• Friday, 9 December 2016
  • Chuang
  • 0

DNA atau bahasa ilmiahnya DeoxyriboNucleic Acid (Asam deoksiribonukleat) adalah bahan penyusun utama dari setiap organisme hidup. Secara ringkasnya dan dalam bahasa yang sederhana, DNA adalah biomolekul yang menyimpan kode informasi biologis yang menentukan bagaimana penampakan kita secara fisik: bagaimana warna rambut, warna kulit, warna bola mata, bentuk tubuh kita dan sebagainya. Molekul-molekul DNA dalam tubuh kita disusun dalam paket-paket yang disebut kromosom.

Sementara  masing-masing kita menerima 23 kromosom dari ayah dan 23 lagi dari ibu, yang selanjutnya ayah dan ibu kita pun menerimanya masing-masing dari ayah dan ibu mereka dan seterusnya, maka bila DNA dalam diri kita dipetakan akan terlihat jejak-jejak para leluhur kita dari garis ayah maupun ibu sampai ke masa yang sangat amat jauh.

Sebuah website penyedia informasi travelling mengadakan percobaan untuk mencaritahu perjalanan DNA kita. Mereka mengumpulkan beberapa orang pria dan wanita relawan yang ditanyakan tentang identitas mereka. Seperti yang kita bisa duga, para pria dan wanita itu mengklaim diri mereka adalah orang India, Turki, Afro-Amerika dan sebagainya, dan bahwa mereka memiliki ketidaksukaan atau minimal ketidaknyaman terhadap orang-orang dari ras tertentu yang berbeda dengan ras atau kebangsaan mereka. Setelah sesi wawancara kemudian dari masing-masing mereka diambil contoh liur untuk diteliti DNA-nya yang kemudian, setelah 2 minggu, hasilnya diserahkan kepada mereka untuk dibaca.

Apa yang terjadi setelah DNA mereka dipetakan?

Ternyata… tak ada satu pun orang yang benar-benar murni sebagai orang India, orang Turki, orang Inggris, orang Afrika-Amerika sebagaimana yang mereka kira dan akui saat sesi wawancara. Karena DNA menunjukkan bahwa, dalam diri kita ini terdapat percampuran darah yang amat warna-warni, sangat beragam.

Misalnya, dalam kasus percobaan tersebut, ada seorang relawan yang mengakui dirinya tidak menyukai orang Turki, tapi lantas karena mungkin takut dianggap rasis, cepat-cepat dia meralat pernyataan dengan menyebutkan bahwa yang tak dia sukai adalah pemerintahan Turki. Ternyata hasil uji DNA-nya menunjukkan ada bagian dari dirinya yang sama dengan DNA orang Turki, yang berarti secara ilmiah, dia bersaudara dengan orang Turki.

Dalam Buddhisme, ada ajaran yang disebut ajaran tentang anatta, tanpa diri atau tiada inti diri. Maksudnya, dalam diri setiap makhluk hidup tidak ada suatu pun bagian yang dapat disebut sebagai DIRI yang solid, kekal, zat atau entitas tunggal yang tak berubah dan yang terpisah. Menurut ajaran ini, kita adalah perpaduan dari berbagai macam unsur dan keberadaan kita saling bergantung satu dengan lainnya.

Apa yang kita sebut sebagai AKU hanyalah penyebutan yang sama dengan ketika kita menyebut diri kita orang Indonesia, misalnya, atau orang Inggris, orang Amerika. Dalam kenyataan, orang Indonesia tak pernah benar-benar ada, karena seperti yang telah ditunjukkan dalam percobaan pemetaan DNA, orang Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lainnya di dunia adalah percampuran dari tak terhitung banyaknya suku dan ras dari sejak manusia pertama kali muncul di dunia.

Dari sudut pandang anatta, kita menyebut diri kita si A atau si B, bahwa kita adalah Aku sebagai ini atau sebagai itu, aku adalah bos atau aku adalah karyawan dan seterusnya. Namun sesungguhnya itu semua hanyalah sebutan-sebutan demi kemudahan dalam berkomunikasi sehari-hari. Aku sebagai bos tak bisa berdiri tunggal dan terpisah dari orang-orang yang disebut karyawan atau bawahan: tanpa adanya karyawan atau bawahan, tak mungkin ada bos atau atasan; juga tak mungkin orang bisa mengaku sebagai raja jika tak ada rakyatnya.

Ajaran anatta dan fakta yang diungkapkan melalui pemetaan DNA menunjukkan kepada kita, bahwa terlepas dari apa pun yang kita akui sebagai identitas diri yang membuat kita “sepertinya” terlepas dan terpisah dari manusia-manusia lainnya, sesungguhnya kita tak pernah bisa menghilangkan kenyataan bahwa kita semua adalah saling terkait, saling terhubung satu dengan lain sebagai sesama makhluk hidup.

Dengan kata lain, kita semua berasal dari satu nenek moyang yang sama, kita semua bersaudara. Dan bersikap rasis atau memandang rendah orang lain hanya karena perbedaan ras/suku adalah sikap yang sangat bodoh jika tak mau disebut gila.

Chuang 311016

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *