ditakdirkan untuk menjelajahi jalan Buddhis dengan sungguh-sungguh. Saya berkata kepada Rinpoche, “Semua orang telah mendesak saya untuk menjadi seorang bhikkhu atau meninggalkan keduniawian dan belajar kitab suci. Sementara Anda malah menyuruh saya kembali bekerja.”

Dia berkata, “Anda belum menyelesaikan misi Anda dalam kehidupan ini.”

“Bagaimana mungkin?” saya bertanya kembali. “Saya puas dengan apa yang telah saya dapatkan, dan apa yang telah dapat saya berikan. Saya puas dengan karir saya, reputasi saya, keluarga saya. Saya telah menyelesaikan semua yang telah saya rencanakan. Apa lagi yang bisa diharapkan oleh setiap orang dari saya?”

“Itu bukanlah sesuatu yang kamu berikan kepada perorangan. Anda masih mempunyai sebuah tanggung jawab lebih besar.”

“Baiklah, beritahukan kepada saya apa tanggung jawab tersebut,” saya menjawab. Jika saya mengetahui apa tanggung jawab tersebut, mungkin saya dapat berubah pikiran dan menjalankan tanggung jawab tersebut.

Saya tidak bisa memberitahukannya kepada Anda,” dia menjawab. “Anda akan menyadarinya melalui pengalaman Anda sendiri.”

“Baiklah,” kata saya dengan sedikit keraguan. “Jika Anda berkata demikian, maka saya akan mencarinya.” Saya tidak mengerti apa yang dikatakannya.

Dan kemudian saya pun meneruskan membuat film. Saya membintangi Lethal Weapon 4, dan untuk satu atau dua tahun mendatang, saya menyibukkan diri berusaha untuk mencari apa sebenarnya tanggung jawab tersebut.

Ketika Rinpoche mengunjung saya di Amerika, saya mulai mendapatkan gambaran tentang apa yang dia maksudkan tersebut. Saya telah menemukan petunjuk-petunjuk tentang apa yang seharusnya saya lakukan. Dan itu merupakan sesuatu yang berhubungan dengan motivasi saya untuk membuat film.

Alasan apa lagi yang dapat memotivasi saya untuk mempertahankan karir ini, dengan kerja fisik yang sangat melelahkan dan risiko luka? Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya adalah tipe orang yang tidak mengagungkan uang ataupun popularitas. Saya telah memperoleh uang yang cukup untuk menghidupi keluarga saya untuk waktu yang sangat lama.

Dan popularitas, seperti yang kita semua ketahui, sangat cepat hilang. Berapa banyak orang-orang terkenal yang masih hidup dalam sejarah? Berapa banyak artis yang berada di Hollywood seorang diri? Dan berapa banyak dari mereka yang telah dilupakan?

Waktu memudarkan segalanya. Para remaja bahkan tidak mengetahui nama-nama bintang generasi sebelumnya. Jika Anda bisa melihat kenyataan dari sebuah popularitas, maka Anda tidak akan membiarkannya menguasai Anda. Tetapi tahun lalu, saya akhirnya menemukan tanggung jawab tersebut. Saya mempunyai tanggung jawab untuk membantu memperkenalkan ajaran Buddha ke dunia Barat dengan cara dan media modern.

20151129 Jet Li Manfaatkan Popularitasnya Untuk Sebarkan Ajaran Buddha_2

Ada beberapa pemikiran mendasar dalam ajaran Buddha. Saya akan membicarakan dua di antaranya sekarang. Salah satu konsep tersebut adalah karma: bahwa perbuatan Anda menentukan nasib Anda. Konsep yang satu lagi adalah cinta kasih, atau belas kasih. Memperlakukan setiap orang dengan cinta kasih.

Saya mulai memperhatikan bahwa banyak sekali orang yang suka mengeluh mengenai kesehatan, pekerjaan, atasan, hubungan, dan keluarga mereka. Orang-orang terus mengeluh mengenai apa yang salah dengan hidup mereka dan bagaimana setiap orang membuat hidup mereka menjadi susah. Tetapi segala sesuatu yang terjadi kepada Anda disebabkan oleh perbuatan Anda di masa lalu. Sama halnya dengan apa yang Anda lakukan dalam kehidupan sekarang –pikiran, ucapan, dan perbuatan– menentukan apa yang akan terjadi pada Anda di kehidupan mendatang.

Sekarang, bayangkanlah jika Anda harus menulis sebuah “laporan” pada akhir hidup Anda. Anda memang dapat mengelabui orang lain tetapi Anda tidak bisa membohongi diri Anda sendiri; Anda mengetahui siapa yang telah Anda keluhkan, tugas apa yang belum diselesaikan, dan janji mana yang gagal Anda penuhi.

Jika Anda berpikir dengan cara seperti ini, Anda dapat mengatakan bahwa Anda telah menciptakan sebuah alur cerita yang menarik. Anda telah menciptakan sebuah karakter dengan segala motivasi yang menarik, persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan, dan kesalahan yang perlu diperbaiki untuk masa mendatang.

Kenyataannya, dapat dikatakan bahwa Anda sedang menulis naskah untuk kehidupan Anda yang akan datang. Atau mungkin Anda akan berpikir dua kali sebelum mengeluh tentang situasi Anda sekarang ini, karena siapakah yang sebenarnya bertanggung jawab atas semua ini? Siapakah yang, menurut Anda, menentukan karakter apa yang akan muncul pada kehidupan tertentu? Siapa yang sebenarnya mengatur kisah-kisah tragis dalam kehidupan seseorang dengan segala tantangan dan situasi yang sulit? Karma menulis naskah, dan Anda sendirilah yang bertanggung jawab terhadap karma Anda.

Jika lebih banyak orang berpikir dengan cara seperti ini, dunia mungkin akan menjadi sangat berbeda. Keluhan akan berkurang. Orang-orang mungkin akan membuat perubahan yang besar dalam tingkah laku mereka. Mereka mungkin akan bersikap lebih baik kepada orang lain dan mulai bisa mengembangkan cinta kasih.

Ini hanyalah permukaannya saja. Saya masih sedang belajar hal-hal yang baru setiap hari. Tujuan utama saya dalam membuat film sekarang ini bukanlah hanya pada film itu sendiri. Melainkan, adalah harapan saya untuk menggunakan perantara dari film, TV, atau internet untuk memberikan pemahaman saya tentang ajaran Buddha bagi mereka yang mau mendengarkannya. Ke depan, jika saya memperoleh lebih banyak pengaruh atau uang, saya berencana untuk menggunakannya untuk membantu saya dalam mengemban tanggung jawab ini.

Ada banyak guru dan rinpoche Buddhis yang hebat, tapi karena mereka tidak terkenal, ajaran mereka yang berharga tidak terdengar. Saya akan membantu untuk menyebarkan kebijaksanaan mereka. Saya mempunyai kemampuan untuk menggunakan media ini untuk berkata sedikit tentang filosofi mereka, dan seberapa penting sebuah cinta memainkan peran dalam drama kehidupan manusia. Itu merupakan motivasi saya sekarang. Saya tidak lagi membuat film untuk diri saya sendiri. Saya merasa sekarang belum saatnya untuk pensiun –tidak sebelum saya membuat beberapa film yang dapat membantu menginspirasikan perbuatan dan kebijaksanaan yang lebih besar bagi dunia. Saya sedang mencari lebih lebih jauh dari sekadar keuntungan di box office.

Saya hanya ingin mengerjakan bagian saya untuk mempromosikan filosofi Buddhis tentang cinta kasih dan cinta yang tidak berkondisi, jadi beberapa orang bisa mengerti, bahkan walaupun hanya sedikit orang, bagaimana mempergunakan dengan sebaik-baiknya kesempatan ini sebagai manusia, dalam kehidupan ini. Saya tidak berusaha untuk mengubah pandangan penonton-penonton saya; saya hanya ingin menawarkan informasi untuk membeberkan pandangan-pandangan yang mungkin belum pernah mereka dengar. Jika mereka tidak tertarik dengan informasi tersebut, mereka tidak akan memperhatikannya. Tetapi, jika mereka siap untuk mendengar, maka mereka akan memperhatikannya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *