• Saturday, 30 May 2020
  • Uki
  • 0

Berada di tengah pandemi Covid-19 mengharuskan kita “di rumah aja” (jika tidak ada kepentingan bepergian), yang akhirnya membuat kita lama-lama merasa bosan. Meskipun bosan melanda, jangan jadikan alasan untuk melanggar peraturan pemerintah.

Banyak aktivitas positif yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kebosanan tersebut. Seperti mengikuti live streaming, seminar online via Zoom Meeting, hingga nonton drama.

Banyak drama Korea terbaru dengan berbagai genre yang bisa ditonton. Menariknya, beberapa drama Korea memiliki pesan moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan, melalui drama Korea kita juga bisa sambil belajar Dhamma lho salah satunya melalui drama berjudul “Born Again”.

Bercerita tentang Reinkarnasi

Jika kamu pecinta drama Korea, tentu tak asing lagi dengan drama berjudul “Born Again” yang dibintangi oleh Jang Ki-yong, Lee Soo-hyuk, dan Jin Se-yeon. Drama tersebut bercerita tentang reinkarnasi, ketiganya hidup di tahun 1980-an yang meninggal bersama dan kembali dipertemukan di tahun 2020.

Jang Ki-yong berperan sebagai Gong Ji Cheol, anak dari seorang pembunuh. Setelah meninggal, ia bereinkarnasi menjadi Cheon Jong Beom, seorang mahasiswa kedokteran.

Sementara, Lee Soo-hyuk berperan sebagai Cha Hyung Bin, seorang detektif yang kini bereinkarnasi sebagai Jaksa bernama Kim Soo Hyuk.

Sedangkan Jin Se-yeon berperan sebagai Jun Ha Eun pemilik toko buku yang menderita penyakit jantung dan bereinkarnasi sebagai Jung Sa Bin, instruktur Arkeologi.

Ketiga tokoh tersebut terlibat konflik di kehidupan yang lampau dan bertemu kembali di kehidupan sekarang.

Bagaimana Konsep Reinkarnasi dalam Agama Buddha?

Reinkarnasi diartikan sebagai penjelmaan (inkarnasi) kembali suatu makhluk yang telah mati atau ada “roh/jiwa” yang lahir kembali. Mengacu pada pengertian reinkarnasi, artinya ada jiwa (roh) yang sudah mati dan berpindah ke tubuh lain.

Roh dianggap sebagai sesuatu yang kekal berpindah dari tubuh yang lama ke tubuh yang baru. Drama Born Again, memberi gambaran bagaimana ketiga tokoh tersebut bereinkarnasi dari tubuh yang sudah meninggal ditahun 1980’an dan jiwa mereka terlahir kembali dalam tubuh baru.

Lalu, bagaimanakah dalam Agama Buddha? Nah, dalam Agama Buddha tidak menggunakan konsep reinkarnasi. Di dalam Agama Buddha terdapat konsep Anatta (tanpa aku yang kekal). Artinya tidak ada istilah “roh/jiwa” yang kekal berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lain. Agama Buddha mengenal konsep kelahiran kembali (Punarbhava) atau tumimbal lahir.

Istilah tumimbal lahir berasal dari kosa kata Jawa Kuno “timbal-tumimbal” yang diartikan sebagai “diteruskan sambung-menyambung”. Maksudnya kelahiran kembali (Punarbhava) merupakan proses berkesinambungan kesadaran dari satu kehidupan ke kehidupan selanjutnya.

Tidak ada perpindahan jiwa/roh dari tubuh yang lama ke dalam jasmani baru. Akan tetapi terjadi proses berkesinambungan dari batin yang lama menjadi kesadaran dalam kehidupan baru.

Penyebab Tumimbal Lahir (Punarbhava)

Ada sebab dan akibat. Penyebab lahirnya kembali suatu makhluk hidup adalah akibat dari perbutannya sendiri di kehidupan sebelumnya. Kelahiran kembali disebabkan oleh adanya Avijja (kebodohan/ketidaktahuan) dan tanha (nafsu keinginan). Selama kekotoran batin tersebut masih ada, makhluk hidup akan mengalami kelahiran kembali.

Dalam Radhasamyutta (Samyutta Nikaya, Khandhavagga, Khandhasamyutta – Khotbah berkelompok tentang kelompok-kelompok unsur kehidupan) dijelaskan tentang bagaimana kelahiran kembali bisa terjadi.

“Di Savatthi, Yang Mulia Radha berkata pada Sang Bhagava “Apakah, Yang Mulia saluran menuju kehidupan itu? dan apakah lenyapnya saluran menuju kehidupan?”. Sang Buddha menjelaskan “Saluran menuju kehidupan adalah keinginan, nafsu, kesenangan, kegemaran, keterlibatan, kemelekatan, dan keterikatan. Lenyapnya hal tersebut merupakan lenyapnya saluran menuju kehidupan.

Selama masih ada penyebab makhluk lahir kembali (masih memiliki avijja dan tanha), maka ia akan dilahirkan kembali. Begitu pula sebaliknya, apabila tidak ada penyebab makhluk lahir kembali (lenyapnya avijja dan tanha, serta telah mencapai penerangan sempurna), maka ia tidak akan dilahirkan kembali.

“Dengan melalui banyak kelahiran aku telah mengembara dalam samsara (siklus kehidupan). Terus mencari, namun tidak kutemukan pembuat rumah ini. Sungguh menyakitkan kelahiran yang berulang-ulang ini”
(Dhammapada, Jara Vagga, XI – 153)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *